PESAN RADIO NATAL 2012 - Vikjen Keuskupan Surabaya

Saudara-i para pendengar, yang dikasihi Tuhan,
“Jangan takut, sesungguhnya aku memberitakan kepadamu sukacita yang besar untuk seluruh bangsa”, demikian para malaikat meyakinkan kepada para gembala agar tidak takut atas peristiwa ilahi ini.
 
Natal bukanlah peristiwa yang menakutkan melainkan peristiwa sukacita; the news of great joy. Injil mengisahkan demikian karena memang ada pihak-pihak yang menganggap Natal sebagai ancaman dan menindaklanjuti ketakutan dengan kekerasan. Sikap Herodes merupakan contoh nyata bagaimana seseorang yang sungguh takut  dan lalu memakai kekerasan untuk membunuh semua anak anak, benih generasi masa depan, supaya tidak mengganggu keserakahan dan kesesatan jiwa mereka.
 
Warta penghiburan ini ditangkap sebagai ancaman bagi kubu Herodes. Namun ditangkap sebagai pengalaman rohani oleh para gembala. Para gembala adalah orang kelas bawah, sederhana, kurang berpendidikan, namun mempunyai keterbukaan hati bagi Firman. Natal menjadi sukacita rohani dan perayaan kehidupan bersama para malaikat sorgawi bagi orang yang terbuka hati. Maka bagi para gembala, tiba tiba dalam penglihatan rohaninya, mereka mengalami bersatu dengan pujian bala tentara sorgawi. Seluruh dirinya terangkat  ke pengalaman ajaib kemuliaan Allah di dalam hidup keseharian. Sorga dan bumi menyatu dalam kesadaran. Para gembala sederhana masuk dalam bilangan orang yang berkenan kepada Allah.
 
Saudara-i para pendengar, yang dikasihi Tuhan,
Dalam kancah kehidupan duniawi sehari hari, seringkali memang tidak mudah untuk membedakan antara ancaman dan peluang berkat. Namun sangatlah jelas dan kontras perbedaan buah dari keduanya, ketakutan terhadap ancaman membuahkan kekerasan, namun keterbukaan hati terhadap peluang berkat membuahkan penyembahan. Kalau Herodes berangkat menghimpun para algojo untuk melaksakan agenda kekerasan, sedangkan para gembala berangkat untuk menyembah dan memuliakan kehadiran Tuhan yang SOLIDER dan penuh KASIH dalam peristiwa sederhana di kandang Betlehem. Kekerasan dan Natal adalah dua hal yang bertolakbelakang, terpisah tak terjembatani. Allah yang disembah dalam Natal adalah Allah yang mengasihi dan membawa damai. Kekerasan tidak pernah dapat dipakai untuk menjumpai Tuhan.
 
Dunia kita saat ini dipenuhi dengan kekerasan; kekerasan terhadap sesama manusia, terhadap alam, terhadap kebenaran, terhadap kebebasan, terhadap solidaritas, terhadap kerukunan, terhadap perbedaan keyakinan dan bahkan terhadap Tuhan. Dunia saat ini begitu asing dan jauh dari KASIH.
 
Saudara-i para pendengar, yang dikasihi Tuhan,
Paus Benedictus XVI, pada Natal tahun 2005, untuk mengawali misinya sebagai pemimpin rohani Umat Katolik sedunia, beliau menerbitkan ensikliknya yang pertama yang berjudul Deus Caritas Est  (Allah adalah Kasih). Paus hendak menempatkan semua yang dipikirkan, rencanakan, putuskan dan lakukan… dengan demikian juga dia harapkan untuk diikuti oleh umat Kristiani sedunia, yaitu MEWARTAKAN bahwa ALLAH yang benar adalah KASIH
 
KASIH adalah ukuran untuk mengetahui apakah Allah yang sedang kita sembah adalah Allah yang benar. Maka bagi kita menjadi sederhana dan mudah untuk mengukur diri, Allah yang kita sembah dengan dan dalam kekerasan, kemarahan dan dendam bukanlah Allah yang benar.
 
Para pemimpin Umat Katolik dan Kristen yang bersatu dalam Konferensi Waligereja Indonesia dan Persatuan Gereja-gereja Indonesia pada Natal Tahun 2012 ini melihat dan menyerukan pentingnya kesadaran akan Hakekat Allah yang adalah Kasih ini. Judul dari pesan Natal tahun ini, “ALLAH TELAH MENGASIHI KITA” (1 Yoh4:19).
 
Saudara-i para pendengar, yang dikasihi Tuhan,
Peristiwa Natal  memuat dua hal mendasar, yakni : HAKIKAT dan MISI/tugas perutusan.
 
Pertama, Apakah Hakikat peristiwa Natal?  Natal adalah PERISTIWA INKARNASI KASIH dan SOLIDARITAS ALLAH. Peristiwa yang mewahyukan kebenaran ilahi bagi kita manusia, bahwa ALLAH mengasihi kita. Suatu bentuk Solidaritas Allah.
Solidaritas dan KASIH  adalah dua sisi dari satu keping matauang yang sama. Dua hal yang konstitutif/komplementer. Tidak akan terjadi solidaritas sejati tanpa kasih. Dan tidak ada kasih tanpa wujud solidaritas.
 
Kedua, lalu apa Misi dari Natal. Setelah memahami hakekat Natal adalah inkarnasi Allah yang mengasihi kita, lalu apa yang menjadi perutusan kita? Dengan merayakan Natal ini kita diajak untuk BERBUAT KASIH seperti Tuhan mengasihi kita. Supaya setiap orang yang merayakan Natal juga Mengasihi seperti Allah. Di titik inilah wujud pertobatan kita tahun ini. Natal bukan sekedar perayaan pesta namun panggilan berbuat Kasih dan Solider.
 
Ada empat perutusan yang diserukan para Uskup seluruh Indonesia tahun ini sebagai wujud Kasih dan solidaritas:
  1. Umat Kristiani diajak untuk ambil bagian membela dan menyelamatkan keutuhan alam lingkungan hidup. Kekerasan dan kesewenangwenangan terhadap alam tiada lain penodaan terhadap Kasih Allah dan kejahatan terhadap dunia manusia. Oleh karenanya konferensi para Uskup sepakat untuk mendalami suatu pola pastoral berbasis cinta akan keselamatan ekologi.
  2. Umat Kristiani bekerjasama dengan siapa saja yang berkehendak baik membangun persaudaraan sejati, membangun budaya damai dengan mengatasi sikap intoleran dan konflik kemanusiaan.
  3. Umat Kristiani menyadari dan menyerukan bahwa KORUPSI merupakan penodaan/pengkianatan terhadap keadilan. Perjuangan dan dukungan terhadap pemberantasan korupsi adalah wujud kasih Natal, sebagaimana solidaritas Tuhan terhadap derita kemiskinan, Yesus yang lahir di kandang Betlehem, solidaritas dengan penderitaan kaum pinggiran.
  4. Umat Kristiani peka dan sadar bahwa dalam tata sosial kemasyarakatan, rasa keadilan mesti dijaga dengan penegakan hukum secara benar dan adil. Orang yang menghayati Kasih Allah adalah orang yang taat dan menghormati hukum. Kita semua prihatin dengan aneka berita kebobrokan proses penegakan hukum. Umat Kristiani dilarang ambil bagian dalam konspirasi semacam itu.
 
Saudara-i para pendengar, yang dikasihi Tuhan,
Pada kesempatan ini saya mengingatkan bahwa di seluruh wilayah gereja Katolik Keuskupan Surabaya, pada tahun 2013 nanti kita canangkan sebagai Tahun Kaum Muda dan Kerasulan Kitab Suci. Bapak Uskup, Msgr V Sutikno Wisaksono menghimbau supaya kita semakin serius memperhatikan pendampingan kaum muda supaya kelak mereka menjadi insan pembaharu yang punya integritas iman yang mendalam dan kepribadian tangguh untuk membangun bangsa.
 
Mengapa juga menjadi Tahun Kitab Suci? Arah Dasar Keuskupan mengamanatkan gerakan cinta akan Kitab Suci. Kitab Suci adalah Surat CINTA Allah kepada manusia. Seperti ditegaskan oleh Santo Hironimus, barangsiapa tidak mengenal Kitab Suci, maka juga tidak mengenal Yesus. Dengan spirit Natal tahun ini, mari kita semakin mewujudkan gerakan Kasih di tengah masyarakat dengan disertai pemahaman dan penghayatan Firman Tuhan secara mendalam. Sehingga setiap insan Kristiani adalah Pelaku Firman, menjadi saksi Kasih Allah bagi sesama.
 
Akhirnya ,
Saya atas nama Msgr V. Sutikno Wisaksono, pimpinan umat Katolik Keuskupan Surabaya, beserta seluruh Kuria Keuskupan Surabaya, mengucapkan selamat Natal 2012 dan Tahun Baru 2013.
 
 
Tuhan memberkati.
 
RD. Ag. Tri Budi Utomo
Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya
 
www.komunio.org  

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy