Hari Minggu Biasa XIV (B)
KRISTUS KEKUATANKU
Dalam keterbatasan, orang akan menjadi mampu menghargai sesuatu dengan lebih besar dan lebih benar. Seperti peribahasa yang mengatakan tiada rotan akar pun jadi. Dalam ketidakmampuan modal yang besar, menjadikan orang mampu membuat sampah dan limbah pun menjadi modal yang besar dan sangat potensial. Di sebuah desa yang belum begitu ramai, seorang yang tidak mempunyai lahan untuk bertani, tidak mempunyai modal untuk berusaha, tidak ada rumah bagus untuk berteduh. Tetapi dia mempunyai sebidang tanah yang tidak begitu luas untuk dijadikan pekarangan perumahan.
Ide muncul menjadikan pekarangan itu untuk tempat menumpuk berbagai sampah dan dipisahkan, yang besi, plastik, gelas kaca, kardus dan kertas. Akhirnya dijual dan usaha itu terus ditekuni. Dengan modal mengais sampah sampai akhirnya bisa membeli sebuah mobil baru Innova. Keluarga ini membangun rumah dan membeli mobil dengan sampah.
Paulus mengajarkan kita bagaimana kita memberdayakan kekuatan Kristus agar menjadi kekuatan kita. Dengan mengatakan, “Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Kelemahan dirasakan sebagai duri yang selalu menggocoh dan menyadarkan ketidakmampuan kita, tetapi ada kekuatan yang luar biasa yang selalu memberikan kita kekuatan, yaitu rahmat Allah yang cukup mampu untuk mengalahkan kelemahan kita tersebut. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”.
Sangat berbeda dengan orang yang tidak percaya yang dikisahkan dalam Injil, walaupun ada yang mengagumkan dan menakjubkan tetapi hatinya tidak digerakkan untuk meyakini dan mempercayai. Seperti yang terjadi dengan orang orang Nazaret. Mereka takjub mendengarkan Yesus mengajar, mereka kagum, tetapi kemudian meremehkannya dan tidak menghargainya dengan mengatakan : Siapa dia, bukankan dia itu hanya anak tukang kayu? Dari mana ia dapat itu semua dia kan tidak pernah kuliah bahkan kursus pun tidak? Dari mana dia dapat? Sihir macam apa pula yang dibuatnya? Mereka meremehkan, menolak dan tidak mau percaya. Maka Yesus tidak melakukan perbuatan mukjizat di sana karena tidak ada faedahnya. Tetapi Yesus sadar bahwa semua pengajaran dan perbuatan-Nya mendapat sambutan banyak di tempat lain selain di kampungnya. Maka Yesus terus tetap berjalan keliling dari desa ke desa dan dari kota ke kota untuk mengajar dan melakukan penyembuhan-penyembuhan serta melakukan mukjizat-mukjizat untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir bersama mereka. Yesus heran atas ketidakpercayaan mereka, tetapi Yesus tetap optimis bahwa karya Allah dan Sabda Allah akan tetap bekerja dan menghasilkan buah. Seperti seorang nabi yang tidak dihargai di tempat asalnya tetapi dihargai di mana-mana.
Sikap hati yang kooperatif, yang terbuka dan yang siap sedia menerima dan bekerja sama dengan rahmat Tuhan, akan membuat kita mampu untuk menghadirkan karya-karya yang ajaib di tengah kehidupan kita. Sikap hati yang terbuka bahwa rahmat Tuhan juga hadir melalui tangan orang lain dan sesama dalam situasi apa pun akan membawa kita peka untuk menerima dan mendengar sabda Tuhan, yang menggunakan sesama kita sebagai mediasi atas kehadiran-Nya. Selalu menutup diri dengan mengajukan berbagai pertanyaan sinis, membuat kita sendiri tidak akan pernah berkembang, untuk menerima kehadiran rahmat Tuhan.
Selamat merenungkan.
Pastor Antonius Sumardi, SCJ
Ide muncul menjadikan pekarangan itu untuk tempat menumpuk berbagai sampah dan dipisahkan, yang besi, plastik, gelas kaca, kardus dan kertas. Akhirnya dijual dan usaha itu terus ditekuni. Dengan modal mengais sampah sampai akhirnya bisa membeli sebuah mobil baru Innova. Keluarga ini membangun rumah dan membeli mobil dengan sampah.
Paulus mengajarkan kita bagaimana kita memberdayakan kekuatan Kristus agar menjadi kekuatan kita. Dengan mengatakan, “Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku, agar kuasa Kristus turun menaungi aku karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Kelemahan dirasakan sebagai duri yang selalu menggocoh dan menyadarkan ketidakmampuan kita, tetapi ada kekuatan yang luar biasa yang selalu memberikan kita kekuatan, yaitu rahmat Allah yang cukup mampu untuk mengalahkan kelemahan kita tersebut. “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”.
Sangat berbeda dengan orang yang tidak percaya yang dikisahkan dalam Injil, walaupun ada yang mengagumkan dan menakjubkan tetapi hatinya tidak digerakkan untuk meyakini dan mempercayai. Seperti yang terjadi dengan orang orang Nazaret. Mereka takjub mendengarkan Yesus mengajar, mereka kagum, tetapi kemudian meremehkannya dan tidak menghargainya dengan mengatakan : Siapa dia, bukankan dia itu hanya anak tukang kayu? Dari mana ia dapat itu semua dia kan tidak pernah kuliah bahkan kursus pun tidak? Dari mana dia dapat? Sihir macam apa pula yang dibuatnya? Mereka meremehkan, menolak dan tidak mau percaya. Maka Yesus tidak melakukan perbuatan mukjizat di sana karena tidak ada faedahnya. Tetapi Yesus sadar bahwa semua pengajaran dan perbuatan-Nya mendapat sambutan banyak di tempat lain selain di kampungnya. Maka Yesus terus tetap berjalan keliling dari desa ke desa dan dari kota ke kota untuk mengajar dan melakukan penyembuhan-penyembuhan serta melakukan mukjizat-mukjizat untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir bersama mereka. Yesus heran atas ketidakpercayaan mereka, tetapi Yesus tetap optimis bahwa karya Allah dan Sabda Allah akan tetap bekerja dan menghasilkan buah. Seperti seorang nabi yang tidak dihargai di tempat asalnya tetapi dihargai di mana-mana.
Sikap hati yang kooperatif, yang terbuka dan yang siap sedia menerima dan bekerja sama dengan rahmat Tuhan, akan membuat kita mampu untuk menghadirkan karya-karya yang ajaib di tengah kehidupan kita. Sikap hati yang terbuka bahwa rahmat Tuhan juga hadir melalui tangan orang lain dan sesama dalam situasi apa pun akan membawa kita peka untuk menerima dan mendengar sabda Tuhan, yang menggunakan sesama kita sebagai mediasi atas kehadiran-Nya. Selalu menutup diri dengan mengajukan berbagai pertanyaan sinis, membuat kita sendiri tidak akan pernah berkembang, untuk menerima kehadiran rahmat Tuhan.
Selamat merenungkan.
Pastor Antonius Sumardi, SCJ