Hari Raya Semua Orang Kudus
“Kebiasaan menempatkan gambar-gambar atau patung-patung kudus dalam gereja untuk dihormati oleh kaum beriman hendaknya dilestarikan. Tetapi jumlahnya jangan berlebih-lebihan, dan hendaknya disusun dengan laras, supaya jangan terasa janggal oleh umat Kristiani, dan jangan memungkinkan timbulnya devosi yang kurang kuat.” --- Konstitusi tentang Liturgi Suci no. 125
Bergembiralah kita semua dalam Tuhan merayakan semua orang kudus. Malaikat pun bersuka ria berpesta dan memuji-muji Putra Allah.
Doa Pagi
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, dalam perayaan kali ini kami kenangkan semua orang kudus yang mengimani dan mempercayakan dirinya kepada cinta kasih-Mu entah mereka itu terkenal entah tidak. Dengan para kudus itu kami telah Kau perkenankan dalam umat-Mu, dalam Gereja-Mu. Maka kami mohon dengan perantaraan mereka penuhilah doa keinginan kami dan perkenankanlah kami ikut serta dilimpahi belas kasih-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Wahyu (7:2-4.9-14)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkan di atas sungai-sungai.
2. Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan dan tidak bersumpah palsu.
3. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Yohanes (3:1-3)
Demikianlah sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 11:28)
Datanglah pada-Ku, kamu semua yang letih dan berbeban berat. Aku akan membuat lega.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (5:1-12a)
Sekali peristiwa ketika melihat banyak orang yang datang, Yesus mendaki lereng sebuah bukit. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya. Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, katanya, "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat; bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga."
Renungan
Salah satu pokok iman kita menyatakan “Aku percaya akan persekutuan para kudus". Di antara para kudus tersebut, ada sebagian yang diakui secara resmi oleh Gereja dan ada banyak yang tidak dikenal. Mereka yang diakui secara resmi adalah para santo/a dan beato/a yang sebagian besar tertera dalam kalender liturgi. Sementara itu, para kudus lainnya adalah orang-orang biasa seperti kita yang sekarang sudah mulia bersama Allah di surga.
Hari Raya Semua Orang Kudus, terutama dimaksudkan untuk merayakan para kudus kelompok yang kedua ini; yaitu mereka yang tidak dirayakan secara khusus dan tidak ada dalam kalender liturgi Gereja. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam bacaan pertama hari ini, yaitu “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. ... Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar! Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” (Why 7:9.14).
Selain itu, perayaan ini juga dimaksudkan untuk memperteguh pengharapan kita tentang apa yang akan kita alami kelak, setelah hidup kita di dunia ini berakhir. Mereka yang kita rayakan hari ini adalah orang-orang biasa seperti kita, yang karena kemurahan dan belas kasih Allah telah mengalami kebahagiaan abadi di surga. Mereka telah mengalami hidup sebagai anak-anak Allah secara penuh dan sempurna. Seperti mereka, kita juga telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Namun, “bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata. Akan tetapi kita tahu bahwa, apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1Yoh 3:2). Untuk itu, mulai sekarang kita diajak mengarahkan hidup kita pada pengharapan akan masa depan dalam keabadian tersebut.
Sabda Bahagia dalam bacaan Injil memberikan resep bagi kita, bagaimana kita bisa mengarahkan hidup kita ini. Tiga Sabda Bahagia yang pertama (ay.3-5) menegaskan bahwa orang dapat disebut berbahagia karena mengandalkan hidupnya pada Tuhan. Mereka yang “miskin di hadapan Allah” (ay.3) berarti menyadari keterbatasan dan ketidakmampuannya di hadapan Allah kemudian berserah kepada-Nya. Mereka yang “ berduka cita” (ay.4) berarti orang yang menyadari bahwa kendati mengalami kesulitan Tuhan tetap menyertai dan berada di dekatnya memberi hiburan dan kekuatan. Meraka yang “lemah lembut” (ay.5) berarti orang yang cinta damai dan tidak menjauhi segala bentuk kekerasan sehingga bersahabat dengan semua orang (=memiliki bumi).
Dua Sabda Bahagia berikutnya (ay. 6 dan 8) menegaskan bahwa orang dapat disebut bahagia karena menjalankan kehendak Tuhan. Mereka disebut sebagai orang yang “lapar dan haus akan kebenaran” (ay.6) dan yang “suci hatinya” (ay.8). Mereka ini selalu bertekun untuk mewujudkan kehendak Tuhan dan tidak gampang dipengaruhi keinginan-keinginan yang menjauhkannya dari Tuhan.
Dua Sabda Bahagia yang lain (ay. 7 dan 9) menegaskan bahwa orang dapat disebut bahagia karena menghadirkan Tuhan bagi sesama. Mereka adalah orang yang “murah hati” (ay.7) dan “membawa damai” (ay.9). Artinya, mereka ini selalu berusaha menghadirkan kebaikan Tuhan kepada sesama karena sadar akan perlunya sikap saling mendukung dan sikap pendamai.
Dua Sabda Bahagia terakhir (ay. 10-12) menegaskan bahwa orang dapat disebut bahagia karena tekun, tabah dan bertahan dalam kesulitan untuk menghayati nilai-nilai di atas. Pertama, mengandalkan hidup pada Tuhan (vs mengandalkan diri sendiri, kepandaian, harta kekayaan, dll); Kedua, menjalankan kehendak Tuhan (vs menjalankan keinginan kita sendiri, nggugu karepa dhewe); Ketiga, menghadirkan Tuhan bagi sesama (vs menghadirkan setan bagi sesama dalam bentuk kebencian, ketidakpeludian, permusuhan).
Ketiga hal tersebut, jika kita jalani dan kita usahakan dengan tekun dan bersungguh-sungguh akan mendatangkan kebahagiaan yang sejati, tidak hanya di dunia ini tetapi juga di akhirat nanti. “Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga (ay 11). Maka, kalau kita menginginkan hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat nanti, marilah kita senantiasa: 1) mengandalkan Tuhan, 2) berusaha menjalankan kehendak Tuhan dengan sungguh, dan 3) menghadirkan Tuhan bagi sesama. Marilah kita berusaha mewujudkan ketiga hal ini dengan tekun kendati ada banyak tantangan, kesulitan dan hambatan serana memohon berkat dan kekuatan dari Tuhan sendiri.
RD. Ag. Agus Widodo