| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

MINGGU PASKAH V/B – 6 Mei 2012


MINGGU PASKAH V/B – 6 Mei 2012
TINGGAL DALAM KRISTUS DAN BERBUAH

Bacaan I    Kis 9:26-31
Bacaan II  1Yoh 3:18-32
Injil           Yoh 15:1-8

Pengantar
Hari ini merupakan Hari Minggu Paskah V, empat minggu sebelum Pentakosta. Kita bersama-sama diajak untuk semakin menyadari dan mensyukuri kedekatan Yesus dengan para murid dan juga dengan kita semua. Dalam konteks Keuskupan Agung Semarang, hari ini juga merupakan Novena Persiapan Kongres Ekaristi Keuskupan II, hari yang ke-3, dengan tema, “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah”. Melalui tema yang didasarkan pada bacaan Injil hari ini, kita diingatkan bahwa Kristuslah pusat dan sumber hidup kita yang sejati. Maka, kita diajak untuk tinggal dalam Dia sehingga kita memperoleh kekuatan untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berbuah melimpah.

Homili
“Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak.” (Yoh 15:5). Inilah judul yang dicetak tebal untuk bacaan Injil hari ini. Kutipan ini pula yang dengan sedikit modifikasi dijadikan sebagai tema KEK II, “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah”. Secara khusus, tema ini juga kita dalami melalui Novena Persiapan KEK II di hari ketiga ini dan juga melalui renungan Bulan Katekese Liturgi hari ke-6, hari ini. Dalam buku “Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi” hari yang ke-6, saya menulis renungan berdasarkan bacaan Injil, demikian:
Setiap orang pasti ingin agar hidupnya berhasil, sukses dalam meraih prestasi, jabatan tinggi, kekuasaan atau kekayaan. Ia merasa puas, bangga dan bahagia jika berhasil mendapatkan semuanya. Ini tentu baik namun mengandung bahaya. Orang yang orientasinya adalah hidup yang berhasil cenderung menjadikan diri sendiri sebagai pusat hidupnya. Ia akan bercerita mengenai keuletannya, perjuangannya, ketekunannya dalam meraih ini dan itu. Ia cenderung memuji dirinya sendiri dan jatuh dalam kesombongan.
Berbeda dengan orang yang berbuah. Orang yang berbuah memusatkan hidupnya pada Tuhan. Dengan inspirasi dari Yoh 15:1-8 yang merupakan Injil hari ini sekaligus dasar biblis Tema KEK II, ia sadar bahwa tanpa Tuhan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Yesus adalah pokok anggur yang benar dan kita ranting-rantingnya. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Hidup yang berbuah tampak dalam kerendahan hati karena sadar bahwa yang menjadikan dirinya bisa begini dan begitu adalah Tuhan, bukan usahanya sendiri.
Sebagai murid-murid Kristus kita diharapkan menghayati spiritualitas hidup yang berbuah bukan hidup yang berhasil (bdk. Yoh 15:8). Oleh karena itu, marilah kita selalu tinggal dalam Kristus dengan semakin tekun berdoa dan secara istimewa merayakan Ekaristi. Sebab, Ekaristi adalah puncak kesatuan kita dengan Kristus. Melalui komuni suci, kita bersatu dengan Dia. Ia tinggal dalam kita dan kita dalam dia. Selain itu, marilah kita juga tekun beradorasi. Adorasi adalah perpanjangan madah syukur sesudah komuni, di mana kita berlama-lama tinggal dalam Kristus. Semoga, dengan demikian, hidup kita semakin berbuah dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).
Bacaan pertama dan kedua yang kita dengarkan hari ini, kiranya memberi contoh konkret bagaimana hidup yang berbuah itu. Saulus (Paulus) setelah dibaptis dalam nama Yesus meninggalkan hidupnya yang lama dan mengenakan hidup baru. Semula ia merasa berhasil karena membelot dari Kristus dan bisa mengejar serta membunuh jemaat. Sekarang dia tidak lagi membelot tetapi justru membela Kristus. Ia tidak lagi mengejar dan membunuh jemaat tetapi mengajar dan membina mereka. Hidup yang berbuah berarti mau berubah untuk menjadi lebih baik.
Barnabas, yang sudah terlebih dahulu mengimani Kristus, mau menerima Saulus dan percaya padanya saat murid-murid yang lain masih takut dan tidak percaya. Ia bahkan memberi kesaksian tentang perjumpaan Saulus dengan Yesus yang membuahkan pertobatan. Hidup yang berbuah berarti mau menerima orang lain apa adanya, percaya bahwa setiap orang bisa berubah menjadi lebih baik, dan selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri terus-menerus.
Yohanes, dalam bacaan kedua, mengingatkan kita akan perintah Allah supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, dan supaya kita mengasihi. Barangsiapa mengasihi, ia diam di dalam Allah, dan Allah diam dalam dia. Hidup yang berbuah berarti percaya kepada Tuhan dan hidup saling mengasihi, bukan dengan perkataan atau lidah tetapi dengan perbuatan.
Marilah kita semakin tekun dan setia tinggal dalam Kristus melalui doa dan Ekaristi supaya hidup kita semakin berbuah, yakni: terus-menerus berubah menjadi lebih baik; mau menerima, mempercayai dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri; dan mengasihi orang lain secara nyata dalam perbuatan.
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy