Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Pertemuan Ketiga Adven Keuskupan Agung Semarang 2012: MERAYAKAN IMAN
Pertemuan Ketiga
MERAYAKAN IMAN
Tujuan:
Menyadari kembali bahwa iman senantiasa harus dirayakan sehingga menjadi perjumpaan dengan Tuhan yang menyelamatkan.
1. Lagu Pembuka
2. Tanda Salib dilanjutkan Doa Pembuka
3. Pengantar
Pada pertemuan Adven ketiga ini, kita diajak merefleksikan kembali makna dari perayaan-perayaan iman kita.
4. Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven
Bacaan: Yohanes 6:51-58
5. Inspirasi dan Permenungan
Yesus sebagai "Roti Hidup"
Membaca kembali Yohanes 6:51-58, kita diajak merenungkan mengenai Yesus sebagai "Roti Hidup". Yesus memperkenalkan diri sebagai "roti kehidupan", yakni makanan yang memberi hidup. Kita sebagai orang yang mengimani Yesus, diajak untuk percaya, bahwa Dia ada di tengah-tengah kita dan hadir ketika kita menghayatinya dalam Ekaristi Kudus. Bacaan Yohanes 6:51-58 menegaskan mengenai apa yang disampaikan Yesus. Ia bukan hanya "roti" yang mengenyangkan secara lahiriah, namun Yesus mengajak kita melihat lebih dalam, bahwa diri-Nya lah roti yang turun dari surga. Menerima Dia, mempercayai-Nya, akan membuat kita mendapatkan roti yang memberi hidup (Yoh 6:32-40). Iman kita akan Ekaristi merupakan iman akan kebenaran mengenai warta Yesus itu. Pertanyaannya bagi kita, apakah melalui Ekaristi Kudus sebagai perayaan iman, kita telah merasakan dan menemukan roti kehidupan yang sesungguhnya dalam hidup sehari-hari kita? Yaitu menemukan Yesus sendiri sebagai "Roti Hidup".
Iman adalah rahmat, maka kita perlu menerima, memelihara serta merayakannya dengan bangga dan penghayatan sungguh-sungguh. Seorang beriman Katolik, tentu akan bangga dengan imannya. Masih ingat ajakan imam setelah konsekrasi dalam Ekaristi Kudus? "Agungkanlah iman kita!" Lalu umat menjawab secara aklamasi, "Tuhan, Engkau telah wafat, Tuhan, Engkau kini hidup, Engkau Sang Juruselamat, datanglah ya Yesus Tuhan." Kebanggaan umat Katolik akan imannya tampak jelas dalam ungkapan itu. Kita mengimani misteri Allah yang agung, karena itu iman kita pun agung, dan sudah sepantasnya kita agungkan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan dalam wujud perayaan iman itu.
Pertanyaannya, apakah kita benar-benar merayakan iman kita secara sungguh-sungguh. Apakah kita menyambut komuni dalam perayaan Ekaristi denan kesungguhan hati, mampu merayakan Kristus yang hadir dalam hidup kita sehari-hari? Jika begitu, kok kita tidak menjadi semakin baik. Acapkali kita mungkin sering memandang perayaan iman akan Ekaristi sebagai sekedar layaknya "obat kuat rohani" atau "rutinitas" yang tanpa arti. Maka, Ekaristi sebagai sakramen yang menghadirkan kenyataan rohani dalam diri kita, tidak sungguh-sungguh menghadirkan Kristus dalam hidup kita.
Padahal orang yang percaya akan kekuatan Ekaristi, akan semakin melihat dan mengakui bahwa kemampuan berbuat baik serta keberanian untuk menjadi makin manusiawi dan makin lurus itu datang dari sumber akan iman Kristus yang telah diterima dari komuni suci. Bukan dari kekuatan manusiawi sendiri. Bagi orang yang percaya, kemampuan berbuat baik itu anugerah ilahi. Dan anugerah inilah yang ditandai dengan Ekaristi. Dalam arti inilah Ekaristi membuat kita semakin dekat dengan kehidupan Yang Ilahi sendiri.
Merayakan iman mungkin mudah, kalau sekedar mengikuti, apalagi kalau hanya pasif: datang, duduk, diam, setelah selesai pulang. Tetapi tak semudah memaknai dan mewujudkannya dalam hidup. Diam saja atau sekedar mengikuti rutinitas bukanlah cara merayakan iman yang baik. Iman adalah "rahmat" yang perlu dirayakan dengan tindakan aktif.
6. Refleksi dan Sharing Pengalaman
Perayaan iman, merupakan perayaan perjumpaan dengan Allah yang agung, anggun, khidmat, serta mendatangkan rahmat.
Ekaristi sebagai perayaan iman, merupakan lambang kesatuan dengan Tubuh Mistik Kristus: Siapa yang menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus menyatukan kita dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja. Komuni membarui, memperkuat, dan memperdalam penggabungan ke dalam Gereja, yang telah dimulai dengan Pembaptisan. Di dalam Pembaptisan kita dipanggil untuk membentuk satu tubuh (Bdk. 1Kor 12:13). Konsili Vatikan II melalui Sacrosanctum Consilium (SC), secara tegas mengatakan mengenai peran aktif umat dalam perayaan iman, yaitu liturgi, terlebih karena Gereja menyadari bahwa Liturgi merupakan puncak dan sumber kehidupan Gereja (bdk. SC 10). Dalam Konsili Vatikan II ini pula secara tegas dinyatakan pengertian Liturgi yakni sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus oleh Tubuh Mistik Kristus, yaitu Kepala dan para anggota-Nya (bdk. SC 7). Tugas imamat Yesus Kristus untuk melaksanakan karya keselamatan Allah perlu dihadirkan oleh Gereja di dalam liturgi. Maka liturgi dalam perspektif ini, mendapatkan pendasaran yang kuat; sebagai perayaan kerinduan berjumpa dengan Kristus, kepantasan untuk berjumpa dengan Kristus, ambil bagian secara sadar (paham atas simbol Liturgi) dan aktif (terlibat lahiriah dan sakramental) dan buahnya dari perayaan itu, yaitu persatuan dengan Kristus dan Gereja.
7. Doa Umat dan Doa Penutup
8. Lagu Penutup
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati