Minggu Biasa II/C – 20 Januari 2013
Yes 62:1-5; 1Kor
12:4-11; Yoh 2:1-11
Kalau boleh dan bisa memilih atau menentukan, tentu
kita akan memilih hidup yang tanpa masalah. Semua berjalan dengan baik. Semua usaha
berhasil. Semua rencana terlaksana sesuai harapan. Namun, rasanya tidak mungkin
hidup itu selalu berjalan dengan baik, sesuai rencana dan harapan, tanpa ada
masalah sedikit pun.
Sejarah hidup bangsa Israel, yang notabene merupakan umat pilihan Tuhan
pun mencatat bahwa mereka tidak terlepas dari kesulitan dan masalah. Bacaan pertama
(Yes 62:1-5) menyatakan janji Tuhan untuk menolong mereka yang menderita dan
mengalami kesulitan di tanah pembuangan. Bacaan Injil (Yoh 2:1-11) mengisahkan
sebuah pesta perkawinan yang nyaris mengalami persoalan besar karena kekurangan
anggur sebagai salah satu jamuan yang utama untuk para tamu. Mari kita menimba
inspirasi dari bacaan-bacaan ini supaya kita pun dapat menghadapi masalah,
kesulitan, dan persoalan hidup sebagai orang beriman dan sesuai dengan iman
kita.
Marilah kita awali dengan memperdalam bacaan Injil. Konteks
situasi yang dikisahkan dalam Injil ini, kurang lebih demikian: sebuah keluarga
di Kana Galilea mengadakan pesta perkawinan. Pada zaman itu, pesta nikah
dilaksanakan berhari-hari (sekitar satu minggu). Maka, kalau keluarga kurang cermat
dalam memperhitungkan tamu yang akan hadir, mereka bisa kehabisan anggur atau
suguhan yang lain pada saat pesta belum selesai. Inilah yang terjadi pada pesta
nikah di Kana ini.
Dalam konteks budaya Yahudi pada waktu itu,
kekurangan anggur bukanlah masalah sepele.
Masalah ini bisa menjadi aib yang besar. Para tamu dapat tersinggung dan merasa
kurang dihargai atau diterima sepantasnya. Buntutnya, keluarga yang
bersangkutan tidak hanya dijadikan buah bibir setelah pesta tetapi bisa sampai
dituntut di pengadilan.
Melihat situasi tersebut, Bunda Maria bertindak
cepat. Letak kota Kana ini ± 14 km sebelah utara Nazaret. Menurut ukuran waktu
itu, masih dekat dan tetanggaan
dengan Nazaret. Rupanya, keluarga Kana ini juga mempunyai hubungan yang dekat
atau bahkan kekerabatan dengan keluarga Nazaret. Buktinya, Maria dan Yesus
diundang ke situ. Maria sendiri, kemungkinan seperti ibu-ibu yang lain ikut rewang di dapur. Kedekatan relasi ini
makin tampak ketika Maria melihat bahwa mereka kehabisan anggur, tanpa diminta
oleh tuan rumah, ia langsung bergerak cepat. Maria datang kepada Yesus karena
ia yakin, dalam situasi gawat tersebut, hanya Yesus yang merupakan tumpuan
harapan satu-satunya.
Begitulah,
akhirnya terjadi dialog antara Maria dengan Yesus. Meskipun Yesus mengatakan
bahwa “saat-Nya belum tiba” (ay.4), Maria yakin bahwa Yesus tidak akan tinggal
diam dan membiarkan tuan rumah mengalami masalah besar. Dengan keyakinan itu,
ia meminta kepada para pelayan agar mereka melakukan apa yang diperintahkan
Yesus. Benar! Yesus tergerak melakukan sesuatu. Ia menyuruh para pelayan
mengisi tempayan yang biasanya dipakai untuk membasuh kaki (ay.6) sebelum para
tamu masuk ruangan pesta. Ada 6 tampayan yang harus diisi dengan air,
masing-masing sampai penuh (ay.7). Diperkirakan, 1 tempayan dapat menampun 90
liter air. Jadi totalnya ada 540 liter.
Injil
Yohanes ini tidak menulis apa pun mengenai apa yang dibuat Yesus untuk mengubah
air menjadi anggur. Hanya dituliskan, setelah ke-6 tempayan itu diisi air
sampai penuh, pelayan-peyanan diminta mencedoknya dan membawa kepada peminpin
pesta. Ternyata air tersebut sudah berubah menjadi anggur dengan kualitas yang baik
(ay.8-10). Kemudian, dikatakan bahwa mukjizat itu merupakan “yang pertama dari
tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan
murid-murid-Nya percaya kepada-Nya” (ay.11)
Sekarang,
apa pesan-Nya untuk kita?
Pertama, mari kita
realistis bahwa hidup itu tidak akan pernah terlepas dari kesulitan, masalah, dan
persoalan. Masalah muncul karena memang harus ada. Kita akan semakin kuat dan
menjadi pribadi yang tangguh dengan adanya masalah yang harus kita hadapi,
bagaikan sebuah pohon yang akan menjadi besar dan kuat ketika tumbuh bersama
dengan terpaan hujan deras dan angin kencang. Tanpa masalah, kita justru tidak
akan maju dan berkembang.
Kedua, dalam
menghadapi realitas kehidupan yang demikian, kita diajak untuk mempunyai
keyakinan iman bahwa Tuhan pasti dan selalu menolong. Sabda-Nya, “Aku tidak
akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan
keselamatan menyala seperti suluh” (Yes 62:1). Ia juga mengaruniakan Roh-Nya
untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib dalam hidup kita (bdk.1Kor 12:4-6).
Ia berkenan hadir dalam kehidupan kita dan tinggal bersama kita sebagaimana Ia
hadir di tengah-tengah keluarga Kana (Yoh 2:2). Bunda Maria pun selalu siap
sedia memberi pertolongan pada kita (Yoh 2:3-5).
Ketiga, keyakinan iman
bahwa Tuhan dan Bunda Maria selalu hadir, menyertai dan menolong kita, hendaknya
membuka hati kita untuk selalu menjadikan Tuhan dan Bunda Maria sebagai tamu
istimewa dalam kehidupan kita. Melalui doa-doa dan devosi kita, Perayaan
Ekaristi, membaca Kitab Suci, dll., kita undang Bunda Maria dan Tuhan Yesus
untuk hadir dalam diri kita dan keluarga kita. Niscaya kita pun akan mengalami
mukjizat Tuhan. Kita akan mendapat pertolongan dalam menghadapi setiap masalah,
persoalan dan kesulitan. Hidup kita yang seringkali tawar seperti air, juga
akan diubah menjadi seperti anggur yang manis dan berkualitas. Dan yang lebih
penting, semoga kita un menjadi seperti para murid, yaitu semakin percaya dan
beriman kepada Tuhan (Yoh 2:11).
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr