Senin, 13 Agustus: Hari Biasa Pekan XIX (H).
Yeh. 1:2-5,24-2:1a; Mzm. 148:1-2,11-12ab,12c-14a,14bcd; Mat. 17:22-27.
Mengikuti Yesus berarti menjalani kehidupan yang penuh perjuangan. Penderitaan, penolakan, bahkan kematian menjadi bagian dari kehidupan orang-orang yang mau mengikuti-Nya. Mereka harus mewujudkan kasih tanpa memberikan sandungan bagi orang lain.
Selasa, 14 Agustus: Peringatan Wajib St. Maksimilianus Maria Kolbe (M).
Yeh. 2:8-3:4; Mzm. 119:14,24,72,103,111,131; Mat. 18:1-5,10,12-14.
Sikap seorang anak ditampilkan kepada para murid-Nya. Sikap inilah yang harus dikembangkan dalam kehidupan para murid. Sikap seorang anak yang polos, tulus dan terbuka meski tergantung pada orang lain menjadi gambaran pengharapan orang beriman kepada Allah.
Rabu, 15 Agustus:
A. Indonesia: Hari Biasa Pekan XIX (H).
Yeh. 9:1-7; 10:18-22; Mzm. 113:1-2,3-4,5-6; Mat. 18:15-20.
Menegur itu tidak mudah, seringkali mengakibatkan konflik yang besar. Bagi Yesus menegur kesalahan seseorang itu penting. Bukan untuk menyalahkan tapi agar ia sadar dan mau bertobat. Cara menegurnya pun haruslah tepat dan tidak mempermalukan yang ditegur. Bagaimana dengan aku?
B. Luar Indonesia: Hari Raya Sta. Perawan Maria Diangkat Ke Surga (P).
Why 11:19a – 12:1.3-6a.10ab; Mzm 45:10bc-12ab; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56.
Dogma Maria Diangkat ke Surga dimaklumkan oleh Paus Pius XII dalam Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus (Tuhan yang sangat murah hati) pada tahun 1950. Dogma adalah ajaran iman yang disampaikan oleh Paus sebagai pemimpin Gereja yang harus ditaati oleh umat beriman, sedangkan Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus adalah dekrit yang menjelaskan tentang dogma Maria Diangkat ke Surga. Karena ajaran Maria Diangkat ke Surga merupakan dogma, umat Katolik harus mempercayainya. Dasar keyakinan kita bahwa Bunda Maria diangkat ke surga: 1) Maria dikandung tanpa noda dosa, termasuk dosa asal sehingga kita percaya bahwa ia pun bebas dari kerusakan badan setelah kematiannya. 2) Bunda Maria adalah hamba yang setia dalam mengambil bagian dalam kelahiran, kehidupan, wafat, dan kebangkitan Tuhan sehingga ia menerima kemuliaan surga secara istimewa, yaitu beserta badan dan jiwanya. 3) Kitab Wahyu 12:1 menegaskan bahwa Santa Perawan Maria diangkat ke surga: “Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya”.
Kamis, 16 Agustus: Hari Biasa Pekan XIX (H).
Yeh. 12:1-12; Mzm. 78:56-57,58-59,61-62; Mat. 18:21-19:1
Setiap orang bisa melakukan kesalahan, tapi bila ada pengampunan, orang menemukan kesempatan untuk membaharui dirinya. Pengampunan menjadi tanda paling nyata akan kehadiran Allah dalam kehidupan jemaat beriman.
Jumat, 17 Agustus: HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (P).
Sir. 10:1-8; Mzm. 101:1a,2ac,3a,6-7; 1Ptr. 2:13-17; Mat. 22:15-2
Para pemimpin hendaknya menjadi tanda kehadiran Allah yang mengasihi dan menyelamatkan. Para pejabat harus memperhatikan orang-orang yang dipimpinnya seperti Allah yang memelihara setiap ciptaan-Nya.
Sabtu, 18 Agustus: Hari Biasa Pekan XIX (H).
Yeh. 18:1-10,13b,30-32; Mzm. 51:12-13,14-15,18-19; Mat. 19:13-15
Para murid merasa harus menjaga Yesus, maka kehadiran anak-anak dianggap hanya mengganggu dan mereka disuruh pergi. Namun, Yesus justru menegur sikap para murid-Nya. Orang beriman tidak boleh meremehkan kehadiran siapa pun, termasuk mereka yang dianggap kurang penting.
Minggu, 19 Agustus: Hari Minggu Biasa XX (H).
Ams. 9:1-6; Mzm. 34:2-3,10-11,12-13,14-15; Ef. 5:15-20; Yoh. 6:51-58
Jangan pikir Yesus hanya berkias ketika mengatakan soal makan tubuh dan minum darah-Nya. Allah berkarya lewat materi. Itulah sebabnya mengapa sakramen merupakan tanda yang nyata dari rahmat kehidupan Ilahi. Lewat ekaristi, roti dan anggur sungguh menjelma menjadi tubuh dan darah Kristus. Seperti orang-orang Yahudi, kita juga mungkin menilai Yesus (dan kekristenan) itu tidak realistis, kalau tidak mau dibilang lunatik. Minta roti koq yang ditawarkan daging manusia? Hidup kekal itu memang terlalu realistis bagi dunia. Begitu realistisnya sehingga segala sesuatu dalam Kerajaan Allah terasa menyakitkan dan menyiksa. Tidak heran jika manusia cenderung memilih untuk tetap hidup di luar-Nya.