Jumat, 20 Juli 2012
Hari Biasa Pekan XV
Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya. --- Keb 3:9
Antifon Pembuka (Hos 6:6)
Aku menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban sembelihan.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahakuasa, melalui nabi Yesaya Engkau menyatakan diri sebagai Allah yang sangat menyayangi kehidupan. Semoga dalam hidup ini kami berani mempercayakan ke dalam tangan-Mu seluruh harapan dan masa depan hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (38:1-6.21-22; 7-8)
U. Syukur kepada Allah.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27) 2/4
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka dan mereka mengenal aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:1-8)
Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di lading gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi bait Allah. Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, ‘Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan’, tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Bacaan Injil hari ini memperlihatkan sikap Yesus dan orang Farisi berhadapan dengan aturan hukum Sabat yang berlaku wajib untuk semua orang. Orang Farisi memandang hukum sebagai sesuatu yang statis, sehingga penghayatannya pun menjadi kaku. Selama aturan hukum itu belum dicabut menurut prosedur hukum yang berlaku, maka walaupun isinya jahat atau betapapun isinya sudah bertentangan dengan kewajaran hidup manusia, tetap berlaku sebagai hukum dan wajib ditaati. Yang melanggar akan mendapat sanksi hukum.
Cara memandang hukum dan peraturan seperti inilah yang mau dilawan oleh Yesus, bahwa hukum itu tidak statis, tetapi dinamis. Hukum itu bukan bagian dari lembaga, entah itu negara atau institusi agama, tetapi bagian dari hidup manusia dan karena hidup manusia itu dinamis maka hukum juga dinamis. ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,” tegas Yesus (Mrk. 2:27). Yesus memiliki cara pandang hukum yang progresif dan dinamis, bahwa hukum adalah untuk manusia. Keyakinan seperti ini tidak melihat hukum sebagai sesuatu yang sentral dalam berhukum, melainkan manusialah yang berada di titik pusat perputaran hukum. Hukum itu berputar di sekitar manusia sebagai pusatnya dan manusia tidak pernah boleh menjadi tawanan hukum. Selain itu, Yesus juga hendak menegaskan bahwa hukum itu harus adil. Kalau hukum sudah tidak adil—yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan— maka itu sudah bukan hukum. ”... tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah” (Mat. 12:7).
Sebagai pengikut Kristus, mari kita menggunakan cara pandang Yesus dalam memandang hukum dan berani bersikap seperti Yesus ketika berhadapan dengan ketidakadilan dan kesesatan, atau hal apa saja yang melecehkan kemanusiaan atas nama penghayatan hukum yang salah.
Tuhan Yesus, bukalah hati dan pikiran semua orang yang terlibat dalam dunia hukum, agar seperti Engkau, menghayati hukum yang manusiawi dan adil. Amin.
Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian
Hari Biasa Pekan XV
Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya. --- Keb 3:9
Antifon Pembuka (Hos 6:6)
Aku menyukai kasih setia dan bukan kurban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban sembelihan.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahakuasa, melalui nabi Yesaya Engkau menyatakan diri sebagai Allah yang sangat menyayangi kehidupan. Semoga dalam hidup ini kami berani mempercayakan ke dalam tangan-Mu seluruh harapan dan masa depan hidup kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (38:1-6.21-22; 7-8)
"Aku telah mendengar doamu dan melihat air matamu."
Pada waktu itu Hizkia , raja Yehuda, jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah Nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah sabda Tuhan, "Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan. Ia berkata, "Ya Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di hadapan-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Maka bersabdalah Tuhan kepada Yesaya, "Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia, 'Beginilah sabda Tuhan, Allah Daud, leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sungguh, Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan dikau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan melindungi kota ini." Kemudian berkatalah Yesaya, "Hendaknya diambil sebuah kue dari buah ara dan ditaruh di atas barah itu, maka raja akan sembuh." Sebelum itu Hizkia telah berkata, "Apakah yang akan menjadi tanda, bahwa aku akan pergi ke rumah Tuhan?" Jawab Yesaya, "Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari Tuhan, bahwa Tuhan akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya, 'Sungguh, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak dari yang telah dijalaninya'." Maka pada penunjuk matahari itu mundurlah matahari sepuluh tapak ke belakang dari jarak yang telah dijalaninya.
Demikianlah sabda TuhanU. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan, Engkau telah menyelamatkan hidupku.
Ayat. (Yes 38:10.11.12abcd.16)
1. Aku berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku.
2. Aku berkata: Aku tidak akan melihat Tuhan lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak lagi akan melihat seorang pun di antara penduduk dunia.
3. Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; Tuhan memutus nyawaku dari benang hidup.
4. Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Dikau: Tenangkanlah batinku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh.
Bait Pengantar Injil do = f, 2/2, PS 951Ref. Tuhan, Engkau telah menyelamatkan hidupku.
Ayat. (Yes 38:10.11.12abcd.16)
1. Aku berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku.
2. Aku berkata: Aku tidak akan melihat Tuhan lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak lagi akan melihat seorang pun di antara penduduk dunia.
3. Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; Tuhan memutus nyawaku dari benang hidup.
4. Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Dikau: Tenangkanlah batinku, buatlah aku sehat, buatlah aku sembuh.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27) 2/4
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan; Aku mengenal mereka dan mereka mengenal aku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (12:1-8)
"Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."
Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di lading gandum. Karena lapar murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah, dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam. Atau tidakkah kalian baca dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi bait Allah. Seandainya kalian memahami maksud sabda ini, ‘Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan’, tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Bacaan Injil hari ini memperlihatkan sikap Yesus dan orang Farisi berhadapan dengan aturan hukum Sabat yang berlaku wajib untuk semua orang. Orang Farisi memandang hukum sebagai sesuatu yang statis, sehingga penghayatannya pun menjadi kaku. Selama aturan hukum itu belum dicabut menurut prosedur hukum yang berlaku, maka walaupun isinya jahat atau betapapun isinya sudah bertentangan dengan kewajaran hidup manusia, tetap berlaku sebagai hukum dan wajib ditaati. Yang melanggar akan mendapat sanksi hukum.
Cara memandang hukum dan peraturan seperti inilah yang mau dilawan oleh Yesus, bahwa hukum itu tidak statis, tetapi dinamis. Hukum itu bukan bagian dari lembaga, entah itu negara atau institusi agama, tetapi bagian dari hidup manusia dan karena hidup manusia itu dinamis maka hukum juga dinamis. ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,” tegas Yesus (Mrk. 2:27). Yesus memiliki cara pandang hukum yang progresif dan dinamis, bahwa hukum adalah untuk manusia. Keyakinan seperti ini tidak melihat hukum sebagai sesuatu yang sentral dalam berhukum, melainkan manusialah yang berada di titik pusat perputaran hukum. Hukum itu berputar di sekitar manusia sebagai pusatnya dan manusia tidak pernah boleh menjadi tawanan hukum. Selain itu, Yesus juga hendak menegaskan bahwa hukum itu harus adil. Kalau hukum sudah tidak adil—yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan— maka itu sudah bukan hukum. ”... tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah” (Mat. 12:7).
Sebagai pengikut Kristus, mari kita menggunakan cara pandang Yesus dalam memandang hukum dan berani bersikap seperti Yesus ketika berhadapan dengan ketidakadilan dan kesesatan, atau hal apa saja yang melecehkan kemanusiaan atas nama penghayatan hukum yang salah.
Tuhan Yesus, bukalah hati dan pikiran semua orang yang terlibat dalam dunia hukum, agar seperti Engkau, menghayati hukum yang manusiawi dan adil. Amin.
Ziarah Batin 2012, Renungan dan Catatan Harian