MINGGU BIASA XI/B – 17 JUNI 2012
Yeh 17:22-24; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34
Pengantar
Hari ini kita merayakan Ekaristi Minggu Biasa XI di tahun
liturgi B. Kita bersyukur karena Tuhan senantiasa hadir dan merajai kita
sehingga hidup kita selalu terjamin. Wujud nyata kehadiran dan penyertaan Tuhan
yang paling istimewa kita alami dalam Ekaristi. Sebab, dalam setiap Ekaristi,
Yesus sendiri hadir dalam rupa roti dan anggur yang dikosekrir menjadi Tubuh
dan Darah-Nya. Dengan menyambut komuni kudus, kita sungguh-sungguh bersatu
dengan Kristus. Ia sungguh-sungguh hadir dan menyertai kita. Dalam Dia, kita
tumbuh dan berkembang secara rohani serta menghasilkan buah dalam kehidupan
sehari-hari.
Homili
Warta gembira Sabda Tuhan yang dihidangkan kepada kita pada hari ini berbicara
tentang Kerajaan Allah. Nah, apakah Kerajaan Allah itu? Yesus sendiri tidak
pernah menjelaskan secara gamblang definisi Kerajaan Allah, selain dengan
perumpanaan, seperti yang kita dengarkan hari ini. “Kerajaan Allah itu seumpama
orang yang menaburkan benih di tanah ….” (Mrk 4:26). “Hal Kerajaan itu seumpama
biji sesawi yang ditaburkan ke tanah … ”(Mrk 4:31).
Dalam Kitab Suci kita, istilah Kerajaan Allah merupakan terjemahan dari bahasa Yunani βασιλεια (Basiliea). Bagi orang Yahudi, kata Basiliea sebenarnya berarti “Allah yang
meraja”. Namun, karena mereka merasa tidak pantas menyebut nama “Allah” yang
begitu kudus dan luhur secara langsung, maka istilah “Allah yang meraja” diungkapkan secara lain, yaitu “Kerajaan
Allah”. Dengan demikian, arti dan makna Kerajaan Allah bukanlah tempat seperti
Kerajaan Majapahit atau Kraton Yogyakarta. Kerajaan Allah berarti Allah yang
aktif memerintah atau meraja di dunia.
Dalam doa Bapa Kami, arti Kerajaan Allah
dapat dijelaskan secara tepat, yaitu dengan menghubungkan datangnya Kerajaan
Allah dan melakukan kehendak-Nya. “Datanglah Kerajaan-Mu, Jadilah Kehendak-Mu”.
Di mana kehendak Allah dilakukan dengan
ketaatan yang sempurna, di situlah, Kerajaan Allah diwujudkan. Sebab, setiap kali kita melakukan
kehendak Allah, berarti kita mempersilakan Allah hadir, memerintah dan merajai kita. Kita membiarkan hidup kita dirajai oleh Allah. Kita
membiarkan Allah meraja atas hidup kita.
Bacaan-bacaan hari ini memberikan beberapa penegasan kepada
kita mengenai apa tandanya kalau Kerajaan Allah hadir di tengah-tengah kita? Apa
tandanya kalau Allah hadir, memerintah dan merajai kita?
Tanda yang pertama kita ambil dari bacaan kedua. Membiarkan
diri dirajai oleh Allah berarti selalu “berusaha, entah di dalam tubuh entah di
luarnya, supaya kami berkenan kepada Allah” (2Kor 5:9). Hal ini menegaskan
kaitan antara datangnya Kerajaan Allah dengan melakukan kehendak-Nya sebagaimana diajarkan
Yesus dalam doa Bapa Kami. Kita akan berkenan kepada Allah kalau kita
melaksanakan kehendak-Nya. Sebab, dengan melaksanakan kehendak-Nya, berarti
hidup kita dirajai oleh Allah. Allah kita jadikan raja yang kita hormati, kita
sembah, kita taati dan kita laksanakan kehendak-Nya. Kita mundhi dhawuh Dalem lan ngemban karsa Dalem.
Dari bacaan pertama dan Injil, ditegaskan bahwa tanda kalau Allah
hadir, memerintah dan merajai kita adalah kita tumbuh, berkembang dan
menghasilkan buah. Yach, seperti benih yang ditabur, tumbuh menjadi besar,
berkembang dan berbuah (Mrk 4:26-29; Yeh 17:23). Tentu saja, pertumbuhan dan
perkembangan yang dimaksud di sini adalah dalam hal rohani atau keutamaan-keutamaan
Kristiani, yaitu iman, pengharapan dan kasih. Jadi, tanda kedua kalau kita
dirajai oleh Allah adalah kita tumbuh, berkembang, dan berbuah dalam iman,
pengharapan dan kasih.
Selain itu, bacaan pertama dan Injil juga memberikan tanda
lain. Semua tanaman tumbuh dan berkembang. Namun tidak semuanya berbuah.
Meskipun demikian, tanaman yang tidak menghasilkan buah masih tetap berguna,
yaitu dengan menjadi tempat berlindung dan bernaung bagi bangsa burung (Mrk
4:32; Yeh 17:23). Jadi, tanda ketiga kalau kita membiarkan Allah hadir,
memerintah dan merajai kita adalah kita mampu memberikan naungan, keteduhan dan
perlindungan bagi orang lain. Orang-orang yang berada di dekat kita merasa
aman, nyaman, damai, berbahagia dan bersukacita.
Inilah tiga tanda kalau kita menjadikan Allah sebagai raja
atas hidup kita. Kita berusaha sungguh-sungguh melaksanakan kehendak-Nya
sehingga hidup kita berkenan kepada-Nya. Kita tumbuh, berkembang, dan berbuah
dalam iman, harapan, dan kasih. Kita menjadi naungan yang memberikan rasa aman,
nyaman, damai, bahagia dan sukacita bagi orang lain.
Marilah, kita mohon kepada Tuhan, semoga ketiga hal tersebut
semakin nyata terwujud dalam diri kita, demi semakin dimuliakannya nama Tuhan,
kini dan sepanjang masa. Amin.
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr