Minggu Biasa V/C – 10 Februari 2013
Yes 6:1-2a;3-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11
SURAT GEMBALA
PRAPASKA 2013
“Bertolak ke
tempat yang dalam,
mengemban
perutusan dan berbuah”
Saudari-saudaraku terkasih,
Suasana sukacita perayaan Natal dan
tahun baru 2013 yang menggembirakan hidup beriman dan pengalaman sehari-hari, baru saja berlalu. Kini kita sudah akan memasuki masa prapaska, waktu dan
kesempatan yang penuh rahmat untuk mempersiapkan perayaan Paska. Masa prapaska
tahun ini terasa begitu istimewa karena kita jalani di tengah-tengah
kegembiraan kita menjalani Tahun Iman (11 Oktober 2012 – 24 November 2013). Kita
bersyukur atas karunia iman yang dilimpahkan kepada kita yang dinyatakan saat
kita menerima sakramen baptis. Masa prapaska merupakan saat yang tepat untuk
mengenangkan dan menyiapkan baptis dan membina pertobatan. Masa itu secara
intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa, dan
dengan demikian menyiapkan diri untuk merayakan misteri Paska (SC 109). Meskipun
disebut masa intensif bukan berarti kita hanya berdiam diri tidak melakukan
kegiatan dan aktivitas. Justru sebaliknya, kita tetap giat menjalani
tugas-tugas, kegiatan-kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan rutin kita setiap hari. Dalam
pekerjaan-pekerjaan itu kita menghayati panggilan dan perutusan kita
masing-masing.
Saudari-saudara terkasih,
Sebagai umat beriman kita bersyukur, bahwa Allah terus bekerja untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan kita. Dalam karyaNya itu Allah melibatkan banyak orang agar
cinta kasihNya dapat dirasakan secara nyata dalam kehidupan. Panggilan dan
perutusan Nabi Yesaya menegaskan akan kesungguhan hati Allah untuk kebahagiaan
umatNya, ”Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”
Ketika itu Yesaya menjawab, ”Ini aku utuslah aku!” (Yes 6:8). Kesanggupan dan
keberanian Yesaya ini juga kita temukan dalam diri Simon Petrus yang berani
bertolak ke tempat yang dalam. Keberanian Simon Petrus ini bukanlah kesanggupan
dan keberanian tanpa dasar, namun sebuah kesanggupan dan keberanian berdasarkan
iman, didasarkan atas perintah Yesus, ”Bertolaklah
ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (Luk 5:4)
Simon Petrus yang telah putus harapan
karena sepanjang malam bekerja keras namun tidak mendapat seekor ikan pun
akhirnya berani menebarkan jala kembali ketika ada sentuhan hati dari Yesus
yang memberikan semangat “tebarkanlah jalamu” (bdk. Luk 5:5). Kutipan ini
menyadarkan kita bahwa di saat-saat kita mengalami kelesuan, kegagalan, keputus-asaan,
ketidakberdayaan, keterpurukan, merasakan kekecilan diri kita, kita perlu
kembali kepada Yesus pokok iman kita dan mendengarkan sabdaNya. Kesadaran akan
kekecilan diri kita terungkap dalam kata-kata Simon Petrus, ”Tuhan, pergilah
dari padaku sebab aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Akan tetapi justru ketika
Simon Petrus menyadari akan kelemahan dan kerapuhan dirinya, Yesus meneguhkan
dan menguatkan,”Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia” (Luk
5:10). Dalam kelemahan dan kerapuhan, kita dipanggil dan diutus supaya menjadi
nyata kekuatan Allah bagi kita. Kita menjadi semakin rendah hati dan tidak
menyombongkan diri dengan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri. Kita semakin
yakin bahwa kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita tidak
sia-sia (bdk. 1Kor 15:10).
Saudari-saudara yang terkasih,
Masa prapaska adalah masa yang sangat tepat
untuk menyadari segala kelemahan dan kerapuhan kita. Masa ini menjadi masa yang
penuh rahmat untuk membangun sikap tobat, memperbarui diri dan membangun masa
depan yang penuh harapan. Meski kita lemah dan rapuh, kita tidak boleh terpuruk
dalam keputus-asaan. Saatnya kita bangkit bersama dengan Kristus sebagaimana
juga dialami oleh Paulus. Ia merasa diri yang paling hina, namun karena kasih
karunia Allah, ia bekerja lebih keras bagi karya kerasulannya mewartakan Yesus
Kristus (bdk. 1Kor 15:10).
Kesadaran bahwa kita lemah dan rapuh,
mendorong kita untuk membangun hidup berlandaskan iman dan mewujudkannya dalam
pekerjaan-pekerjaan kita sehari-hari. Melalui tema APP 2013 “Semakin
Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Misteri Salib Tuhan” kita
ingin mendasari seluruh hidup kita dengan iman yang kokoh. Iman menjadi
landasan pokok untuk menekuni setiap panggilan dan perutusan kita. Kalau kita
dipanggil dan diutus menjadi guru, karyawan, pedagang, pegawai kantor,
pengusaha, ibu rumah tangga, tukang sapu dan profesi apa pun, harus disadari
bahwa melalui pelayanan-pelayanan itu kita mewujudkan iman kita. Harapan kita,
melalui karya-karya dan kerja keras kita seperti itu, hidup beriman kita semakin
mendalam dan tangguh dan akhirnya menghasilkan banyak buah. Kita dapat belajar
dari Simon Petrus, setelah mendapat semangat dari Yesus, kerja keras Simon
Petrus menghasilkan tangkapan yang banyak seperti dikatakan dalam Injil, ”Dan
setelah mereka malakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga
jala mereka mulai koyak” (Luk 5:6).
Saudari-saudara yang terkasih,
Kita bersyukur atas panggilan dan
perutusan yang kita terima dari Tuhan. Melalui karya-karya dan
pekerjaan-pekerjaan kita, kita ingin mempersembahkan diri kita kepada Tuhan
yang telah memberikan segala kasih karuniaNya kepada kita. Dengan gembira kita
senantiasa bertolak ke tempat yang dalam, agar seluruh hidup kita berbuah bagi
banyak orang.
Buah-buah itu kita petik dari setiap pekerjaan
yang kita jalani dalam ketekunan, kesetiaan dan kesabaran. Melalui pekerjaan-pekerjaan
tersebut kita tidak hanya ingin mengupayakan berkat dan rejeki bagi kita, namun
sekaligus kita ingin menyelaraskan seluruh kehidupan kita dengan misteri salib Tuhan. Rahmat yang
kita terima dari salib Tuhan adalah penebusan atas dosa-dosa kita. Setiap pekerjaan
yang kita jalani adalah juga salib kehidupan kita karena menghasilkan banyak
buah bagi keluarga, sesama dan banyak orang lain di sekitar kita. Sabda Yesus
yang senantiasa kita dengar semakin meneguhkan kita, ”Setiap orang yang mau
mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan
mengikuti Aku” (Luk 9:23).
Saudari-saudara yang terkasih,
Sudah
bertahun-tahun selama masa prapaska, kita menyisihkan sebagian rejeki dari
hasil pekerjaan dan jerih lelah kita sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian kepada
sanak-saudara yang miskin dan menderita. Solidaritas itu kita wujudkan dalam gerakan
Aksi Puasa Pembangunan. Gerakan APP sebagai wujud konkret dari laku tobat,
puasa dan pantang kita, bukan hanya gerakan mengumpulkan uang, tetapi sarana
mengumpulkan orang dalam paguyuban yang berlandaskan kasih. Maka dari itu dalam semangat solidaritas dan
persaudaraan yang penuh kasih, marilah kita terus bertolak ke tempat yang
dalam, bekerja keras dan bertindak, mengemban perutusan, mewujudkan iman kita agar
hidup kita berbuah dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Akhirnya, secara tulus saya menghaturkan
banyak terima kasih kepada saudari-saudara semua yang dengan caranya
masing-masing terlibat mengembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Semoga
Tuhan senantiasa melimpahkan berkat bagi saudari-saudara, keluarga-keluarga dan
komunitas-komunitas Anda.
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 25 Januari 2013
Pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus
† Mgr. Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang