Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Natal Fajar 2012
Natal Fajar - 25
Desember 2012
Yes 62:11-12;
Tit 3:4-7; Luk 2:15-20
Saudara-saudari
yang terkasih,
Rangkaian
tiga bacaan untuk Perayaan Ekaristi Natal pagi ini diawali dengan seruan,
“Lihat, Penyelamatmu datang!” (Yes 62:11). Sang Penyelamat kita itu tidak datang
dalam kemegahan dan kemewahan tetapi justru dalam kerapuhan dan kesederhanaan,
yakni dalam rupa bayi kecil yang dibaringkan di atas palungan. Marilah kita
simak sekali lagi kisah pasca kelahiran-Nya yang sarat makna, sebagaimana
dicatat oleh penginjil Lukas (Luk 2:15-20)
Dikisahkan
dalam bacaan Injil tadi malam, para gembala yang sedang menjaga kawanannya di
padang, didatangi seorang malaikat Tuhan. Kepada mereka, melaikat itu
mengatakan, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kesukaan besar
untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus
Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang
bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Luk 2:10-12)
Setelah
mendengar berita kelahiran penyelamat dunia, para gembala berkata seorang
kepada yang lain, “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang
terjadi di sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Lalu mereka
cepat-cepat berangkat ke Betlehem dan mendapati Maria dan Yusuf serta Bayi yang
terbaring di dalam palungan. Kekita melihat bayi itu, para gembala
memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu” (Luk
2:15-17).
Ada
tiga data penting dari kisah mengenai Bayi Yesus tersebut. Pertama, berdasarkan pemberitaan malaikat kepada para gembala (Luk
2:10-12) yang kemudian disampaikan juga oleh para gembala kepada Maria dan
Yusuf (Luk 2:17), Sang Bayi itu adalah Juruselamat atau Penyelamat dunia. Kedua, Sang Bayi Penyelamat dunia itu
dilahirkan di kota Daud, yakni Betlehem (Luk 2:4). Ketiga, setelah dilahirkan, Sang Bayi dibaringkan di atas palungan
(Luk 2:6.12.16).
Apa
makna ketiga data tersebut?
Yang
pertama jelas berbicara mengenai pokok iman kita bahwa Yesus Kristus adalah
penyelamat kita seperti yang diwartakan dalam bacaan kedua. “Kita diselamatkan
oleh Allah. Hal ini terjadi bukan karena perbuatan baik yang telah kita
lakukan, melainkan karena rahmat-Nya berkat permandian kelahiran kembali dan
berkat pembaruan yang dikerjakan Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan kepada kita
lantaran Yesus Kristus, Juru Selamat kita” (Tit 3:5-6). Jadi, kita diselamatkan
oleh Allah, bukan karena jasa-jasa kita. Keselamatan bukanlah upah tetapi anugerah.
Anugerah keselamatan itu dilimpahkan kepada kita melalui Yesus Kristus yang
kita imani melalui pembaptisan. Dialah yang diutus oleh Allah untuk
menyelamatkan kita.
Yesus
Kristus menyelamatkan kita dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Inilah yang
setiap saat selalu kita kenangkan dalam Perayaan Ekaristi. Sebab, “Setiap kali
kita makan roti ini dan minum dari piala ini, kita menyatakan iman kita.”
(Anamnesis 4). Nah, dalam Perayaan Ekaristi itulah kita makan Tubuh Kristus,
yakni rezeki surgawi yang menjadi jaminan keselamatan kita.
Lalu,
apa hubungannya dengan kisah kelahiran Yesus di Betlehem (data kedua) dan
palungan tempat Ia dibaringkan (data ketiga)?
Kata
“Betlehem” yang bahasa Ibraninya adalah Bet léḥem
berarti “Rumah Roti”. Maka, kalau Yesus dilahirkan di Betlehem, yang berarti
Rumah Roti, hal ini berkaitan dengan pribadi Yesus sebagai Roti Hidup (Yoh
6:25-59). Yesus, Sang Roti Hidup itu, setelah dilahirkan di Rumah Roti
(Betlehem) kemudian dibaringkan di atas palungan, yaitu tempat yang biasa
dipakai untuk meletakkan makanan ternak. Maka, kalau Yesus dibaringkan di
palungan, seolah-olah Ia dijadikan sebagai makanan ternak. Ya memang, begitulah
yang terjadi: Yesus menjadikan diri-Nya sebagai Roti Hidup untuk menjadi
santapan bagi kita, domba-domba-Nya. Inilah yang kita rayakan dalam setiap
Ekaristi, di mana Yesus menjadi Roti Hidup dan kemudian kita santap dalam
komuni suci.
Saudara-saudari
yang terkasih,
Untuk
menarik benang merah dalam permenungan ini, baiklah kita memperhatikan ajakan
para gembala, “Marilah kita pergi ke Betlehem ...” (Luk 2:15). Meskipun ajakan
ini disampaikan di antara para gembala, namun karena pada hari ini kita
mendengarkannya, maka kita pun diajak juga untuk pergi ke Betlehem. Untuk apa?
Untuk berjumpa dengan Yesus. Maka, ajakan ini bukan merupakan ajakan untuk
berziarah ke Berlehem di Palestina karena sekarang ini Yesus sudah tidak lagi
dibaringkan di sana. Namun, kita diajak untuk pergi ke setiap tempat di mana
kita akan berjumpa dengan Yesus. Di manakah tempat itu?
Berdasarkan
urain (di atas) tadi, Betlehem berarti Rumah Roti. Maka, di sini kita menemukan
padanan yang indah: Betlehem yang berarti Rumah Roti sepadan dengan Perayaan
Ekaristi dan palungan tempat Yesus dibaringkan sepadan dengan altar di mana
Roti Hidup disajikan. Dengan demikian, ajakan untuk pergi ke Betlehem merupakan
ajakan untuk merayakan Ekaristi dengan lebih tekun dan setia. Sebab, dalam
setiap Ekaristi itulah, Yesus hadir dan menyerahkan diri-Nya sebagai Roti Hidup
untuk menjadi santapan bagi kita.
Namun,
bacaan Injil juga memberi kesaksian bahwa di Betlehem itu para gembala berjumpa
dengan Yesus dalam rupa bayi kecil yang sangat sederhana. Oleh karena itu,
ajakan untuk pergi ke Betlehem berarti juga ajakan untuk mencari dan menemukan
Yesus, terutama dalam diri saudara-saudari kita yang kecil, lemah, miskin,
tersingkir dan difabel. Jadi, Betlehem ini bisa ada di mana-mana dan wujudnya
bisa bermacam-macam, namun intinya sama. Di situlah, Yesus menantikan kita
untuk datang dan menyatakan empati kepada-Nya.
Kesimpulannya,
warta sukacita Natal mengajak kita untuk:
Pertama, semakin tekun
dan setia merayakan Ekaristi karena di situlah kita akan berjumpa dengan Yesus,
Sang Roti hidup yang menjadi santapan bagi kita.
Kedua, pergi dan berempati kepada Yesus yang
tampak dalam diri saudara-saudari kita yang kecil, lemah, miskin, tersingkir
dan difabel. Yesus sendiri telah bersabda, “sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40).
Selamat Natal,
Tuhan memberkati!
Ag. Agus Widodo, Pr
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati