Senin, 12 November: Peringatan Wajib St. Yosafat, Uskup dan Martir. (M).
Tit 1:1-9; Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6; Luk 17:1-6.
Kelalaian kita dapat menyebabkan seseorang berdosa. Kepada Titus, Santo Paulus berbicara mengenai seorang penilik jemaat haruslah tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang… (Titus 1:7). Kelalaian dalam tutur kata, sikap dan perbuatan kita bisa saja menyebabkan seseorang berbuat dosa. Maka kita harus berhati-hati dalam melayani Tuhan, jangan sampai kita lupa diri dan menjadi batu sandungan yang menyebabkan seseorang berbuat dosa. Terhadap orang yang benar-benar bertobat, kita harus rela memberi pengampunan. Pernyataan Yesus mengenai mengampuni “tujuh puluh kali tujuh kali” tidak berarti kita membiarkan orang melakukan dosa berulang-ulang, tetapi kita membantu dan menghantar seseorang untuk bertobat secara sempurna.
Selasa, 13 November: Hari Biasa Pekan XXXII (H).
Tit 2:1-8.11-14; Mzm 37:3-4.18.23.27.29; Luk 17:7-10.
Jangan melayani demi upah. Masih dalam surat Santo Paulus kepada Titus yang menekankan supaya pelayanannya tidak bercacat, kita diingatkan Yesus mengenai perumpamaan tentang TUAN dan HAMBA yang memberikan gambaran tentang arti seorang hamba kepada murid-murid-Nya. Murid-murid Yesus adalah para hamba yang mendapat tugas perutusan untuk melayani. Maka, dalam kehidupan pelayanan, janganlah kita terjebak pada kesombongan rohani atau merasa diri telah melakukan banyak hal yang pantas mendapat pujian. Harus tetap diingat: kita hanyalah hamba yang hanya melakukan apa yang memang seharusnya kita lakukan.
Rabu, 14 November: Hari Biasa Pekan XXXII (H).
Tit 3:1-7; Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Luk 17:11-19.
Kembali kepada Yesus untuk bersyukur. Orang Samaria adalah orang yang bukan keturunan Yahudi, oleh karena itu dianggap sebagai suku kelas bawah oleh orang-orang Yahudi. Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang 10 orang kusta yang ditahirkan. Namun, nyatanya hanya satu yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur dan memuliakan Allah. Dan orang yang kembali itu justru adalah orang Samaria yang dianggap sebagai suku kelas bawah. Kalau kita menyadari bahwa kehidupan kita tak lepas dari Penyelenggaraan Ilahi, maka apa pun keadaannya sudah seharusnya kita senantiasa dengan rendah hati (seperti orang Samaria itu) kembali kepada Yesus untuk mensyukuri dan memuliakan Allah. Namun, nyatanya kita seringkali berlaku seperti sembilan orang kusta lain, yang lupa mensyukuri rahmat dan berkat yang kita peroleh karena kebaikan Tuhan.
Kamis, 15 November: Hari Biasa Pekan XXXII (H).
Flm 7-20; Mzm 146:7.8-9a.9bc-10; Luk 17:20-25.
Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Perikop ini kembali mengisahkan dialog orang Farisi dengan Yesus. Mereka bertanya mengenai tanda-tanda apabila Kerajaan Allah akan datang dan Yesus menjawab “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah.” Tak ada tanda-tanda khusus dibutuhkan untuk mengumumkan kedatangan-Nya, tapi semua orang akan mengenal Ia dengan amat jelas karena Ia datang mewartakan kasih dan dengan kasih pula Ia akan membangkitkan kita pada akhir zaman. Maka sudah sepantasnya kedatangan-Nya kembali bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan menjadi hal yang sangat kita rindukan.
Jumat, 16 November: Hari Biasa Pekan XXXII (H).
2Yoh 4-9; Mzm 119:1.2.10.11.17.18; Luk 17:26-37.
Lebih terpikat kepada Yesus atau dunia? Peristiwa tragis terjadi di zaman Lot. “Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua” (ayat 29). Kesalahan orang-orang zaman Lot adalah lebih menyayangi masyarakat duniawi (Sodom) daripada yang sorgawi. Maka pesan yang sangat indah dari Injil ini: “Apakah hati saya lebih terpikat kepada Yesus yang menyelematkan atau kepada hal-hal duniawi yang menyesatkan?”
Sabtu, 17 November: Peringatan Wajib Sta. Elisabet dari Hungaria, Biarawati (P).
3Yoh 5-8; Mzm 112:1-2.3-4.5-6; Luk 18:1-8.
Iman harus dilandasi kesungguhan hati. ”Akan tetapi, jika Anak manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Lukas 18: 8). Pertumbuhan iman harus diupayakan. Itulah inti perumpamaan mengenai hakim yang lalim seperti yang disampaikan oleh Yesus. Hakim yang lalim itu tak pernah berniat untuk menangani kasus yang melibatkan janda miskin tersebut, karena perkara itu tidak menguntungkan dirinya. Namun, permintaan yang tak kenal dari janda miskin itu telah membuat sang hakim mengabulkannya. Dari kisah ini kita diingatkan untuk beriman dengan kesungguhan hati, yang tak kenal lelah secara terus menerus memperbaharuinya; dengan begitulah iman itu terus dipelihara dan tidak menjadi layu. Niscaya, iman seperti itu, akan membuahkan hasil.
Minggu, 18 November: Hari Minggu Biasa XXXIII (H).
Dan 12:1-3; Mzm 16:5.8.9-10.11; Ibr 10:11-14,18; Mrk 13:24-32.
Akhir zaman bukan saat yang menakutkan. Pada perikop ini kita diingatkan mengenai akhir zaman. Apakah merupakan saat-saat yang menakutkan? Dilukiskan: Sang Juruselamat datang dengan kekuasaan dan kemulian-Nya, diiringi oleh malaikat-malaikat-Nya. Bagi mereka yang percaya kepada-Nya, kemegahan ini akan melenyapkan segala ketakutan mereka. Akhir zaman bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan saat-saat yang agung penuh kemuliaan. Persoalannya, sudahkah hidup kita terarah pada kelayakan untuk menikmati perjamuan surgawi pada saat itu. Mungkin hal itulah yang membuat kita menjadi begitu takut akan akhir zaman itu.
Bernardus Gunawan Y. Surya - www.reginacaeli.org