RENUNGAN DAN IBADAT SABDA
PESTA KELUARGA KUDUS
"YESUS SUMBER IMAN KELUARGA"
RITUS PEMBUKA
1. Lagu Pembuka
2. Tanda Salib dan Salam Pembuka
3. Pengantar
Pesta Keluarga Kudus jatuh tanggal 30 Desember 2012. Pesta Keluarga Kudus dalam liturgi diresmikan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1893. Pada awalnya Hari Raya Keluarga Kudus dirayakan pada hari Minggu dalam Oktaf Epifani. Arinya, dirayakan pada hari Minggu manapun yang jatuh antara tanggal 7 Jnuari sampai dengan 13 Januari. Namun sekarang, hari raya tersebut dirayakan pada hari Minggu antara Natal dan Tahun Baru, atau dalam Oktaf Natal.
Melalui empat pertemuan sebelumnya, kita diajak merefleksikan bahwa pusat iman kita adalah Yesus Kristus. Ia telah lahir dalam sebuah keluarga, yaitu keluarga Yusuf dan Maria. Oleh karena kehadiran Yesus Kristus, keluarga itu menjadi keluarga kudus Nasareth. Yesus tidak hanya menjadi Anak dalam keluarga itu tetapi juga menjadi pusat hidup keluarga. Melalui renungan dan ibadat ini, pertama, kita diajak untuk mensyukuri apa yang dialami Yusuf dan Maria, sebuah keluarga muda yang dihadiri oleh Yesus, sekaligus sebagai anak dan pusat hidup mereka. Kehadiran Yesus dalam keluarga itu telah menjadi bintang yang memberi arah hidup keluarga, juga cahaya yang menerangi kehidupan keluarga. Kedua, kita diajak pula untuk meneladan keluarga kudus Nasareth yang mempersembahkan hidupnya bagi kemuliaan Tuhan dan bagi keselamatan banyak orang. Ketiga, dalam rangka Tahun Iman, kita diajak pula untuk membangun keluarga yang berbasis iman dan kasih. Keluarga menjadi tempat persemaian iman sejati, yakni tempat dimana iman tertanam, tumbuh, berkembang dan menghasilkan buah-buah keselamatan.
4. Pernyataan Tobat
5. Doa Pembuka
LITURGI SABDA
Bacaan I : Fil 1:3-8
6. Lagu tanggapan sabda
7. Bacaan Injil (Luk 2:41-52)
8. Renungan
Dalam sebuah retret keluarga, ada seorang bapak tersungkur di depan kaki isteri dan anaknya. Dan ia memberi kesaksian, bahwa selama 50 th lebih menjadi katolik, yang namanya misa dan berdoa bersama bisa dihitung dengan jari. Hidupnya jauh dari Tuhan. Dan dia berjanji di depan peserta retret dan di hadapan isteri dan anaknya untuk menjadikan keluarga sebagai mesbah Allah. Setelah setahun lebih, banyak orang memberi kesaksian bahwa keluarga itu semakin baik dalam relasi. Anak yang dulu takut dengan ayahnya yang sering marah dan memukul, demikian dekat dengan ayahnya. Setiap hari bapak ini memimpin isteri dan anak membaca bacaan harian dan berdoa bersama. "Seorang bapak dipulihkan, keluarga dipulihkan" demikian katanya. "Sungguh semua bagai mimpi!"
Yesus hadir terus menerus, tetapi tidak setiap kali kita mengalami kehadiran-Nya. Dan dari beberapa orang yang mengalami kehadiran-Nya, ada yang masih berpendapat bahwa "Ndherek Gusti itu enak kepenak. Tidak akan menderita, tidak berkekurangan." Pandangan ini kadang dipahami demikian sempit, sehingga pada suatu saat ketika menjadi murid Yesus tidak menguntungkan dan sulit, orang meragukan identitasnya bahkan menyangkal kemuridannya.
Sebagaimana Maria dan Yusuf, dua pribadi yang sangat baik. Namun tidaklah mudah secara manusiawi menerima Yesus hadir di antara mereka. Kehadiran Yesus boleh dikatakan secara negatif membawa persoalan-persoalan rumit dalam hidup mereka: harga diri Maria dan Yusuf yang sedang bertunangan dipertaruhkan, kelahiran Yesus di tengah situasi hiruk pikuk sensus, menjadi pelarian ke Mesir, hidup sebagai keluarga urban, hidup tersembunyi di Nazareth, sampai pada peristiwa kehadiran Maria di kaki salib Yesus. Tetapi justru, berpangkal dari pengalaman tersebut, kita melihat bahwa keluarga muda ini tidak berfokus kesulitan dan penderitaan, tetapi berfokus pada pelaksanaan rencana Allah yang ada dalam diri Yesus. Fokus pada rencana Allah itulah yang menempa pribadi Yusuf dan Maria dengan aneka-aneka keutamaan dan kedewasaan hidup. Mereka berkembang menjadi pribadi yang sangat dewasa dan hidup dalam aneka keutamaan. Kehadiran Yesus di tengah mereka menjadi sumber iman. Cukup dengan melihat perkataan, perbuatan dan cara hidup, kita dapat meneropong bagaimana perkataan, perbuatan dan cara hidup Yusuf dan Maria. Sungguh luar biasa. Kehadiran Yesus, dengan segala situasi sulit, dan tuntutan untuk mendidik Yesus, membawa dan mengembangkan kekudusan dalam hidup Yusuf dan Maria. Mereka sungguh sebagai ayah dan ibu bagi Yesus dalam segala hal.
Kekudusan ini bukan hanya milik Keluarga Kudus, tetapi dapat menjadi milik keluarga-keluarga jaman sekarang. Tanggal 21 Oktober 2001, Bapa Paus Yohanes Paulus II mengangkat pasangan suami isteri Luigi dan Maria Beltrame Cuattrochi menjadi beato-beata. Bukan karena pribadi-pribadi mereka, tetapi terutama karena perkawinan mereka. Dalam situasi hidup yang tidak mudah di Italia pada akhir abad 19 dan awal abad 20, mereka berfokus pada kehadiran Yesus yang nampak dalam rencana Allah atas perkawinan mereka. Kardinal Jose Saraiva Martins, Perfect Kongregasi untuk Beatifikasi mengatakan bahwa "mereka membangun Gereja domestik dalam keluarga mereka: terbuka terhadap hidup, berdoa, memberikan pelayanan sosial, solidaritas bagi orang miskin dan penuh persahabatan dengan semua orang". Demikian juga kita pada masa ini dapat bertanya: Apakah Yesus kuterima dalam hidup keluargaku? Lalu apakah wujud kehadiran Yesus dalam pribadi dan relasiku dalam keluarga? Dan jikalau keluarga kita masih harus berjuang karena mengalami aneka kesulitan dan goncangan iman, kita boleh bertanya: Apakah aku berpusat pada kesulitan-kesulitan hidup keluargaku ataukah aku berpusat pada Yesus yang hadir? Bagaimanakah kehadiran Yesus di tengah badai keluarga mampu membawaku bertumbuh dalam iman?
Kita hening sejenak untuk mengendapkan permenungan kita.
9. Aku Percaya
10. Doa Umat
11. Bapa Kami
RITUS PENUTUP
12. Doa Penutup
13. Berkat Penutup
14. Lagu Penutup