Minggu Adven
III/C – 16 Desember 2012
Zef 3:14-18a; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18
Hari ini sudah
Minggu Adven III. Hari Raya Natal, sudah semakin dekat. Maka, kita diajak untuk
semakin bersungguh-sungguh mempersiapkan pesta kelahiran Tuhan. Tentu, banyak
hal telah kita lakukan. Panitia Natal tinggal melalukan pengecekan akhir untuk
memastikan bahwa perayaan Natal akan berjalan dengan baik. Rancangan dan
bangunan Gua Natal yang tahap demi tahap telah dimulai sejak Adven I sudah ada
bentuknya yang jelas. Lingkungan-lingkungan juga sudah merencanakan aksi natal sebagai
wujud solidaritas dan syukur kita atas pemberian diri Allah dalam inkarnasi
Putera-Nya. Hati kita juga sudah kita siapkan dan kita bersihkan melalui
sakramen pengakuan dosa. Apalagi yang masih kurang?
Bacaan-bacaan
hari ini mengajak kita untuk memperdalam persiapan kita. Natal merupakan
peristiwa Tuhan hadir dan tinggal di tengah-tengah kita, sebagaimana
dinubuatkan dalam kitab Zefanya (Zef 3:14-18a). “Tuhan Allahmu ada di
tengah-tengahmu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bersukaria karena
engkau, Ia membarui engkau dalam kasih-Nya, dan Ia bersorak gembira karena
Engkau seperti pada hari pertemuan raya” (ay.17.18a). Salah satu hal penting
yang dianugerahkan Tuhan melalui kedatangan-Nya di tengah-tengah kita adalah
pembaruan hidup. “Ia membarui engkau dalam kasih-Nya” (ay.17b).
Langkah pembaruan hidup itu telah kita
mulai dengan masuk ke bilik pengakuan dan mengaku dosa. Kita telah datang
kepada Allah yang maharahim, mengakukan dan menyesali dosa-dosa kita dan berjanji
dengan pertolongan rahmat-Nya hendak memperbaiki hidup kita dan tidak akan
berbuat dosa lagi (bdk. Doa Tobat). Langkah pembaruan hidup ini diteguhkan oleh
bacaan Injil (Luk 3:10-18) yang
menyatakan bahwa orang perlu sejenak meninggalkan keramaian hidup dan
menemukan ketenangan batin agar dapat
sungguh-sungguh memperbaruai diri, sebagaimana banyak orang yang datang
kepada Yohanes Pembaptis di padang gurun. Mereka meninggalkan hingar-bingarnya
kota Yerusalem dan pergi ke padang gurun untuk “nyepi” sehingga mendapatkan
keheningan dan kebeningan.
Dalam ketenangan batin itulah, orang
akan lebih peka untuk mendapatkan pertolongan ilahi guna memperbarui diri.
Dengan penuh kesungguhan mereka mendengarkan pewartaan Yohanes pembaptis, “Bertobatlah ... Persiapkanlah jalan untuk Tuhan,
luruskanlah jalan bagi-Nya.... yang berliku-liku diluruskan, yang
berlekuk-lekuk diratakan ... hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan
pertobatan!” (Luk 3:3-5.8). Kemudian, dari lubuk hati yang terdalam mereka bertanya, “apakah yang harus kami perbuat?” (ay.10.12.14). Pertanyaan ini
menunjukkan adanya keterbukaan hati untuk memperbarui dan memperbaiki hidup.
Menanggapi
kesungguhan dan keterbukaan hati banyak orang untuk memperbarui dan memperbaiki
diri ini, Yohanes Pembaptis memberikan cara-cara praktis yang sesuai dengan
situasi masing-masing. Yang
serba berkecukupan diajak berbagi kepada yang berkekurangan (ay.11); yang mempunyai
wewenang menarik pajak diajak berlaku jujur dan adil (ay.13); yang memiliki
kekuasaan dan senjata diajak untuk tidak melakukan kekerasan dan tidak serakah
(ay.14).
Sekarang, bagaimana pesan Injil ini
dapat kita terapkan dan kita hayati dalam hidup kita pada zaman sekarang? Pertama, harus kita sadari bahwa
pertobatan yang sungguh hanya dapat terjadi kalau niat untuk memperbaiki dan
memperbarui hidup itu kita lakukan dalam suasana hati yang tenang, hening dan
bening. Maka, kita harus mengikuti jejak Yohanes dan para pengikutinya yang
berani meninggalkan keramaian kota Yerusalem untuk masuk dalam kesunyian padang
gurun. Di tengah kesibukan dan kehidupan kita yang serba ramai ini, kita harus
berani sejenak menarik diri dengan rutin, tekun dan setia untuk mengalami
keheningan doa sehingga kita lebih peka pada kehendak Tuhan dan lebih terbuka pada
bimbingan-Nya. Tuhan akan menolong kita untuk meluruskan jalan hidup kita dan
menimbun lubang-lubang penghayatan iman kita, serta meratakan hati kita yang
seringkali “nggronjal” karena terlalu mudah emosi dan reaktif. Dengan demikian,
pertobatan dan pembaruan hidup merupakan kerjasama antara rahmat Tuhan dan
usaha-usaha kita.
Kedua, langkah
pembaruan hidup juga harus kita lakukan secara konkret dengan penghayatan
moralitas yang baik. Dalam hal ini, anjuran Yohanes Pembaptis dalam Injil dapat
dimaknai sebagai ajakan untuk memikirkan dan menghayati bahwa kelebihan atau
kekayaan material menuntut peng-amal-an, bukan penimbunan; dan kedudukan serta kekuasaan
tidak dapat dilepaskan dari kewajiban untuk menjalankannya dengan jujur dan
adil demi kesejahteraan bersama. Inilah prinsip moral yang berlaku di mana-mana
dan kapan saja. Maka, pembaruan hidup yang secara konkret dapat kita lakukan
adalah memperhatikan sesama dengan melakukan amal kasih, hidup secara jujur dan
adil, serta menghindakan diri dari segala bentuk kekerasan dan keserakahan.
Marilah, kedua
langkah pertobatan dan pembaruan diri ini, kita nyatakan “kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Maka damai sejahtera Allah, yang
melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus” (Flp
4:6-7).
Ag. Agus Widodo, Pr