Minggu, 23 September 2012
Hari Minggu Biasa XXV
Hari Minggu Biasa XXV
Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian
Lama, yang irama dan artinya ia ambil alih, kalau ia merayakan Pencipta
dan Penebus umat-Nya tiap minggu --- Katekismus Gereja Katolik, 2176
Antifon Pembuka
Tuhan bersabda, “Akulah keselamatan umat. Aku akan mendengarkan seruannya dalam segala kesulitan. Aku akan tetap menjadi Tuhan mereka sepanjang masa.”
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahakuasa, bila para kuasa di dunia mengancam umat-Mu, maka Engkaulah yang menolong mereka. Pada diri Yesus kami lihat pembelaan-Mu terhadap orang kecil. Berilah kami iman yang mantap tak tergoyahkan, dan dalam suka maupun duka tetap mengakui bahwa Engkaulah Allah orang-orang hidup, yang selalu menyelamatkan hamba-hamba-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (2:12.17-20)
“Hendaklah kita menjatuhkan hukuman keji terhadapnya.”
Orang-orang fasik berkata satu sama lain, “Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan, serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita. Cobalah kita lihat apakah perkataannya benar, dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang. Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Allah akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya. Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya. Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, re = a, 2/4, PS 810
Ref. Condongkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah bebaskan daku.
Ayat. (Mzm 54:3-4.5.6.8)
1. Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!
2. Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah.
3. Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan mempersembahkan kurban kepada-Mu, aku akan bersyukur sebab baiklah nama-Mu, ya Tuhan.
Bacaan dari Surat Rasul Yakobus (3:16-4:3)
“Buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.”
Saudara-saudaraku yang terkasih, di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas itu pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran itu ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai. Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah dari hawa nafsumu yang saling bergulat di dalam dirimu? Kamu mengingini sesuatu tetapi tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh. Kamu iri hati, tetapi tidak mencapai tujuan, lalu kamu bertengkar dan berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta akan kamu gunakan untuk memuaskan hawa nafsu.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (2Tes 2:14)
Sesudah ayat, Alleluya dinyanyikan dua kali.
Allah telah memanggil kita; sehingga kita boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus Tuhan kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:30-37)
“Anak Manusia akan diserahkan .... Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya.”
Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang, sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia. Tetapi tiga hari setelah dibunuh, Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada Yesus. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika sudah di rumah, Yesus bertanya kepada para murid itu, “Apa yang kamu perbincangkan tadi di jalan?” Tetapi mereka diam saja; sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya.” Yesus lalu mengambil seorang anak kecil ke tengah-tengah mereka. Kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima, melainkan Dia yang mengutus Aku.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Rekan-rekan!
Injil bagi hari Minggu Biasa XXV tahun B kali ini (Mrk 9:30-37) memuat pernyataan Yesus yang kedua kalinya kepada murid-muridnya mengenai kesengsaraan, salib, serta kebangkitannya. Sesudah itu, ia juga memberi pengajaran agar dalam mengikutinya para murid tidak berpamrih bakal mendapat kedudukan. Sebelum mendalami pengajaran ini, marilah ditengok sejenak maksud serta makna pemberitahuan mengenai sengsara tadi bagi komunitas para murid waktu itu.
PERNYATAAN MENGENAI KESENGSARAAN
Walaupun diakui sebagai Mesias oleh orang-orang yang paling dekat
dengannya, Yesus lebih memahami dirinya sebagai Anak Manusia. Ia bahkan
menegaskan bahwa dirinya akan ditolak, disalibkan, tetapi akan
dibangkitkan. (Lihat ulasan Injil Minggu lalu, Mrk 8:27-35). Pernyataan
ini muncul sampai tiga kali dalam Injil Markus, Matius dan Lukas. Yang
pertama, Mrk 8:31-33//Mat 16:13-23//Luk 9:22, yang kedua Mrk
9:30-32//Mat 17:22//Luk 9:43b-45 dan yang ketiga, Mrk 10:32-34//Mat
20:17-19//Luk 18:31-34. Pernyataan pertama diikuti pengajaran khusus
bagi siapa saja yang mau mengikutinya, yakni agar mereka sedia
"menyerahkan nyawa", maksudnya berdedikasi penuh Mrk 8:34-39//Mat
16:24-28//Luk 9:23-27. Pernyataan yang kedua dilanjutkan dengan
pengajaran untuk tidak mencari kedudukan tinggi, melainkan bersikap
seperti anak kecil Mrk 9:34-37//Mat 18:1-5//Luk 9:46-48. Pernyataan
ketiga ditegaskan dengan pengajaran mengenai kesediaan melayani satu
sama lain Mrk 10:35-45 Mat 20:20-28 (Lukas tidak menyertakan
padanannya). Dari ikhtisar ini kelihatan bahwa arah ke salib dan
kebangkitan itu memang sulit dipahami, bahkan oleh murid-murid terdekat
yang sudah lama mengikutinya sekalipun. Jalan untuk memahami kenyataan
salib dan kebangkitan itu ialah kesediaan untuk menerima tanpa
mementingkan diri ataupun mencari kedudukan yang tinggi. Inilah yang
diberikan dalam pengajaran yang mengikuti setiap pernyataan tadi.
Semakin dekat ke Yerusalem, Yesus semakin berusaha agar para murid
terdekatnya memahami arah ke salib dan kebangkitan tadi dengan ikhlas.
Murid-murid sulit memahami mengapa ia perlu mengalami penderitaan hingga
kematian di salib. Mengapa Yang Maha Kuasa tidak menyertainya dengan
bala tentara surga dan dunia untuk membangun kejayaan umat di hadapan
para penentang-penentangnya. Pertanyaan seperti ini ada dalam lubuk hati
mereka. Juga dalam hati kecil kita. Mengapa perlu sampai sejauh itu.
Mengapa dia, dan juga kita, seolah-olah dibiarkan sendirian di hadapan
kekuatan-kekuatan yang kini semakin mengancam kita.
SALIB DAN KEKUATAN YANG JAHAT
Kekuatan jahat perlu ditekuni dengan salib, seperti yang dilakukan
Yesus. Baru dengan demikian daya gelap akan dapat dikuasai dan diubah
menjadi kekuatan terang. Namun demikian, perlu disadari bahwa salib
tidak identik dengan apa saja yang dirasa sebagai penderitaan. Ada
banyak kesusahan yang bukan salib dan mestinya bisa dihindari dan
diatasi dengan kebijaksanaan hidup dan ikhtiar. Pelbagai ketimpangan
ekonomi dan ketakadilan di masyarakat bukan salib, melainkan musibah
sosial yang mesti ditangani dengan serius. Menyebutnya sebagai salib
tidak membawa manfaat apapun kecuali menutup mata pada kenyataan. Dan
mengurangi makna salib yang sesungguhnya. Yang perlu diterima sebagai
salib ialah yang dihadapi oleh Yesus sendiri, yakni penolakan manusia
terhadap kebaikan ilahi. Inilah realitas yang jahat yang hanya dapat
dihadapi dengan salib.
Penderitaan serta kematian Yesus itu akan berakhir dengan kebangkitan.
Unsur yang paling membedakan salib dengan penderitaan biasa ialah ada
tidaknya kaitan dengan kebangkitan. Bahkan salib dan kebangkitan ialah
satu realitas dengan dua muka yang tak dapat saling dipisahkan. Bila
tidak ada kebangkitan, maka tak dapat dikatakan penderitaannya
mengalahkan yang jahat. Juga tidak dapat ditegaskan bahwa ada
kebangkitan tanpa salib. Seperti dalam peristiwa pemberitahuan pertama,
para murid juga kurang menangkap maksud pemberitahuan kedua.
SIAPAKAH YANG TERBESAR?
Adegan beralih dari sebuah tempat di Galilea yang namanya tidak disebut
ke sebuah rumah di Kapernaum, juga di wilayah Galilea. Di rumah inilah
Yesus menanyai para murid tentang apa yang mereka bicarakan di
perjalanan. Mereka diam tak berani menjawab, karena mereka tadi
bertengkar mengenai siapa di antara mereka yang terbesar. Mereka cukup
tahu, tidak sepatutnyalah mereka berpikir demikian. Tetapi Yesus tidak
memarahi, melainkan mengajak mereka untuk mengenal diri dengan lebih
baik. Mereka kini bukan lagi orang luar dan pengikut baru. Mereka telah
berjalan bersama dia dari tempat ke tempat, sudah melihat yang
diperbuatnya bagi orang banyak dan ikut serta melayani mereka.
Murid-murid ini ialah Yang Duabelas, kalangan paling dekat dengannya
sendiri. Mereka inti umat yang baru yang akan memperkenalkan Yang Ilahi
kepada segala bangsa. Inilah orang-orang yang memang mempunyai niat
mengikuti Yesus. Kok malah kini memperebutkan kedudukan siapa yang lebih
penting. Memang mereka masih butuh belajar membuat diri searah dengan
dia yang mereka ikuti.
Yesus pun memberi mereka pengajaran khusus mengenai apa itu menjadi yang
pertama. Ia tahu tiap orang mempunyai hasrat menjadi orang penting.
Orang yang tidak memiliki dorongan ke arah itu juga sulit menemukan
makna hidup. Tetapi yang membuat penting ada bermacam-macam. Dan tidak
selalu benar dan cocok dengan pilihan hidup yang sudah mulai ditempuh.
Inilah keadaan para murid waktu itu. Kini sang Guru membantu mereka
untuk semakin menemukan diri.
Diajarkan bahwa yang ingin menjadi yang pertama, hendaklah menjadi yang
berdiri paling belakang dan melayani semuanya. Jelas hendak
ditunjukkannya bahwa mementingkan orang lain bakal membuat pengikut
Yesus menjadi besar. Dia sendiri menjalankannya. Seluruh hidupnya
ditujukan untuk mengusahakan kebahagiaan orang lain, memperoleh
keselamatan bagi umat manusia. Perjalanannya ke salib dan kebangkitan
itu sebuah ziarah yang bakal menyelamatkan umat manusia dari kungkungan
kuasa yang jahat yang tak dapat dipecahkan kecuali dengan pengorbanan
dan keikhlasan untuk itu.
Para murid diajar untuk menerima anak kecil, artinya menerimanya sebagai
yang penting meski ia tak dapat menonjolkan diri pernah berbuat banyak
dan berjasa, dst. Ia diterima bukan karena yang diperbuatnya melainkan
karena berharga tanpa jasa sendiri. Itulah spiritualitas yang
sepantasnya berkembang dalam diri para murid dalam mengikuti guru
mereka.
SEBUAH PERBANDINGAN
Ada manfaatnya bila hal di atas dipahami bersama dengan pengajaran yang
diberikan setelah pemberitahuan kesengsaraan yang pertama dan yang
ketiga. Titik berat dalam pengajaran yang disampaikan setelah
pemberitahuan sengsara yang pertama ialah kesediaan berdedikasi utuh
dalam mengikuti Yesus (Mrk 8:34-38). Injil mengungkapkannya dengan
"merelakan nyawa". Tetapi yang ditekankan bukan sisi pengorbanan melulu,
melainkan sisi keuntungannya. Dikatakan, siapa yang kehilangan nyawanya
"karena aku dan karena Injil" malah akan mendapatkan keselamatan bagi
dirinya (Mrk 8:35). Jadi tekanan bukan pada kemartiran atau berani mati
demi agama dan iman. Tafsiran ke arah itu kurang membantu dan malah bisa
disebut meleset. Yang dituju ialah keberanian untuk menanggalkan serta
meninggalkan pikiran-pikiran sendiri mengenai apa itu mengikut Yesus dan
membiarkan diri dituntun olehnya dan dengan demikian dapat mengalami
sendiri apa itu berjalan bersama dia. Jadi "kehilangan nyawa" di situ
ialah membuka diri untuk menerima kekayaan batin yang sejati.
Spiritualitas ini memberi arti pada "menyangkal diri dan memikul salib
dan mengikuti dia" yang dikatakan sebelumnya (ay. 34). Bukan memikul
salib apa saja, melainkan ikut ambil bagian dalam meringankan salib yang
dipanggul Yesus. Itulah salib yang bermuara pada kebangkitan.
Nanti sesudah pemberitahuan kesengsaraan yang ketiga kalinya,
diceritakan bagaimana Yakobus dan Yohanes meminta Yesus agar mereka
dapat duduk di kanan dan kirinya dalam kemuliaannya kelak. Yesus
menanyai mereka apa mereka bersedia minum dari cawan yang diminumnya dan
dibaptis dengan baptisan yang diterimanya. Maksudnya, menjadi senasib
sepenanggungan. Mereka menyatakan sanggup. Sekalipun demikian, Yesus
menukas, ia tak berhak memberikan kedudukan yang mereka inginkan itu
karena hanya diberikan kepada yang pantas menerimanya, siapa pun orang
itu (Mrk 9:35-40). Kemudian Yesus menambahkan, siapa ingin menjadi besar
hendaknya menjadi orang yang mau melayani, yang mau menjadi yang
pertama hendaknya ada di bawah, sebagai hamba, seperti ia sendiri (Mrk
9:43-45).
Dari ketiga pengajaran tadi dapat dilihat apa artinya mengikuti Yesus.
Pertama-tama, tentu bukan meniru-niru dia, melainkan membiarkan diri
dibentuk olehnya sendiri. Kedua, alih-alih beragenda mau jadi orang
besar, ada ajakan bersedia datang kepadanya tanpa apa-apa yang dapat
diperhitungkan sebagai jasa yang patut mendapat ganjaran. Akhirnya,
mengikuti dia itu berarti membiarkan diri dituntun oleh Yang Maha Kuasa
sendiri ke tempat dan kedudukan yang sudah disediakan oleh-Nya. Memang
kini belum dapat diduga macamnya namun Bapa yang Maha Baik tentunya akan
memberikan yang terbaik Inilah iman yang ditumbuhkan Yesus dalam diri
murid-muridnya.
Salam hangat,
A. Gianto