Pertemuan Kedua Adven Keuskupan Agung Semarang 2012: MENGAKUI IMAN

Pertemuan Kedua

MENGAKUI IMAN

Tujuan:

Menyadari kembali pengakuan iman akan Yesus Kristus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup, sehingga semakin gembira, setia dan kokoh kuat imannya sebagai murid Kristus.

1. Lagu Pembuka

2. Tanda Salib dilanjutkan Doa Pembuka

3. Pengantar

Pada pertemuan Adven pertama minggu yang lalu, kita telah diajak mendalami Yesus Kristus sebagai gambaran Allah Yang Mahabaik, Allah yang hadir dalam segala keterbatasan manusia, dan itulah sumber iman yang kita imani. Allah sebagai yang Emanuel: Allah beserta kita. Kini, pada pertemuan kedua, kita diajak untuk masuk lebih dalam lagi yaitu mengakui Yesus sebagai sumber iman dan sumber hidup kita.

Bagaimana pengalaman kita selama ini? Apakah pengenalan kita akan Yesus membawa kita pada pengakuan yang jujur pada-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup kita (Yoh 14:6) sebagaimana disabdakan-Nya sendiri. Ataukah kita masih meragukan-Nya?

Semoga pertemuan ini bisa membantu kita untuk semakin tulus mengakui Yesus sebagai Tuhan kita dan sekaligus setia kepada-Nya dalam segala tantangan dan kesulitan kita.

4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven

Bacaan Mrk 8:27-30

5. Inspirasi dan Permenungan

Pengakuan Petrus akan "ke-mesias-an" Yesus

Membaca Mrk 8:27-30, kita diajak merenungkan kembali mengenai "pengakuan iman" kita. Pengakuan Petrus akan "ke-mesias-an" Yesus menjadi permenungan kita, seberapa pentingkah Kristus dalam hidup kita? Tentu setiap orang memiliki pengalamannya sendiri-sendiri mengenai Yesus. Di antara para murid pun bisa berbeda-beda jawabannya ketika ditanya oleh Yesus tentang siapa Diri-Nya. Masalah pokok di sini sebenarnya bukan berhenti pada jawaban mengenai siapa Yesus tetapi harus sampai pada pengakuan iman. Pengenalan tidak berarti apa-apa tanpa pengakuan. Mengapa para murid dilarang dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Yesus? Jawabannya karena para murid baru sampai pada pengenalan, belum disertai sikap batin yang menggerakkan mereka terhadap pengenalan itu.
renunganpagi.blogspot.com
Kita sebagai orang beriman tidak cukup hanya mengenal Yesus, tetapi harus sampai pada pengakuan Yesus bagi kehidupan kita. Mengakui berarti mengamini, menyatakan ya dan setuju pada yang kita akui. Mengakui berarti melibatkan batin atau hati, tidak hanya pikiran dan akhirnya menggerakkan sikap. Di jalan, kita tahu dan mengakui traffic light menyala "merah", maka kita akan berhenti. Pengakuan membawa sikap. Demikian juga dalam hal iman.

Ada kisah seorang bapak yang mengakui diri sebagai orang katolik, sebagai murid Yesus. Pengakuan itu tidak hanya di bibir tetapi terungkap dalam segala sikapnya. Ia membawa iman kemanapun ia pergi. Ia bertindak sebagai orang beriman dalam segala situasi. Ia juga tidak malu menunjukkan sikap imannya di hadapan orang lain.

Ignasius Jonan adalah seorang Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang beragama Katolik. Ia termasuk orang Katolik yang mau menunjukkan militansi imannya dalam kehidupan sehari-hari. Jonan mengawali langkahnya dengan membenahi pelayanan dasar yang ada di PT KAI. Ia mengubah orientasi perusahaan, dari orientasi produk ke orientasi pelanggan. Ia berusaha mengubah bagaimana organisasi ini dapat memenuhi keinginan para pelanggannya. Dalam menghadapi situasi yang tidak mudah itu, ia selalu tiada hentinya menguatkan dirinya dengan doa rosario. Ketika ditanya "Dari mana keberanian itu muncul, bukankah Anda berasal dari keluarga yang serba aman dan nyaman?", ia mengeluarkan Rosario dan medali dengan gambar suci dari kantong bajunya. "Saya selalu membawa ini. Saya kalau berdoa itu: Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu." Jonan mengaku lebih dari sepuluh tahun selalu membawa Rosario dan medali pemberian ayahnya, kemanapun ia pergi. Ketika sedang melakukan perjalanan dengan kereta api, ia selalu menyediakan waktu untuk menggulirkan doa dengan biji-biji Rosarionya. Ketika ditanya mengapa 'berani' melakukan perubahan dan gebrakan yang (mungkin) menuai banyak kritikan, Jonan berkata, "Kalau dikatakan berani, sesungguhnya tidak. Tapi, ya karena saya tidak punya interest pribadi. Saya taat pada aturan yang sudah ada," demikian Jonan, yang juga membawa lembaran doa Novena Tiga Kali Salam Maria dan doa-doa lain di tasnya. Jonan menandaskan, "Kalau saya tidak punya iman, saya mungkin tidak akan berani. Saya ini manusia kok, bukan robot. Kalau ditanya mengapa masih di sini (kereta api, Red), saya tidak tahu. Karena Gusti Allah, saya berada di kereta api. Saya percaya kalau yang Maha Kuasa menghendaki saya di sini, saya tetap di sini". (Wawancara Maria Pertiwi di HIDUPKATOLIK.com)

Sebagai orang beriman, hidupnya menyatu dengan Yesus. Yesus harus menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita sehingga apa yang kita lakukan semua itu karena iman kita kepada Yesus. Bila kita tidak tinggal dalam Yesus Kristus, menyatu dan mencintai-Nya dengan sungguh, bisa jadi iman akan Yesus pun hanya menjadi semacam riasan atau baju atau juga bersikap angin-anginan bukan pengakuan yang mendalam. Padahal, iman bukanlah seperti riasan (bisa dihapus dari wajah bila sudah selesai tampil) atau baju yang kita kenakan (bisa kita buang/ganti bila sudah tidak cocok dan tidak layak pakai).
renunganpagi.blogspot.com
6. Refleksi dan Sharing Pengalaman

Dari sharing yang telah terungkap semakin menegaskan bahwa pengakuan iman bukan hanya sebatas pada pengakuan di mulut saja. Pengakuan iman itu melibatkan seluruh hidup kita, baik pikiran, mulut, hati dan juga sikap kita. Ada beberapa point yang bisa kita renungkan kalau kita bicara soal pengakuan iman.

a. Berani dan tidak takut mengakui iman.

Kita berani dan tidak takut mengakui iman kita, baik saat kita sendiri, saat bersama umat seiman maupun saat kita bersama banyak orang lain yang beranekaragam keyakinan. Di tengah pekerjaan atau kehidupan umum, kita tidak takut untuk mengakui iman kita sendiri. Berani berdoa saat makan di restoran atau warung, kita tidak takut mengakui diri katolik di lingkungan pekerjaan; kita tidak menyembunyikan identitas baptis kita di tengah kepentingan umum. Sebaliknya dengan bangga kita akui iman kita, walaupun mungkin risiko terjadi, misalnya risiko disingkirkan, dipersulit, dijauhi atau yang lain. Namun risiko bukanlah penghalang untuk mengakui iman.

b. Mempunyai komitmen

Mengakui iman berarti komitmen. Pengakuan iman tidak untuk sementara waktu tetapi untuk seumur hidup kita. Pengakuan iman juga tidak hanya pada waktu-waktu yang mendukung dan menguntungkan, tetapi dalam waktu yang kadang-kadang menantang dan menempatkan kita pada posisi dilematis. Mengakui iman berarti kita tetap mengakui dan memilih Yesus sebagai yang utama untuk selamanya. sedangkan pilihan lain, ditempatkan sesudahnya atau dipilih sejauh sesuai dengan keyakinan iman itu. Orang yang pengakuan imannya kuat, tidak mudah untuk tergoda oleh apapun. Ia memilih hidup sederhana daripada menjadi kaya tetapi harus mengingkari imannya. Ia tetap memilih hidup sendiri daripada harus menikah dengan meninggalkan iman. Atau ada pula seperti para martir, ia memilih mati daripada harus menyangkal Tuhan.
renunganpagi.blogspot.com
c. Membiarkan hidup dibimbing oleh iman
Mengakui iman berarti membiarkan hidup dibimbing oleh kasih Kristus. Iman bukan sebatas kata-kata, tetapi menjadi gerak hidup yang membarui. Iman nampak dalam kehidupan yang diterangi oleh kehendak Tuhan. Beriman itu sama seperti orang makan durian. Kalau seseorang makan buah durian, maka tanpa orang berkata apapun, sesungguhnya semua orang akan tahu bahwa orang tersebut baru saja makan durian. Mengapa? Karena seluruh tubuhnya mengeluarkan bau durian, seolah-olah durian telah bersatu dengan seluruh tubuh dan darah dari orang itu, dan mempengaruhi aroma tubuhnya. Bagaimana kalau seseorang mengimani Kristus? Seharusnya orang tersebut harus mengeluarkan aroma Kristus, sehingga orang-orang dapat melihat bahwa ada Kristus di dalam diri orang tersebut. Pengakuan itu seharusnya tampak tidak hanya secara "kasat" mata: rohani, melainkan juga ditampakkan dengan yang lahiriah, yaitu melalui penghayatan dan tingkah laku. Maka, mau mengakui, berarti mau menyatakan, mau menampakkan, memperlihatkan dan tentu saja, setia mempertahankan.

d. Perlu terus diperbarui dan disegarkan baik dengan doa, ibadah dan memperdalam Kitab Suci dan ajaran-ajaran iman

Pengakuan iman memang perlu terus diperbarui dan disegarkan baik dengan doa, ibadah dan memperdalam Kitab Suci dan ajaran-ajaran iman. Kita juga perlu memaknai ajakan membarui pengakuan iman kita yang berpangkal dari syahadat para rasul dalam Ekaristi setiap hari Minggu. Bukan tidak mungkin bahwa syahadat iman yang kita doakan hanya menjadi rentetan hafalan yang keluar dari mulut tanpa menyentuh kedalaman relung batin kita. Kalau demikian halnya, patutlah kita perhatikan secara serius apa yang kita doakan itu supaya tidak jatuh menjadi sekedar ucapan tetapi hendaknya menjadi penghayatan. Dengan penghayatan yang sungguh, syahadat iman itu akan menjadi bagian utuh; menjadi milik diri yang menyatu dan kita hidupi dengan gembira dan bangga. Dengan demikian pengakuan itu semakin mendalam dan semakin diperkaya sehingga pengenalan diri kita kepada Kristus pun semakin sempurna.

7. Doa Umat dan Doa Penutup

8. Lagu Penutup




terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy