Hari Biasa Pekan II Adven
“Siapa yang menerima anugerah Ekaristi-Nya dengan penuh iman, menerima Dia sendiri” (Katekismus Gereja Katolik, 1336)
Antifon Pembuka (bdk. Hab 2:3; 1Kor 4:5)
Tuhan akan datang dan tidak akan berlambat. Ia akan menerangi yang tersembunyi dalam kegelapan, dan menyatakan dirinya kepada segala bangsa.
Doa Pagi
Tuhan, Raja semesta alam, betapa agung dan luhur segala karya-Mu, walau aku tak mengerti semuanya. Tambahkanlah rahmat-Mu agar aku senantiasa memuji-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
Seluruh alam semesta mewartakan keagungan Tuhan. Langit dan semua bintang yang bertaburan adalah bukti "pengertian" Tuhan yang tak terduga. Dalam alam tersimpan kekuatan Tuhan yang berkuasa. Maka, orang beriman diminta untuk berpegang dalam imannya, walaupun dalam kondisi "merasa ditinggalkan", lelah, lesu, tidak berdaya dan jatuh tersandung. Yesaya mengajak orang beriman untuk membayangkan diri menjadi rajawali, yang dengan kekuatan sayapnya mampu terbang tinggi di atas aneka persoalan hidupnya.
Bacaan dari Kitab Yesaya (40:25-31)
Yang Mahakudus berfirman, “Dengan siapa kalian hendak menyamakan Daku? Siapa yang setara dengan Daku? Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah! Siapa yang menciptakan semua bintang itu? Siapa yang menyuruh mereka ke luar seperti tentara, sambil memanggil nama mereka masing-masing? Tidak ada satu pun yang tidak hadir, sebab Dia itu Mahakuasa dan Mahakuat. Hai Yakub, hai Israel, mengapa engkau berkata begini, ‘Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hatiku tidak diperhatikan Allahku?’ Tidakkah engkau tahu, dan tidakkah engkau mendengar? Tuhan itu Allah yang kekal, yang menciptakan alam semesta. Tuhan tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu. Pengertian-Nya tidak terduga. Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada mereka yang tidak berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung. Tetapi orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru. Mereka seumpama rajawali yang terbang tinggi dengan kekuatan sayapnya. Mereka berlari dan tidak menjadi lesu. Mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = c, 2/2, PS 835
Ref. Puji, jiwaku, nama Tuhan, jangan lupa pengasih Yahwe.
Ayat. (Mzm 103:1-2.3-4.8-10)
1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
3. Tuhan adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Tuhan akan datang menyelamatkan umat-Nya. Berbahagialah orang yang menyongsong Dia
Saat keletihan dan kelesuan hati, beban berat kehidupan datang menjerat kita, Yesus memberikan tawaran kelegaan. Syaratnya: Rela belajar lemah-lembut dan rendah hati. Dua keutamaan inilah yang menjadi rahasia ketenangan hidup. Sikap kasar dan arogan, tidak mungkin mengalahkan kekuatan sikap anggun dan santun. Sikap sombong dan tinggi hati, tidak mungkin mengalahkan sikap tulus dan kerendahan hati.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (11:28-30)
Sekali peristiwa bersabdalah Yesus, “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah-lembut dan rendah hati. Maka hatimu akan mendapat ketenangan. Sebab enaklah kuk yang Kupasang, dan ringanlah beban-Ku.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Setiap hari, kita mengisi waktu dengan aneka kegiatan yang bermanfaat. Kita bekerja untuk mengembangkan diri dan sesama. Kadang, kita mengalami jenuh, letih lesu dan kurang semangat. Bahkan, kita bisa putus asa bila tidak ada solusi yang meringankan beban. Sudahkah kita membawanya dalam doa? Sebagai orang beriman, kita jangan melupakan peranan kekuatan Tuhan. Bila kita setia dan mengandalkan kekuatan Tuhan niscaya kita akan bahagia.
Doa Malam
Ya Tuhan, berilah aku rahmat-Mu agar aku selalu sadar bahwa Engkau tidak akan memberikan salib yang besar jika aku tidak kuat menanggungnya. Namun, jika harus menanggungnya, aku akan menanggungnya bersama Engkau, sumber kekuatanku, kini dan sepanjang masa. Amin.
Tuhan itu setia. Ia membuat diri-Nya sebagai orang berhutang, tidak karena meminjam sesuatu dari kita, tetapi dengan menjanjikan rahmat besar kepada kita: Janji saja belum cukup. Ia bahkan memilih diikat dengan tulisan, menciptakan semacam ikatan perjanjian dengan kita; hingga ketika Ia mulai melaksanakan janj-Nya, kita dapat melihat dari Kitab urutan pelaksanaannya. Maka zaman para nabi, seperti sudah kerap kami katakan sebelum ini, merupakan pemberitahuan janji.
Ia menjanjikan keselamatan kekal, dan kebahagiaan tidak ada habisnya dengan para malaikat, warisan yang tak akan pudar, kemuliaan selama-lamanya, wajah-Nya sendiri yang tercinta, kediaman-Nya suci di surga, dan dengan kebangkitan dari maut, bebas takut akan maut. Inilah seolah janj-Nya yang terakhir: ke sana semua usaha kita diarahkan, dan kalau kita sudah mencapai itu, kita tidak akan mencari sesuatu yang lain lagi, tidak minta yang lain lagi. Dan ia juga tidak dengan diam-diam melewatkan dalam janji dan nubuat-Nya itu, bagaimana keadaan akhir nanti akan tercapai.
Bahkan tidak cukup bagi Tuhan, memberikan Putra-Nya kepada kita hanya untuk menunjukkan jalan, Ia menjadikan Putra-Nya sendiri jalan, hingga kamu dapat mengikuti Dia sebagai penunjuk jalan, kalau Ia berjalan dengan cara-Nya sendiri.
Putra Tunggal Allah harus datang kepada manusia untuk mengenakan kodrat manusia dan dengan apa yang dikenakan menjadi manusia. Ia harus mati, bangkit lagi, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Bapa, dan melaksanakan di antara para bangsa apa yang telah Ia janjikan. (Sumber: Bacaan Ofisi Masa Adven hari Rabu pekan II Masa Adven, Yogyakarta: Kanisius, 1982: hlm. 78-80)