Malam Natal 2012



Malam Natal - 25 Desember 2012
Yes 9:1-6; Tit 2:11-14; Luk 2:1-14

Saudara-saudari yang terkasih,
Tema Natal kita saat ini adalah “Allah telah mengasihi kita!” Betuuul? Setuju? Apakah Anda sungguh merasakan dan mengalami dikasihi oleh Allah? Kita tidak usah berpikir mengenai peristiwa-peristiwa besar dan fenomenal tetapi mari kita menyadari bahwa peristiwa-peristiwa kecil dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari itu merupakan wujud nyata kasih Allah. Setiap hari, saat kita tidur, makan, mandi, bekerja, menempuh perjalanan, dan melayani orang lain, kita dilindungi-Nya. Bahkan, saat kita sedang jengkel, emosi, dan marah pun, Tuhan melindungi. Setiap hari kita diberi sinar matahari, yang membuat kita mengalami terang sehingga bisa melihat. Berkat sinar matahari pula tanaman dan hewan bisa hidup sehingga selalu ada persediaan makanan bagi kita. Setiap saat, udara selalu disediakan bagi kita secara cuma-cuma sehingga kita bisa bernafas dan tetap hidup.

Pada saat kita menderita dan mengalami pengalaman pahit, apakah Allah tetap mengasihi kita? Jelas. Misalnya, melalui sakit yang kita derita, kita justru diberi kesempatan untuk beristirahat dan sungguh menyadari kerapuhan kita kemudian merendahkan diri di hadapan Tuhan seraya berserah diri dan mengandalkan Dia. Bukankah saat sakit, kita justru mengalami kasih yang berlebih dari orang-orang di sekitar kita? Seandainya saudara kita sakit cukup lama, sudah diupayakan berbagai macam pengobatan tetapi tidak kunjung sembuh, malah semakin memburuk dan akhirnya meninggal, di manakah kasih Allah? Justru di situlah Allah yang mengasihi saudara kita itu membebaskannya dari segala macam derita secara total dan sekaligus menganugerahi hidup baru di surga yang sudah tidak dapat lagi disentuh oleh derita?

Sekarang, seandainya kita berbuat dosa atau menjadi jahat, apakah Allah juga tetap mengasihi kita? Iya. Sebab, Allah adalah kasih (bdk. 1Yoh 4:8.16b). Tuhan “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Kalau kita tersesat seperti domba yang hilang, Ia akan mencari dan menemukan kita kemudian membawa dan menyatukan kita kembali dengan kawanan domba-Nya (Luk 15:1-7). Kalau kita meninggalkan Dia bagaikan anak yang hilang, Ia selalu mengharapkan kita kembali dan setia menunggu kita; dan ketika kita sudah kembali, Ia segera berlari mendapatkan kita dan merangkul serta memeluknya dengan penuh kasih (Luk 15:11-32).

Puncaknya, ketika kita berkubang dalam lumpur dosa dan tidak bisa bangkit sehinga nyaris binasa, Allah mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan kita. Kita tahu bahwa “upah dosa adalah maut” (Rm 6:23). Maka, dengan berdosa, seharusnya kita dihukum dan dibinasakan – seperti Allah telah membinasakan umat-Nya yang berdosa dengan air bah (Kej 6-7). Namun, karena belas kasih Allah, hukuman itu tidak ditimpakan kepada kita tetapi ditanggung oleh Tuhan kita Yesus Kristus yang datang “untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45). Demikianlah, Allah telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).

Saudara-saudari yang terkasih,
Perutusan Sang Putera untuk menyelamatkan kita itu diawali dengan misteri penjelmaan-Nya. Ia dikandung dan dilahirkan oleh Perawan Maria berkat kuasa Roh Kudus. Inilah yang kita kenangkan dan kita syukuri dalam perayaan Malam Natal ini. Kita merayakan peristiwa agung yang diwartakan oleh para malaikat, “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11). Melalui peristiwa kelahiran Yesus ini, “Sudah nyatalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia” (Tit 2:11).

Dialah: “Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai” (Yes 9:5). Yesus adalah penasihat ajaib karena Dia sungguh Allah dan sungguh manusia; melalui nasihat-nasihat-Nya Ia menuntun kita, umat manusia, untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dan akhirnya bersatu dengan Allah. Dia juga Allah perkasa, yang dengan keperkasan-Nya akan mengalahkan musuh-musuh-Nya, yakni kuasa setan, dan “musuh yang terakhir yang dibinasakan ialah maut” (2Kor 15:26). Dengan mengalahkan kuasa setan dan membinasakan maut, Yesus menganugerahkan hidup kekal kepada kita sehingga Ia juga diberi gelar Bapa yang kekal. Dialah Raja Damai yang akan menganugerahkan damai sejahtera kepada kita, baik di surga maupun di bumi untuk selama-lamanya (Yes 9:6).

Saudara-saudara yang terkasih,
Melalui perayaan agung kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Sang Penyelamat dunia, kita diajak untuk merayakan dan mensyukuri kasih karunia Allah yang begitu besar kepada kita. “Kasih karunia itu mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan agar kita hidup bijaksana, adil dan beribadat, di dunia sekarang ini, sambil menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia” (Tit 2:12-13), yaitu keselamatan yang abadi.

Dengan merayakan natal, kita merayakan dan masyukuri kasih Allah yang tiada tara. Maka, marilah kita juga belajar mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita dengan meninggalkan kefasikan, mengatur keinginan-keinginan duniawi, dan semakin mengupayakan hidup yang bijaksana, adil dan beribadat.

Ag. Agus Widodo, Pr

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy