Senin, 17 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Kor 11:17-26; Mzm 40:7-8a.8b-9.10.17; Luk 7:1-10.
Paulus mengingatkan akan kisah Ekaristi. Dalam Ekaristi itu, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah Tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku.” Demikian juga Yesus mengambil cawan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, sebagai kenangan akan Aku!” Perayaan Ekaristi ditetapkan dan diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri, yakni pada perjamuan malam terakhir. Tuhan Yesus sendirilah yang menetapkan Ekaristi sebagai kenangan akan Diri-Nya, yakni Dia dan karya penebusan-Nya yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Di situ kemenangan dan kejayaan Kristus atas maut dihadirkan.
Selasa, 18 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H)
1Kor 12:12-14.27-31a; Mzm 100:2.3.4.5; Luk 7:11-17.
Tergerak oleh belas kasihan, Yesus membangkitkan anak muda dari Nain yang telah mati itu. Yesus berkuasa atas hidup dan mati. Ia menginginkan kita semua memperoleh kehidupan. Tetapi seringkali kita sendiri yang terus bergerak pada kematian dengan segala kegelapannya. Hari ini Yesus tergerak oleh belas kasihan untuk juga berkata kepada kita: Bangkitlah!
Rabu, 19 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Kor 12:31-13:13; Mzm 33:2-3.4-5.12.22; Luk 7:31-35.
Orang yang hatinya tertutup sulit sekali bertumbuh dalam iman, karena seringkali hanya mengandalkan akal budi dan kekuatan sendiri. Padahal tanpa iman, hidup berada dalam kegelapan. Sikap kerendahan hati, mengakui kelemahan diri, dan bergantung pada kuasa Allah sangatlah diperlukan untuk bisa menerima rahmat iman.
Kamis, 20 September: Peringatan Wajib St. Andreas Kim Taegon dan St. Paulus Chong Hasang, dkk, Martir (M).
1Kor 15:1-11; Mzm. 118:1-2.16ab-17.28; Luk 7:36-50.
Karena mengalami cinta dan belas kasih Allah, perempuan itu bersimpuh di hadapan Yesus dan mengurapi kaki-Nya. Apakah kita juga menyadari bahwa kita pun banyak mengalami cinta dan belas kasih Allah. Lalu, apa yang telah kita lakukan untuk-Nya?
Jumat, 21 September: Pesta St. Matius, Rasul dan Penulis Injil (M).
Ef 4:1-7.11-13; Mzm 19:2-3.4-5; Mat 9:9-13.
Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Tentu saja orang yang merasa dirinya sehat-sehat saja tidak perlu mencari tabib atau dokter. Tetapi bukan saja tubuh yang harus sehat, jiwa (tubuh rohani) kita juga harus dipelihara supaya sehat. Yesus datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. Ingatlah bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat 4:4). Nah, kalau kita masih merasa diri orang berdosa, Yesus ingin sekali datang kepada kita. Maukah kita menyambut-Nya supaya hidup kita dipulihkan, disegarkan dan dikuatkan oleh-Nya? Dia menunggu jawaban kita, orang berdosa ini.
Sabtu, 22 September: Hari Biasa Pekan XXIV (H).
1Kor 15:35-37.42-49; Mzm 56:10.11-12.13-14; Luk 8:4-15.
Yesus telah menaburkan sabda-Nya. Ia tentu berharap, sabda-Nya itu tinggal dalam hati yang baik, yang kemudian dapat berbuah, lalu menjadi benih baru bagi orang lain juga. Inilah tugas utama murid Yesus.
Minggu, 23 September: Hari Minggu Biasa XXV (H).
Keb 2:12.17-20; Mzm 54:3-4.5.6.8; Yak 3:16-4:3; Mrk 9:30-37.
Manusia cenderung menjalankan jabatan dengan unjuk kuasa. Yesus justru menghendaki sebaliknya, semakin tinggi jabatan kita semakin kita harus lebih dalam lagi melayani. Maka, orang terhormat di hadapan Yesus adalah orang yang siap melayani tanpa batas.