MALAM
PASKAH/C – 31 MARET 2013
Paskah merupakan Hari Raya Kebangkitan Kristus, yang
rangkaian perayaannya telah kita awali dengan Malam Kamis Putih yang lalu
sebagai kenangan akan Yesus yang mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama
murid-murid-Nya. Kemarin, kita juga telah merayakan Jumat Agung untuk
mengenangkan wafat Yesus. Saat ini, tiba saatnya kita merayakan
kebangkitan-Nya. Ketiga rangkaian Tri Hari Suci ini meneguhkan iman kita bahwa
dengan wafat-Nya, Kristus menghacurkan kematian; dan dengan kebangkitan-Nya, Ia
memulihkan serta memperharui kehidupan (bdk. Anamnese 3).
Inilah warta keselamatan bagi kita. Berkat Misteri Paskah
Kristus, dosa, maut, dan kematian telah dikalahkan sehingga tidak dapat
menguasai kita lagi. Sebaliknya, kepada kita dianugerahkan keselamatan dan
hidup yang baru. Oleh karena itu, makna terdalam dari Perayaan Paskah adalah
pembaruan hidup, sebagaimana dinyatakan dalam bacaan Epistola. “Seperti halnya,
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4). Bagi kita, pembaruan
hidup itulah yang akan membuahkan keselamatan.
Rangkaian bacaan, mulai dari Kisah Penciptaan sampai Kisah
Kebangkitan Yesus, menggambarkan bahwa Allah terus-menerus berkarya untuk
memperbarui hidup kita dan juga alam semesta. Pada awal mula, ketika alam
semesta ini belum berbentuk, masih kosong, dan gelap gulita, Allah
menciptakannya secara baru. Diciptakanlah terang sebagai ciptaan yang pertama
(Kej 1:3-5). Sebab, dengan terang itu, akan terlihat dengan jelas
langkah-langkah pembaruan untuk selanjutnya sehingga semua menjadi baik adanya
(Kej 1:4,10,12,18,2125), bahkan sungguh amat baik (Kej 1:31). Manusia (kita),
diciptakan oleh Allah secara istimewa, sesuai gambar dan rupa Allah.
Manusia yang secitra dengan Allah, ternyata tidak luput dari
kerapuhan, dosa dan derita. Namun, Tuhan Allah tetap mencitainya. Ia berkenan
membebaskan manusia dari dosa dan derita serta menuntunnya menuju tempat baru
yang aman, makmur dan sejahtera. Inilah yang digambarkan dalam kisah pembebasan
bangsa Israel dari penderitaan di Mesar. Dalam perjalanan itu, ketika mereka
mengalami kebuntuan, Tuhan membuka jalan dengan membelah Laut Merah. Ketika
mereka terancam bahaya oleh bala tentara Mesir, Tuhan melindungi dan
menyelamatkan.
Kalau Tuhan selalu mengerjakan karya-karya cinta kasih untuk
memperbarui dan menyelamatkan kita, bagaimanakah sikap kita yang seharusnya?
Nabi Yesaya mengajak kita, “Carilah
Tuhan, selama Ia dapat ditemukan; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.
Hendaknya si jahat meninggalkan jalannya, dan si fasik melepaskan
angan-angannya. Hendaklah ia berbalik kepada Tuhan, yang akan berkasihan
kepadanya; hendaknya ia berbalik kepada Allah kita, sebab dengan murah Allah
mengampuni.”
(Yes 55:6-7). Kita diajak untuk mencari Yesus seperti yang dilakukan oleh Maria
Magdalena, Yohana, Maria ibu Yesus dan wanita-wanita yang lain dalam kisah
Injil.
Dikisahkan dalam Injil tadi, para wanita pergi ke makam untuk
mencari Yesus, yang sudah tiga hari dimakamkan. Kepergian mereka tidak hanya
spontan, tetapi sungguh direncanakan dan disiapkan. Mereka telah kangsenan satu dengan yang lain dan
menyiapkan rempah-rempah. Namun, setelah mereka sampai di makam dan tidak
menemukan Yesus, mereka menjadi sangat kebingungan. Di tengah kebingunan
mereka, dua orang berpakaian putih menemui mereka dan berkata, “Mengapa kamu
mencari yang hidup di antara orang mati. Dia tidak lagi di sini. Dia sudah
bangkit”.
Yesus bangkit berarti Ia hidup, hadir, dan menyertai kita.
Inilah kata-kata Yesus setelah kebangkitan-Nya dalam Injil Matius dan Markus,
“… ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat
28:20; bdk. Mrk 16:20). Dengan kebangkitan-Nya, Yesus tidak lagi hadir secara
fisik seperti yang dialami para murid sebelum wafat-Nya. Kebangkitan
membuat-Nya mengatasi ruang dan waktu. Ia tidak hanya hadir di Nazaret,
Galilea, Kepernaum, Kana, Yerusalem, dan wilayah-wilayah Palestina yang lain.
Kebangkitan membuat Yesus hadir secara universal: kapan pun, di mana pun dan
dalam keadaan apa pun, Ia selalu hadir menyertai kita.
Nah, kalau Yesus selalu hadir dan menyertai kita, lalu apa
makna mencari Yesus? Para wanita yang mencari Yesus di makam, tidak menemukan
Dia sehingga mereka bingung karena mereka tidak ingat akan sabda Tuhan. Baru
setelah diingatkan oleh kedua orang yang menemuinya, “Mereka pun teringat
kembali akan perkataan Yesus itu”. Setelah ingat, mereka percaya dan
menceritakan (mewartakan) kepada para murid dan semua orang lain yang dijumpai.
Sementara itu, Petrus, setelah mendengarkan cerita wanita-wanita tersebut, ia
tidak percaya. Petrus segera lari ke makam dan tidak menemukan Yesus di sana.
“Ia pun kembali dan keheran-heranan memikirkan apa yang terjadi”. Kalimat ini,
dalam Kitab Suci LAI, ditulis, “Lalu ia pergi, dan bertanya dalam hatinya, apa
yang kiranya telah terjadi” (Luk 24:12). Jadi, yang dilakukan Petrus adalah
memikirkan, bertanya dalam hati, merenungkan.
Dari kedua pengalaman tersebut, yakni pengalaman para wanita
dan pengalaman Petrus, mereka tidak menemukan Yesus di makam. Mereka menemukan
Yesus dalam kesadaran, yakni ketika mereka mengingat, memikirkan, dan bertanya
dalam hati. Kiranya, ini pulalah cara yang harus kita lakukan untuk mencari dan
menemukan Yesus, yakni selalu berusaha menyadari kehadiran dan penyertaan-Nya
dalam kehidupan kita. Untuk itu, perayaan Paskah, di mana kita merayakan
Kristus yang hidup, hadir dan menyertai kita, mengundang kita untuk melatih dan
meningkatkan kepekaan dan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan. Bagaimana
caranya? Tentu saja semakin meningkatkan keheningan dan doa, karena pada saat
itulah kita secara khusus mengasah kepekaan kita akan kehadiran, sabda, dan
bimbingan Tuhan.
Namun, dengan keheningan dan doa saja tentu tidak cukup. Kita
harus mampu juga menyadari kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang
tampaknya bukan rohani. Kita ingat salah satu madah Kamis Putih, “Jika ada
cinta kasih, hadirlah Tuhan”. Maka, kita mencari dan menghadirkan Tuhan dengan
saling mengasihi. Sebab, cinta kasih tidak hanya sekedar menghadirkan Tuhan
tetapi lebih dari itu. Dengan mengasihi sesama, kita mengabdi dan melayani
Tuhan. Sebab, Yesus sendiri telah bersabda, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kami lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
Marilah kita hayati makna Paskah ini sebagai kesempatan untuk
memperbarui diri. Paskah berarti “Seperti halnya, Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam
hidup yang baru” (Rm 6:4). Tuhan telah bangkit. Ia kini hidup, hadir, dan
menyertai kita serta terus-menerus memperbarui hidup kita. Untuk itu, marilah
kita asah kepekaan dan kesadaran kita akan kehadiran Tuhan melalui keheningan.
Selanjutnya, kita abdi dan kita layani Tuhan dengan mengasihi sesama. Di mana
ada cinta kasih, Tuhan hadir dan suatu saat nanti akan bersabda, “Mari, hai
kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagi-Mu,
sejak dunia dijadikan” (Mat 25:34). Inilah sabda keselamatan yang mengalir dari
Kebangkitan Kristus dan yang kita damba-dambakan.
Ag. Agus Widodo, Pr