| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Natal Fajar 2012



Natal Fajar - 25 Desember 2012
Yes 62:11-12; Tit 3:4-7; Luk 2:15-20

Saudara-saudari yang terkasih,
Rangkaian tiga bacaan untuk Perayaan Ekaristi Natal pagi ini diawali dengan seruan, “Lihat, Penyelamatmu datang!” (Yes 62:11). Sang Penyelamat kita itu tidak datang dalam kemegahan dan kemewahan tetapi justru dalam kerapuhan dan kesederhanaan, yakni dalam rupa bayi kecil yang dibaringkan di atas palungan. Marilah kita simak sekali lagi kisah pasca kelahiran-Nya yang sarat makna, sebagaimana dicatat oleh penginjil Lukas (Luk 2:15-20)

Dikisahkan dalam bacaan Injil tadi malam, para gembala yang sedang menjaga kawanannya di padang, didatangi seorang malaikat Tuhan. Kepada mereka, melaikat itu mengatakan, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Luk 2:10-12)

Setelah mendengar berita kelahiran penyelamat dunia, para gembala berkata seorang kepada yang lain, “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Lalu mereka cepat-cepat berangkat ke Betlehem dan mendapati Maria dan Yusuf serta Bayi yang terbaring di dalam palungan. Kekita melihat bayi itu, para gembala memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu” (Luk 2:15-17).

Ada tiga data penting dari kisah mengenai Bayi Yesus tersebut. Pertama, berdasarkan pemberitaan malaikat kepada para gembala (Luk 2:10-12) yang kemudian disampaikan juga oleh para gembala kepada Maria dan Yusuf (Luk 2:17), Sang Bayi itu adalah Juruselamat atau Penyelamat dunia. Kedua, Sang Bayi Penyelamat dunia itu dilahirkan di kota Daud, yakni Betlehem (Luk 2:4). Ketiga, setelah dilahirkan, Sang Bayi dibaringkan di atas palungan (Luk 2:6.12.16).

Apa makna ketiga data tersebut?
Yang pertama jelas berbicara mengenai pokok iman kita bahwa Yesus Kristus adalah penyelamat kita seperti yang diwartakan dalam bacaan kedua. “Kita diselamatkan oleh Allah. Hal ini terjadi bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, melainkan karena rahmat-Nya berkat permandian kelahiran kembali dan berkat pembaruan yang dikerjakan Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan kepada kita lantaran Yesus Kristus, Juru Selamat kita” (Tit 3:5-6). Jadi, kita diselamatkan oleh Allah, bukan karena jasa-jasa kita. Keselamatan bukanlah upah tetapi anugerah. Anugerah keselamatan itu dilimpahkan kepada kita melalui Yesus Kristus yang kita imani melalui pembaptisan. Dialah yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan kita.

Yesus Kristus menyelamatkan kita dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Inilah yang setiap saat selalu kita kenangkan dalam Perayaan Ekaristi. Sebab, “Setiap kali kita makan roti ini dan minum dari piala ini, kita menyatakan iman kita.” (Anamnesis 4). Nah, dalam Perayaan Ekaristi itulah kita makan Tubuh Kristus, yakni rezeki surgawi yang menjadi jaminan keselamatan kita.

Lalu, apa hubungannya dengan kisah kelahiran Yesus di Betlehem (data kedua) dan palungan tempat Ia dibaringkan (data ketiga)?

Kata “Betlehem” yang bahasa Ibraninya adalah Bet léḥem berarti “Rumah Roti”. Maka, kalau Yesus dilahirkan di Betlehem, yang berarti Rumah Roti, hal ini berkaitan dengan pribadi Yesus sebagai Roti Hidup (Yoh 6:25-59). Yesus, Sang Roti Hidup itu, setelah dilahirkan di Rumah Roti (Betlehem) kemudian dibaringkan di atas palungan, yaitu tempat yang biasa dipakai untuk meletakkan makanan ternak. Maka, kalau Yesus dibaringkan di palungan, seolah-olah Ia dijadikan sebagai makanan ternak. Ya memang, begitulah yang terjadi: Yesus menjadikan diri-Nya sebagai Roti Hidup untuk menjadi santapan bagi kita, domba-domba-Nya. Inilah yang kita rayakan dalam setiap Ekaristi, di mana Yesus menjadi Roti Hidup dan kemudian kita santap dalam komuni suci.

Saudara-saudari yang terkasih,
Untuk menarik benang merah dalam permenungan ini, baiklah kita memperhatikan ajakan para gembala, “Marilah kita pergi ke Betlehem ...” (Luk 2:15). Meskipun ajakan ini disampaikan di antara para gembala, namun karena pada hari ini kita mendengarkannya, maka kita pun diajak juga untuk pergi ke Betlehem. Untuk apa? Untuk berjumpa dengan Yesus. Maka, ajakan ini bukan merupakan ajakan untuk berziarah ke Berlehem di Palestina karena sekarang ini Yesus sudah tidak lagi dibaringkan di sana. Namun, kita diajak untuk pergi ke setiap tempat di mana kita akan berjumpa dengan Yesus. Di manakah tempat itu?

Berdasarkan urain (di atas) tadi, Betlehem berarti Rumah Roti. Maka, di sini kita menemukan padanan yang indah: Betlehem yang berarti Rumah Roti sepadan dengan Perayaan Ekaristi dan palungan tempat Yesus dibaringkan sepadan dengan altar di mana Roti Hidup disajikan. Dengan demikian, ajakan untuk pergi ke Betlehem merupakan ajakan untuk merayakan Ekaristi dengan lebih tekun dan setia. Sebab, dalam setiap Ekaristi itulah, Yesus hadir dan menyerahkan diri-Nya sebagai Roti Hidup untuk menjadi santapan bagi kita.

Namun, bacaan Injil juga memberi kesaksian bahwa di Betlehem itu para gembala berjumpa dengan Yesus dalam rupa bayi kecil yang sangat sederhana. Oleh karena itu, ajakan untuk pergi ke Betlehem berarti juga ajakan untuk mencari dan menemukan Yesus, terutama dalam diri saudara-saudari kita yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Jadi, Betlehem ini bisa ada di mana-mana dan wujudnya bisa bermacam-macam, namun intinya sama. Di situlah, Yesus menantikan kita untuk datang dan menyatakan empati kepada-Nya.

Kesimpulannya, warta sukacita Natal mengajak kita untuk:
Pertama, semakin tekun dan setia merayakan Ekaristi karena di situlah kita akan berjumpa dengan Yesus, Sang Roti hidup yang menjadi santapan bagi kita.
Kedua, pergi dan berempati kepada Yesus yang tampak dalam diri saudara-saudari kita yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Yesus sendiri telah bersabda, “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40).

Selamat Natal,
Tuhan memberkati!

Ag. Agus Widodo, Pr

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy