Sabtu, 22 September 2012
Hari Biasa Pekan XXIV
“Orang bertobat, seorang pemungut cukai menjadi contoh pertobatan dan
pengampunan bagi banyak pemungut cukai dan pendosa” (St. Beda
Venerabilis)
Antifon Pembuka (1Kor 15:49)
Seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.
Doa Pagi
Tuhan Allah kami, bentuklah kami dengan rahmat-Mu agar kami semakin
mencintai sabda-Mu yang tertanam dalam diri kami. Berkatilah juga agar
kami dapat bertekun memeliharanya sehingga dapat berbuah bagi sesama.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Jemaat Korintus dirisaukan oleh keragu-raguan untuk menerima kebenaran
ajaran tentang kebangkitan. Paulus marah! Sebab, jika tidak ada
kebangkitan, sia-sialah iman Kristiani. Hari ini Paulus memberikan
penjelasan yang mudah ditangkap, dengan analogi ‘benih yang ditaburkan’.
Jika alam saja bisa, apalagi manusia sebagai ciptaan utama. Jika
manusia saja bisa, apalagi Yesus Kristus sebagai Allah yang menjadi
manusia.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (15:35-37.42-49)
"Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan."
Saudara-saudara, mungkin ada orang bertanya, “Bagaimanakah orang mati
dibangkitkan? Dan dengan tubuh apa mereka akan datang kembali?” Hai
orang bodoh! Benih yang kautaburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, jika
tidak mati dahulu. Dan yang kautaburkan itu bukanlah rupa tanaman yang
akan tumbuh, melainkan biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum
atau biji lain. Demikian pulalah halnya dengan kebangkitan orang mati:
Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan;
ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan; ditaburkan
dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah
tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh
alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis, ‘manusia
pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup. Tetapi Adam yang akhir
menjadi roh yang menghidupkan’. Tetapi yang mula-mula datang, bukanlah
yang rohaniah, melainkan yang alamiah; barulah kemudian yang rohaniah.
Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani; manusia
kedua berasal dari surga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang
berasal dari debu tanah, dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia
yang berasal dari surga. Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari
manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang
surgawi.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Ayat. (Mzm 56:10.11-12.13-14)
1. Musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin bahwa Allah berpihak kepadaku.
2. Kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Tuhan, yang sabda-Nya
kujunjung tinggi, kepada-Nya aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang
dapat dilakukan manusia terhadapku?
3.Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kupenuhi dan kurban syukur akan
kupersembahkan kepada-Mu. Sebab Engkau telah meluputkan daku dari maut,
dan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; sehingga aku boleh
berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah dalam hati yang
baik dan tulus ikhlas dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Sabda Allah yang diwartakan itu bagaikan benih yang ditaburkan. Dalam
dunia agraris (pertanian), pewartaan ini sungguh mengena. Sabda itu
tumbuh tergantung tingkat kesuburan ‘tanah’, budi dan hati. Untuk
menjadi tanah yang subur, orang harus menjaga kondisi hati yang baik,
jernih, syukur kalau suci. Hati yang kotor, curang, culas adalah tanah
tandus untuk pertumbuhan sabda.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (8:4-15)
"Yang jatuh di
tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda itu dan menyimpannya
dalam hati, dan menghasilkan buah dalam ketekunan."
Banyak orang datang berbondong-bondong dari kota-kota sekitar kepada
Yesus. Maka Yesus berkata dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang
penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur sebagian benih itu
jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan
burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang
berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air.
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, sehingga terhimpit sampai mati
oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah
yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.” Sesudah itu
Yesus berseru, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah
mendengar.” Para murid menanyakan kepada Yesus maksud perumpamaan itu.
Yesus menjawab, “Kalian diberi kurnia mengetahui rahasia Kerajaan Allah,
tetapi hal itu diwartakan kepada orang lain dalam perumpamaan, supaya
sekalipun memandang, mereka tidak melihat, dan sekalipun mendengar,
mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah
Sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan ialah orang yang telah
mendengarnya, kemudian datanglah Iblis, lalu mengambil sabda itu dari
dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang setelah mendengar
sabda itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar.
Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka
murtad. Yang jatuh dalam semak duri, ialah orang yang mendengar sabda
itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran,
kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga tidak menghasilkan buah yang
matang. Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda
itu dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah dalam
ketekunan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Renungan
Yesus berbicara tentang cara sabda Allah diterima oleh pelbagai tipe
manusia. Berhasil tidaknya sabda Allah itu bertumbuh dan menghasilkan
buah, tergantung dari subur tidaknya lahan hati manusia. Memang
keterbukaan hati adalah salah satu kuncinya. Kita sebagai murid-murid
Tuhan diundang untuk terus menerus mendengarkan firman-Nya dan
menghasilkan buah dalam kehidupan kita.
Doa Malam
Tuhan, berilah kami istirahat yang menyegarkan badan. Semoga benih
sabda-Mu yang kami taburkan dalam kegiatan kami hari ini Kautumbuhkan
sesuai dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
Amin.
RUAH