Yohanes adalah putera Zebedeus dan Salome, serta
saudara dari Yakobus. Dalam Injil kedua saudara ini sering disebut
sebagai “Putera-putera Zebedeus” dan menerima sebutan penghargaan dari
Yesus sebagai Boanerges yang berarti “anak-anak guruh” (Mrk 3:17).
Mula-mula mereka berprofesi sebagai nelayan dan melaut bersama ayah
mereka di Danau Genesaret.
Sebelum menjadi murid Yesus, Yohanes menjadi murid Yohanes Pembaptis, kemudian Yesus memanggil dia bersama Petrus dan Andreas. Menurut tradisi Rasul Yohanes, ia kemudian dikenal sebagai penulis dari “karya-karya Yohanes” di dalam Perjanjian Baru yakni: Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes dan Wahyu.
Yohanes memiliki tempat terkemuka dalam kelompok para rasul. Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah saksi-saksi kebangkitan putri Yairus (Mrk 5:37), peristiwa transfigurasi (Mat 17:1) dan penderitaan Yesus di Taman Getsemani (Mat 26:37). Hanya dia dan Petrus yang diutus oleh Yesus ke kota untuk mempersiapkan Perjamuan Terakhir (Luk 22:8). Menurut tradisi dia adalah murid lain yang bersama dengan Petrus mengikuti Yesus ketika ditahan di Istana Imam Besar (Yoh 18:15). Yohanes sendiri tetap tinggal dekat Sang Guru terkasih pada kaki salib di puncak Kalvari bersama dengan ibu Yesus dan wanita-wanita saleh lainnya. Dia menerima Maria yang bersedih sebagai perintah terakhir Yesus. Setelah kebangkitan Yesus, Yohanes dan Petrus adalah murid-murid yang cepat-cepat pergi ke kuburan dan Yohanes adalah murid pertama yang percaya bahwa Yesus sungguh bangkit (Yoh 20:2-10).
Ketika kemudian Yesus menampakkan diri di Danau Genesaret, Yohanes adalah yang pertama dari ketujuh murid yang hadir, yang mengenali Gurunya berdiri di tepi danau (Yoh 21:7). Setelah kenaikan Kristus dan turunnya Roh Kudus, Yohanes mengambil bagian penting bersama Petrus dalam pendirian dan membimbing Gereja. Kita melihat dia bersama Petrus penyembuhan orang pincang di Bait Allah (Kis 3:1-dst). Dia juga dilemparkan ke dalam penjara bersama Petrus (Kis 4:3).
Yohanes hidup hampir seabad lamanya. Ia sendiri tidak wafat sebagai martir, tetapi sungguh ia menempuh hidup yang penuh penderitaan. Ia mewartakan Injil dan menjadi Uskup di Efesus. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ketika ia tidak lagi dapat berkhotbah, para muridnya akan membawanya kepada jemaat Kristiani. Pesannya yang sederhana adalah, “Anak-anakku, kasihilah seorang akan yang lain.” St Yohanes wafat di Efesus sekitar tahun 100.
Inilah rasul teladan bagi kita, umat beriman. Seorang yang sungguh-sungguh setia dalam pengabdian bagi Tuhan dan sesama. Kesetiaan inilah yang membuat Rasul Yohanes mendapat kedudukan istimewa di antara para rasul lainnya. Dunia kita saat ini membutuhkan figur-figur yang setia dalam kehidupan, seorang figur yang setia dalam kehidupan iman. Rasul Yohanes sudah menunjukkan kesetiaan itu: suatu kesetiaan kepada Yesus sampai akhir hayat.
Sri Joni Pasalli, O.Carm / RUAH
Sebelum menjadi murid Yesus, Yohanes menjadi murid Yohanes Pembaptis, kemudian Yesus memanggil dia bersama Petrus dan Andreas. Menurut tradisi Rasul Yohanes, ia kemudian dikenal sebagai penulis dari “karya-karya Yohanes” di dalam Perjanjian Baru yakni: Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes dan Wahyu.
Yohanes memiliki tempat terkemuka dalam kelompok para rasul. Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah saksi-saksi kebangkitan putri Yairus (Mrk 5:37), peristiwa transfigurasi (Mat 17:1) dan penderitaan Yesus di Taman Getsemani (Mat 26:37). Hanya dia dan Petrus yang diutus oleh Yesus ke kota untuk mempersiapkan Perjamuan Terakhir (Luk 22:8). Menurut tradisi dia adalah murid lain yang bersama dengan Petrus mengikuti Yesus ketika ditahan di Istana Imam Besar (Yoh 18:15). Yohanes sendiri tetap tinggal dekat Sang Guru terkasih pada kaki salib di puncak Kalvari bersama dengan ibu Yesus dan wanita-wanita saleh lainnya. Dia menerima Maria yang bersedih sebagai perintah terakhir Yesus. Setelah kebangkitan Yesus, Yohanes dan Petrus adalah murid-murid yang cepat-cepat pergi ke kuburan dan Yohanes adalah murid pertama yang percaya bahwa Yesus sungguh bangkit (Yoh 20:2-10).
Ketika kemudian Yesus menampakkan diri di Danau Genesaret, Yohanes adalah yang pertama dari ketujuh murid yang hadir, yang mengenali Gurunya berdiri di tepi danau (Yoh 21:7). Setelah kenaikan Kristus dan turunnya Roh Kudus, Yohanes mengambil bagian penting bersama Petrus dalam pendirian dan membimbing Gereja. Kita melihat dia bersama Petrus penyembuhan orang pincang di Bait Allah (Kis 3:1-dst). Dia juga dilemparkan ke dalam penjara bersama Petrus (Kis 4:3).
Yohanes hidup hampir seabad lamanya. Ia sendiri tidak wafat sebagai martir, tetapi sungguh ia menempuh hidup yang penuh penderitaan. Ia mewartakan Injil dan menjadi Uskup di Efesus. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ketika ia tidak lagi dapat berkhotbah, para muridnya akan membawanya kepada jemaat Kristiani. Pesannya yang sederhana adalah, “Anak-anakku, kasihilah seorang akan yang lain.” St Yohanes wafat di Efesus sekitar tahun 100.
Inilah rasul teladan bagi kita, umat beriman. Seorang yang sungguh-sungguh setia dalam pengabdian bagi Tuhan dan sesama. Kesetiaan inilah yang membuat Rasul Yohanes mendapat kedudukan istimewa di antara para rasul lainnya. Dunia kita saat ini membutuhkan figur-figur yang setia dalam kehidupan, seorang figur yang setia dalam kehidupan iman. Rasul Yohanes sudah menunjukkan kesetiaan itu: suatu kesetiaan kepada Yesus sampai akhir hayat.
Sri Joni Pasalli, O.Carm / RUAH