MISA SORE
MENJELANG HARI RAYA NATAL
Yes 62:1-5; Kis
13:16-17.22-25; Mat 1:(1-17).18-25
Saudara-saudari
terkasih,
Allah
kita adalah Allah yang peduli, penuh perhatian dan solider terhadap kita,
umat-Nya. Ia “tidak dapat berdiam diri dan ... tidak akan tinggal tenang,
sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti
suluh” (Yes 62:1). Ia sendiri telah memperkenalkan namanya sebagai YHWH (Yahwe),
lengkapnya “Ehyeh Ashyer Ehyeh” yang dalam Alkitab diterjemahkan sebagai “Aku
adalah Aku” (Kel 3:14). Kata “Ehyeh” ini merupakan bentuk Imperfectum dari kata kerja “hayah” yang berarti: berada, menjadi
dan bekerja
(to be, to become dan to work). Maka, nama Yahwe menunjuk pada realitas
bahwa Allah selalu hadir dan terlibat aktif dalam sejarah hidup dan pergulatan
umat-Nya.
Perhatian
dan solidaritas Allah terhadap umat-Nya ini, diuraikan dengan singkat, padat
dan jelas oleh St. Paulus (Kis 13:16-17.22-25).
“Allah umat Israel telah memilih nenek moyang kita, dan membuat umat itu
menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan
tangan-Nya yang perkasa, Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri itu”
(ay.17). Kesaksian Paulus ini didasarkan pada Sabda Tuhan sendiri kepada Musa, “Aku
telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku
telah mendengar seruan mereka ..., Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu
Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun
mereka dari negeri itu ke negeri yang baik ...” (Kel 3:7-8).
Dalam
perjalan waktu selanjutnya, Allah selalu mengutus orang-orang pilihan-Nya untuk
menyertai dan memimbing umat-Nya. Ia mengutus para hakim, para raja, dan para
nabi, sampai akhirnya mengutus Anak-Nya sendiri. Inilah yang diungkapkan oleh
panulis surat Ibrani, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam
pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada”
(Ibr 1:1-2). Perutusan Sang Putera, yakni Tuhan kita Yesus Kristus - yang
kelahirannya kita rayakan, kita kenangkan dan kita syukuri pada Natal ini – merupakan
puncak dari kasih dan perhatian Allah kepada kita. Dialah Juru Selamat bagi
kita (bdk. Kis 13:23). “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”
(Mat 1:21). Dialah “Immanuel, yang berarti Allah menyertai kita” (Mat 1:23).
Bacaan
Injil tadi menegaskan bahwa kehadiran Yesus di dunia ini membutuhkan kesediaan
manusia untuk menjadi sarana bagi kelahiran-Nya. Maka, Allah memilih Maria
untuk mengandung dan melahirkan Yesus (Mat 1:18.20). Ia juga memilih Yusuf untuk
mengambil Maria sebagai istrinya (Mat 1:20). Dengan demikian, melalui kesediaan
Maria dan Yusuf untuk dipilih dan dipakai oleh Allah sebagai “orangtua” yang
mengandung, melahirkan, mengasuh dan mempersiapkan Yesus, terlaksanalah karya
keselamatan Allah.
Kehendak
Allah untuk menyelamatkan umat manusia dengan menghadirkan Sang Juru Selamat di
tengah-tengah dunia berlangsung selama-lamanya. Kalau 2000 tahun yang lalu,
Allah memilih Maria (dan Yusuf) untuk menjadi sarana kehadiran Yesus, Sang Juru
Selamat, pada zaman sekarang ini, Allah memanggil, memilih, dan mengutus kita
untuk melakukan hal yang sama. Allah memanggil, memilih dan mengutus kita untuk
menghadirkan Yesus, Sang Juru Selamat dunia. Maka, warta Natal ini mengajak
kita untuk berusaha tekun dan setia menjadi tanda dan sarana kehadiran Yesus
yang mengasihi dan mengampuni sehingga di mana-nama terciptalah damai
sejahtera.
Ag. Agus Widodo, Pr