| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik sekali untuk selamanya

Sebagaimana setiap orang yang telah dilahirkan tidak bisa masuk kembali ke dalam rahim ibunya, demikian pula mereka yang sudah dibaptis. Sekali dibaptis, selamanya Katolik; tidak terbatalkan. Bagi orang Katolik kematian justru melahirkannya kembali, yakni lahir ke dalam hidup abadi. Sakramen Baptis membawa konsekuensi positif dan membahagiakan baik untuk hidup di dunia maupun setelah kematian.

Kelahiran Baru

Sakramen Baptis mempunyai beberapa makna, Pertama, dibaptis berarti dilahirkan kembali dalam Allah (Yoh 3:3). Ini juga bermakna ditenggelamkan dalam wafat dan kebangkitan Kristus (Rm 3:3-4) supaya bisa mengambil bagian dalam hidup dan kemuliaan Yesus Kristus (KGK, 1227). Dengan demikian semua orang yang dibaptis menjadi bagian dari Gereja, tubuh mistik Kristus.
Kedua, Sakramen Baptis membuka pintu untuk masuk ke persatuan penuh dengan Yesus Kristus dan Gereja-Nya dalam Sakramen-sakramen lain, terutama Krisma dan Ekaristi (bdk. KGK, 1229-1233). Karena itu, hanya mereka yang sudah dibaptis bisa menerima Sakramen Krisma, Pengakuan dosa, Ekaristi, Pernikahan atau Imamat, Pengurapan orang sakit.
Ketiga, setiap orang dilahirkan menjadi putra/putri orang tuanya. Walau ada orang tua yang membuang anaknya, setiap orang mempunyai orang tua (biologis). Demikian juga orang yang dibaptis, mau tidak mau menjadi anak-anak Allah dan mengenakan meterai salib. Meterai ini tidak terhapuskan oleh apa pun. Meski yang bersangkutan tidak mempraktikkan iman Katolik lagi –bahkan menyangkal Tuhan Yesus- tanda sakramen tetap menempel padanya.
Keempat, Sakramen Baptis menghantar orang memasuki hidup abadi. Mereka yang dibaptis bersatu dengan kematian dan kehidupan Yesus. Karena itu, mereka yang mati dalam Kristus akan dibangkitkan dan mulia bersama dengan Dia (Yoh 6:37; 1Kor 15:22).  
   
Anugerah dan Tantangan


Sakramen Baptis merupakan anugerah dan sekaligus tugas. Anugerah hidup baru dan kekal yang kita terima dalam Sakramen Baptis mengundang kita untuk hidup seperti Yesus (Kol 2:6) dan hidup dalam terang (1Yoh 1:6).
Lebih dari itu, menjadi pengikut Kristus berarti memanggul salib kehidupan (Mrk 8:34-35). Bukan dibebani salib, tetapi memanggul salibnya sendiri dengan menggunakan semangat Yesus Kristus. Mereka mesti siap menanggung aniaya (2Tim 3:12) seperti Yesus juga menderita sengsara untuk menyelamatkan dunia.
Setelah Kristus naik ke surga Dia menampilkan tubuh-Nya dan melanjutkan karya penyelamatan-Nya dalam Gereja, tubuh mistik-Nya. Karena itu, semua orang Katolik menjadi pembawa tubuh Kristus itu. Mereka menghadirkan Kristus dan menjadi saksi-Nya di mana pun dia berada.

Prosesnya Tidak Mudah


Pada umumnya Gereja menganjurkan tiga tahap dalam pembaptisan: persiapan, pelaksanaan, dan program lanjutan. Pertama, tahap persiapan biasanya disebut katekumenat yang meliputi beberapa tahap (KGK, 1232). Hal ini dapat dibaca dalam pedoman calon baptis dewasa atau Rites of Christian Initation of Adults (RCIA). Hanya orang yang sungguh matang dan siap untuk menjadi Katolik akan dibaptis.
Kedua, pelaksanaan Sakramen Baptis minimal mesti memenuhi dua syarat, yakni rumusan dan tindakan (KGK, 1240). Rumusannya, “Aku membaptis kamu dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Tindakannya ialah tiga kali mencurahkan air pada dahi atau menenggelamkan calon baptis ke dalam air.
Ketiga, mistagogi atau program lanjutan (bdk. KGK, 1254-1255). Menjadi Katolik tidak berakhir dalam penerimaan Sakramen Baptis. Sebaliknya, itu merupakan langkah awal menghayati hidup baru dalam Kristus, mereka yang baru saja dibaptis perlu terus dibina dan dikembangkan imannya. Bila ini dilupakan, setelah dibaptis iman orang Katolik mandeg (tidak tumbuh).
Penutup dari uraian di atas perlu ditegaskan bahwa Sakramen Baptis memberikan jaminan kehidupan abadi bersama Kristus. Apakah kita percaya kepada Yesus dan mau dibaptis serta dilahirkan kembali dalam Dia? Semoga melalui Tahun Iman, kita semakin setia dalam menghayati rahmat baptis kita. (Rm. Albertus Herwanta, O.Carm/RUAH)

Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita. --- 1Yoh 3:24

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy