| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Surat Gembala Tahun Iman Bagi Umat Katolik Keuskupan Amboina

Menyongsong Tahun Iman yang secara resmi akan dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 14 Oktober 2012, Uskup Diosis Amboina Mgr P.C. Mandagi MSC menerbitkan “Surat Gembala Tahun Iman”. Di dalamnya tersurat pesan dan ajakan sang Gembala bagi seluruh Umat Katolik Keuskupan Amboina. Berikut kutipan selengkapnya dari surat bernomor 008.02-KA/PCM/IX/2012.


Umat katolik seluruh Keuskupan Amboina yang sangat dikasihi oleh Allah.
Dengan Surat Apostolik “Pintu Kepada Iman” (Porta Fidei) telah dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI Tahun Iman. Tahun Iman ini berlangsung dari tanggal 11 Oktober 2012 sampai dengan 24 November 2013.
Apakah arti Tahun Iman ini bagi kita umat Katolik? Surat Apostolik “Pintu Kepada Iman” membantu kita untuk memahami arti Tahun Iman ini. Saya ingin menyampaikan kepada anda sekalian beberapa pesan, yang terungkap dalam Surat Apostolik itu.

  1. I.Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik
Secara khusus Tahun Iman ini dicanangkan untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-50 Pembukaan Konsili Vatikan II dan Hari Ulang Tahun ke-20 Terbitnya Buku Katekismus Gereja Katolik. Buku ini dipromulgasikan oleh Beato Yohanes Paulus II. Buku ini merupakan buah asli dari Konsili Vatikan II. Digambarkan dalam buku ini kekuatan dan keindahan dari iman kepercayaan. Kata Beato Yohanes Paulus II: “Katekismus ini akan menjadi suatu kontribusi yang sangat penting bagi karya pembaharuan seluruh kehidupan Gereja... Maka, saya menyatakan Katekismus ini menjadi suatu sarana bantu yang sah dan benar bagi persekutuan Gerejani dan menjadi patokan yang pasti bagi pengajaran iman.”

  1. II.Penemuan Kembali akan Iman Kepercayaan
Memang secara khusus Tahun Iman ini dicanangkan untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-50 Pembukaan Konsili Vatikan II dan Hari Ulang Tahun ke-20 Publikasi Buku Katekismus Gereja Katolik. Namun, secara umum Tahun Iman adalah waktu yang khusus dan istimewa untuk menemukan kembali iman kepercayaan kita. Kata Paus Benediktus ke-16: “Pintu Kepada Iman (Kis. 14:27) senantiasa terbuka bagi kita untuk memasukkan kita ke dalam persekutuan hidup dengan Allah dan untuk menawarkan kepada kita masuk ke dalam Gereja-Nya.”
Iman kepercayaan merupakan sebuah perjalanan. Dan perjalanan itu bergerak keluar dari padang gurun kehidupan, yang diwarnai kekosongan dan kekeringan karena dosa-dosa, menuju kepada persahabatan dengan Yesus, Putera Allah. Dialah Sang Pemberi kehidupan; bahkan Dialah Sang Pemberi kehidupan yang berlimpah.
Betapa penting kita menemukan kembali iman kepercayaan kita. Mengapa? Pertama, Iman itu memberikan pencerahan lebih jelas mengapa kita hidup dalam kegembiraan dan semangat yang berkobar-kobar. Harus kita akui bahwa hanya dalam iman atau persekutuan dengan Yesus Kristus seseorang akan mengalami kegembiraan sejati dan hidup dalam semangat yang penuh. Kedua, iman kita tak jarang mengalami krisis. Tak jarang karena dikuasai oleh materialisme, hedonisme dan egoisme kita menjadi garam yang tawar dan pelita yang ditaruh di bawah gantang.
Memang, ketika dipermandikan kita telah memiliki Iman dan menyatakan iman itu dengan lantang. Namun, benarlah apa yang dikatakan oleh Santo Agustinus dalam sebuah homili kepada umatnya:
“Kalian telah menerima iman, namun kalian harus tetap memeliharanya di dalam akal budi dan hati sanubari kalian; kalian harus tetap mengulang-ulangnya di ranjang tempat tidur kalian, tetap mengingat-ingatnya di pasar-pasar, tidak melupakannya sementara kalian makan-
makan; bahkan ketika kalian sedang tidur pun kalian harus tetap memperhatikannya dengan hati kalian.”

  1. III.Pengakuan Iman, Pembaharuan Diri dan Evangelisasi
Dalam Tahun Iman ini, kita ingin menemukan kembali iman kepercayaan kita. Apakah yang merupakan tanda-tanda bahwa kita sudah menemukan kembali iman kepercayaan kita? Ada tiga tanda, yang dapat kami sebut:

  1. 1.Pengakuan iman
Dalam hal pengakuan iman, kita harus mengambil contoh pada Rasul Petrus dan Paulus. Hendaknya kita melaksanakan pengakuan iman baik secara pribadi, maupun secara bersama-sama. Pengakuan iman itu juga hendaknya dilaksanakan secara bebas, namun bertanggung jawab, baik secara lahiriah, maupun secara batiniah, baik secara rendah hati, maupun secara terus terang.

  1. 2.Pembaharuan diri
Memang, seorang beriman adalah suci, namun sekaligus harus selalu dibersihkan dan terus menerus menjalankan pertobatan atau pembaharuan diri.
Tahun Iman ini adalah saat yang istimewa untuk melaksanakan pertobatan yakni “kembali kepada Tuhan, satu-satunya Juruselamat melalui pengakuan dosa dan kemudian masuk dalam kepenuhan kasih Allah yang menyelamatkan, atau masuk dalam kehidupan baru”.
Dalam kehidupan baru itu, pikiran, perasaan, mentalita dan perilaku kita sedikit demi sedikit dimurnikan dan mengalami transformasi.

  1. 3.Evangelisasi
Seorang beriman yang telah menemukan kembali imannya, dengan sendirinya melaksanakan Evangelisasi atau pewartaan. Kasih Kristus mendorong orang beriman untuk menjalankan pewartaan (bdk. 2Kor. 5:14). Ke lorong-lorong dunia Yesus mengutus kita untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa di bumi (bdk. Mat. 28:16).
Memang, tak gampang untuk melaksanakan evangelisasi atau pewartaan. Namun, janganlah takut. Kita Gereja memperoleh kekuatan dan kegairahan, yang tak pernah pudar, dari penemuan kembali akan kasih Allah dari hari ke hari.

  1. IV.Beberapa Ajakan bagi Pelaksanaan Tahun Iman
    1. 1.Marilah kita memandang Yesus Kristus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan (bdk. Ibr. 12:2).
    2. 2.Marilah kita mengikuti teladan Bunda Maria dalam hal beriman.
    3. 3.Marilah kita mengikuti contoh Para Rasul dalam hal beriman. Demi iman, Para Rasul telah meninggalkan semuanya dan mengikuti Tuhan Yesus (bdk. Mat. 10:28).
    4. 4.Marilah kita meneladan Para Kudus dalam Gereja. Demi iman, Para Kudus itu telah membaktikan hidup mereka kepada Kristus.
    5. 5.Marilah kita memberikan kesaksian iman kita dengan amal kasih yang lebih intensif. Iman tanpa kasih tak akan menghasilkan buah, sedangkan kasih tanpa iman hanya akan merupakan sebuah perasaan, yang senantiasa berada di bawah kuasa kebimbangan.
    6. 6.Akhirnya, marilah kita mengejar iman kepercayaan dengan kesetiaan (bdk. 2Tim. 2:22). Janganlah ada di antara kita, yang bersikap malas di dalam beriman.

Umat yang terkasih, semoga dalam Tahun Iman ini hubungan kita dengan Kristus, Tuhan, semakin bertambah erat dan kuat. Kita percaya dengan kepastian yang kokoh bahwa Tuhan Yesus telah mengalahkan kejahatan dan kematian.
Kepada anda sekalian, umat yang terkasih, saya ucapkan “Selamat menjalankan Tahun Iman ini”.

                                                                   Ambon, 18 September 2012.

Hormat dan salamku,
Mgr. P.C. Mandagi, MSC,
Uskupmu.

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy