Minggu, 01 Juli 2012: Hari Minggu Biasa XIII

Minggu, 01 Juli 2012: Hari Minggu Biasa XIII
Keb 1:13-15; 2:23-24; 2Kor 8:7.9.13-15; Mrk 5:21-43.
Setiap orang, pada umumnya menginginkan kesehatan, keselamatan, dan kehidupan. Kita rela melakukan apa saja supaya sehat, selamat, dan bertahan hidup. Inilah yang juga dicari dan diupayakan oleh kepala rumah ibadat dan perempuan yang menderita pendarahan, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan Injil tadi (Mrk 5:21-43).
Pencarian dan usaha untuk selamat ini sesuai dan nyambung dengan kehendak Tuhan, sebagaimana ditegaskan dalam bacaan pertama. “Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tidak bergembira kalau makhluk yang hidup musnah binasa. Sebaliknya, Ia menciptakan segala sesuatu supaya ada dan supaya makhluk-makhluk jagat menemukan keselamatan” (Keb 1:13-14).
Kesehatan, keselamatan, dan kehidupan, di satu sisi merupakan anugerah Tuhan. Tuhanlah sang empunya kehidupan. Dialah pemilik hidup kita yang sesungguhnya. Kita sama sekali tidak memiliki hidup tetapi oleh Tuhan dianugerahi kesempatan untuk hidup. Tuhan pulalah sang sumber keselamatan dan sang penyelamat bagi kita. Dengan usaha kita sendiri, kita tidak mungkin selamat. Mengandalkan amal kita, tidak pernah cukup untuk menggapai keselamatan karena kita lebih banyak ngomelnya daripada ngamalnya. Kesehatan juga anugerah Tuhan.
Namun, di sisi lain, kita juga harus mengupayakan, menjaga, dan memeliharanya. Kita tidak bisa hanya pasif dan tidak berbuat sesuatu atau malah berbuat seenaknya sendiri karena semuanya sudah dijamin oleh Tuhan. Bacaan kedua mengingatkan kita akan pentingnya upaya-upaya saling menyelamatkan. “Hendaklah sekarang ini, kelebihanmu mencukupkan kekurangan orang-orang kudus” (2Kor 8:14). Kita masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kalau kelebihan dan kekurangan itu kita hayati dalam kasih, yakni dengan saling menolong, melengkapi, dan mencukupkan, keselamatan akan terjamin dan kehidupan tetap lestari.
Selain ditekankan mengenai pentingnya usaha-usaha untuk saling menyelamatkan, ada hal yang tidak kalah penting, yaitu iman dan pengharapan. Kedua hal inilah yang sungguh-sungguh dihayati oleh kepala rumah ibadat dan perempuan yang menderita pendarahan, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan Injil. Marilah kita perhatikan dengan seksama apa yang mereka lakukan.
Didasari dan didorong oleh iman dan pengharapan yang besar kepada Tuhan, kepala rumah ibadat, yang anak perempunannya sedang sakit, datang kepada Yesus dan tersungkur di depan kaki-Nya (ay.22) serta memohon dengan sangat agar Tuhan menyembuhkan anaknya (ay.33). Kepala rumah ibadat itu menghayati imannya dengan datang kepada Tuhan, tersungkur (merendahkan diri) di hadapan-Nya, dan memohon kepada Tuhan agar anaknya disembuhkan. Ketika ada orang yang mencoba melemahkan imannya, Yesus mengatakan, “Jangan takut, percaya saja”. Akhirnya, betul … iman dan pengharapan kepala rumah ibadat membuahkan kesehatan, keselamatan, dan kehidupan bagi anak perempuannya. Banyak orang yang menyaksikannya menjadi takjub.
Demikian pula dengan wanita yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. Didasari dan didorong oleh iman dan pengharapannya yang kuat (ay.28), ia mendekati Yesus dan menjamah jubahnya (ay.27), kemudian juga tersungkur di depan Yesus dan menceritakan dengan tulus apa yang dialami dan diimaninya (ay.34). Perempuan itu menghayati imannya dengan mendekati Yesus dan menjamah-Nya. Lagi-lagi ditegaskan bahwa iman perempuan itu telah menyelamatkannya dari penderitaan yang telah sekian lama ditanggung (ay.34). 
Melalui bacaan-bacaan hari ini, kita mendapatkan teladan penghayatan iman dan pengharapan yang luar biasa. Kita juga mendapatkan jawaban atas kerinduan dan upaya kita untuk selamat dan bertahan hidup, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Tuhanlah yang menciptakan kita dan Ia menghendaki agar kita semua selamat. Maka, kita harus menggantungkan kerinduan dan usaha kita untuk selamat itu kepada Tuhan dengan beriman dan berpengharapan yang kokoh-kuat. Kita hayati iman dan pengharapan kita itu dengan cara datang dan mendekati Tuhan yang lebih dulu datang dan mendekati kita, dengan tersungkur untuk merendahkan diri di hadapan-Nya, dan dengan penuh kepercayaan memohon kepada-Nya, serta dengan takjub kepada-Nya. Ketakjuban pada Tuhan ini akan melahirkan pujian dan syukur kepada-Nya.
Selain mengandalkan Tuhan, dalam kehidupan bersama, kita juga harus saling menyelamatkan. Dengan semangat kasih, kita manfaatkan kelebihan kita untuk mencukupkan kekurangan sesama dan pada gilirannya kekurangan-kekurangan kita juga akan dicukupkan oleh orang lain. Dengan demikian, melalui semangat hidup saling menolong, melengkapi, dan mencukupkan, keselamatan kita akan terjamin dan kehidupan tetap lestari. Kalau kita semua berkekurangan, tidak usah kuatir sebab Tuhan maha kaya. “Sekalipun kaya, Ia telah menjadi miskin, supaya karena kemiskinan-Nya, kita menjadi kaya” (bdk. 2Kor 8:9).
Demikianlah, bacaan-bacaan hari ini memberi inspirasi kita mengenai pentingnya iman, pengharapan, dan kasih demi keselamatan kita. Terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy