Minggu, 08 Juli 2012
Hari Minggu Biasa XIV (B)
MENDENGARKAN "SAPAAN YESUS"
Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja -- Katekismus Gereja Katolik, 2177
Antifon Pembuka (Mzm 48:10-11)
Kami mengingat ya Allah kasih setia-Mu, di dalam bait-Mu. Seperti nama-Mu ya Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung bumi.
Doa
Allah Bapa yang maharahim, Engkau telah mengutus Putra-Mu terkasih menyapa kami dengan daya dan kuasa seorang nabi. Janganlah biarkan kami membangkang dan tak percaya. Perkenankanlah kami mengenal dan mengagumi Dia dalam kata dan karya-Nya, dan berilah kami kekuatan serta keberanian untuk memberi kesaksian atas perutusan-Nya di lingkungan kami sendiri. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (2:2-5)
Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku, dan aku ditegakkannya. Maka aku mendengar Allah yang berbicara dengan aku. Beginilah firman-Nya, "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa yang memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga; mereka keras kepala dan tegar hati! Kepada keturunan inilah Aku mengutus engkau! Kepada mereka harus kaukatakan: Beginilah firman Tuhan Allah. Dan entah mereka mendengarkan entah tidak, sebab mereka adalah kaum pemberontak, mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, la = d, 4/4, PS 818
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4; Ul: 2cd)
1. Kepada-Mu aku melayangkan mataku, Engkau yang bersemayam di surga, seperti mata para hamba laki-laki, memandang kepada tangan tuannya.
2. Seperti mata hamba perempuan, memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada Tuhan, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.
3. Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; sudah cukup kenyang jiwa kami dengan olok-olok orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.
Untuk selalu rendah hati dan hanya percaya pada kekuatan Tuhan, Paulus diberi kelemahan yang harus diterima. Kelemahan itu seperti duri dalam daging. Namun demikian, Tuhan tetap memberikan jaminan yang cukup agar segala keberhasilannya pun akhirnya dikembalikan kepada kemuliaan Tuhan.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:7-10)
Saudara-saudara, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan luar biasa yang aku terima, aku diberi suatu duri dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengecoh aku, agar aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 4:18)
Roh Tuhan ada pada-Ku Ia mengutus Aku menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:1-6)
Sekali peristiwa, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mulai mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian, bagaimana dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (Mzm 34:9)
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan. Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya.
Renungan
“Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Itulah kata-kata penghiburan yang biasanya kita ucapkan bila kita mengalami kegagalan. Meskipun demikian, tidak mudah untuk menerima kegagalan. Jika Anda tidak percaya, bertanyalah kepada seorang siwa yang dinyatakan tidak naik kelas atau tidak lulus dalam ujian akhir. Atau, bertanyalah kepada mereka yang baru di-PHK oleh perusahaan. Anda juga dapat bertanya kepada mereka yang putus asa karena gagal mempertahankan perkawinan. Atau, bertanyalah kepada biarawan-biarawati yang terpaksa “keluar” dari serikatnya. Bagi mereka, kegagalan adalah peristiwa yang menyakitkan.
Pengalaman “gagal” juga dialami oleh Yesus ketika berada di Nazaret, kota asal-Nya. Segala hal yang Ia lakukan di tempat lain selalu berhasil. Tetapi, tidak di Nazaret. Dikatakan, Ia tidak melakukan mukjizat apa pun selama di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya di atas mereka. Yesus pun menyadari keadaan itu dan berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Mrk 6:4). Yesus mengungkapkan keheranan sekaligus kekecewaan-Nya terhadap orang-orang Nazaret.
Apakah yang sebenarnya membuat Yesus “gagal”? Tidak lain adalah karena tanggapan orang Nazaret terhadap pengajaran Yesus. Mereka memang merasa takjub dengan pengajaran Yesus. Akan tetapi, ajaran ini tidak ditanggapi dengan iman. Mereka tidak mau percaya dengan ajaran Yesus dan menanggapinya dengan sinis. Bagi mereka, Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu. Lagi pula, Yesus tidak pernah belajar tentang hukum Taurat secara khusus. Yesus tidak pantas untuk mengajar mereka. Yesus pantas ditolak.
Sebagai umat beriman, kita seringkali bersikap seperti orang Nazaret. Kita sibuk menilai orang lain dan lupa dengan kata-kata yang disampaikan oleh orang tersebut. Apabila ada orang yang membagikan pengalaman imannya, kita seringkali menanggapi dengan sinis. “Ah, dia ‘kan umat biasa, sama saja dengan saya. Buat apa saya mendengarkan dia? Saya bisa lebih dari yang dia katakan.” Hal semacam ini sering terjadi di kalangan umat kita. Tidak heran, banyak umat (katekis atau prodiakon) merasa takut apabila diminta memberi renungan di lingkungan. Mereka merasa tidak dipercaya oleh umat lain. Mereka lebih suka jika pemberi renungan adalah seorang imam atau biarawan-biarawati. Hal inilah yang membuat mereka amat bergantung pada kaum berjubah. Umat tidak lagi mampu “mewartakan sabda” dalam hidup mereka.
Tuhan Yesus berkarya dalam diri kita asalkan kita mau membuka hati dan menanggalkan segala bentuk “penilaian negatif” terhadap orang lain. Hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah kesadaran bahwa Tuhan Yesus selalu “hadir” dalam diri setiap orang yang kita jumpai. Kita senantiasa dapat menimba pengalaman iman dari orang lain di sekitar kita. Percayalah bahwa Iman kita akan semakin dikembangkan jika kita mampu mendengarkan “sapaan Yesus” yang hadir dalam diri sesama. Sanggupkah kita melakukannya? Mari kita renungkan.
Hari Minggu Biasa XIV (B)
MENDENGARKAN "SAPAAN YESUS"
Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja -- Katekismus Gereja Katolik, 2177
Antifon Pembuka (Mzm 48:10-11)
Kami mengingat ya Allah kasih setia-Mu, di dalam bait-Mu. Seperti nama-Mu ya Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung bumi.
Doa
Allah Bapa yang maharahim, Engkau telah mengutus Putra-Mu terkasih menyapa kami dengan daya dan kuasa seorang nabi. Janganlah biarkan kami membangkang dan tak percaya. Perkenankanlah kami mengenal dan mengagumi Dia dalam kata dan karya-Nya, dan berilah kami kekuatan serta keberanian untuk memberi kesaksian atas perutusan-Nya di lingkungan kami sendiri. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Yehezkiel (2:2-5)
"Mereka adalah kaum pemberontak! Tetapi mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku, dan aku ditegakkannya. Maka aku mendengar Allah yang berbicara dengan aku. Beginilah firman-Nya, "Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa yang memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga; mereka keras kepala dan tegar hati! Kepada keturunan inilah Aku mengutus engkau! Kepada mereka harus kaukatakan: Beginilah firman Tuhan Allah. Dan entah mereka mendengarkan entah tidak, sebab mereka adalah kaum pemberontak, mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, la = d, 4/4, PS 818
Ref. Tuhan, sudi dengarkan rintihan umat-Mu.
Ayat. (Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4; Ul: 2cd)
1. Kepada-Mu aku melayangkan mataku, Engkau yang bersemayam di surga, seperti mata para hamba laki-laki, memandang kepada tangan tuannya.
2. Seperti mata hamba perempuan, memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada Tuhan, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.
3. Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; sudah cukup kenyang jiwa kami dengan olok-olok orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong.
Untuk selalu rendah hati dan hanya percaya pada kekuatan Tuhan, Paulus diberi kelemahan yang harus diterima. Kelemahan itu seperti duri dalam daging. Namun demikian, Tuhan tetap memberikan jaminan yang cukup agar segala keberhasilannya pun akhirnya dikembalikan kepada kemuliaan Tuhan.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada umat di Korintus (12:7-10)
"Aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku."
Saudara-saudara, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan luar biasa yang aku terima, aku diberi suatu duri dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengecoh aku, agar aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Luk 4:18)
Roh Tuhan ada pada-Ku Ia mengutus Aku menyampaikan Kabar Baik kepada orang miskin.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:1-6)
"Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri."
Sekali peristiwa, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Yesus mulai mengajar di rumah ibadat, dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia. Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian, bagaimana dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria? Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Maka Yesus tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (Mzm 34:9)
Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan. Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya.
Renungan
“Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Itulah kata-kata penghiburan yang biasanya kita ucapkan bila kita mengalami kegagalan. Meskipun demikian, tidak mudah untuk menerima kegagalan. Jika Anda tidak percaya, bertanyalah kepada seorang siwa yang dinyatakan tidak naik kelas atau tidak lulus dalam ujian akhir. Atau, bertanyalah kepada mereka yang baru di-PHK oleh perusahaan. Anda juga dapat bertanya kepada mereka yang putus asa karena gagal mempertahankan perkawinan. Atau, bertanyalah kepada biarawan-biarawati yang terpaksa “keluar” dari serikatnya. Bagi mereka, kegagalan adalah peristiwa yang menyakitkan.
Pengalaman “gagal” juga dialami oleh Yesus ketika berada di Nazaret, kota asal-Nya. Segala hal yang Ia lakukan di tempat lain selalu berhasil. Tetapi, tidak di Nazaret. Dikatakan, Ia tidak melakukan mukjizat apa pun selama di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya di atas mereka. Yesus pun menyadari keadaan itu dan berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Mrk 6:4). Yesus mengungkapkan keheranan sekaligus kekecewaan-Nya terhadap orang-orang Nazaret.
Apakah yang sebenarnya membuat Yesus “gagal”? Tidak lain adalah karena tanggapan orang Nazaret terhadap pengajaran Yesus. Mereka memang merasa takjub dengan pengajaran Yesus. Akan tetapi, ajaran ini tidak ditanggapi dengan iman. Mereka tidak mau percaya dengan ajaran Yesus dan menanggapinya dengan sinis. Bagi mereka, Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu. Lagi pula, Yesus tidak pernah belajar tentang hukum Taurat secara khusus. Yesus tidak pantas untuk mengajar mereka. Yesus pantas ditolak.
Sebagai umat beriman, kita seringkali bersikap seperti orang Nazaret. Kita sibuk menilai orang lain dan lupa dengan kata-kata yang disampaikan oleh orang tersebut. Apabila ada orang yang membagikan pengalaman imannya, kita seringkali menanggapi dengan sinis. “Ah, dia ‘kan umat biasa, sama saja dengan saya. Buat apa saya mendengarkan dia? Saya bisa lebih dari yang dia katakan.” Hal semacam ini sering terjadi di kalangan umat kita. Tidak heran, banyak umat (katekis atau prodiakon) merasa takut apabila diminta memberi renungan di lingkungan. Mereka merasa tidak dipercaya oleh umat lain. Mereka lebih suka jika pemberi renungan adalah seorang imam atau biarawan-biarawati. Hal inilah yang membuat mereka amat bergantung pada kaum berjubah. Umat tidak lagi mampu “mewartakan sabda” dalam hidup mereka.
Tuhan Yesus berkarya dalam diri kita asalkan kita mau membuka hati dan menanggalkan segala bentuk “penilaian negatif” terhadap orang lain. Hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah kesadaran bahwa Tuhan Yesus selalu “hadir” dalam diri setiap orang yang kita jumpai. Kita senantiasa dapat menimba pengalaman iman dari orang lain di sekitar kita. Percayalah bahwa Iman kita akan semakin dikembangkan jika kita mampu mendengarkan “sapaan Yesus” yang hadir dalam diri sesama. Sanggupkah kita melakukannya? Mari kita renungkan.
RUAH