Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Minggu Palma/C - 24 Maret 2013
MINGGU PALMA/C – 24 MARET 2013
Homili sebelum Perarakan (Luk 19:18-40)
Hari ini kita mengawali Pekan
Suci dengan Perayaan Minggu Palma. Kita hendak mengiringi perjalanan Yesus
menuju ke Yerusalem untuk menggenapi dan menyempurnakan karya penyelamatan-Nya,
melalui sengsara dan wafat-Nya di salib. Kata “Yerusalem” dapat dimaknai, baik
sebagai “Ierusaleem” (Yeru-zalim) maupun “Hierosolyma” (Yeru-syalom). Dimaknai sebagai
Yeru-zalim, sebab di disitulah kehadiran Yesus ditolak. Ia di-zalim-i dan
divonis mati kendati tidak bersalah. Namun, di Yerusalem pula terlaksana
penyelamatan bagi kita sehingga Yerusalem juga disebut sebagai Yeru-syalom.
Dari sanalah mengalir syalom, keselamatan dan damai sejahtera bagi kita. Yesus
menghadapi, baik Yeru-zalim maupun Yeru-syalom dengan semangat yang sama, yakni
ketaatan kepada Allah dan cinta kasih kepada manusia.
Marilah, kita mengiringi
perjalanan Yesus ini dengan semangat yang sama. Kita iringi dengan penuh
sukacita, kehadiran Yesus yang membawa keselamatan. Namun, kita tidak boleh
berhenti pada sukacita itu saja. Kita harus berani masuk dan ikut serta dalam
derita dan pengorbanan-Nya karena hanya dalam derita dan pengurbanan itulah,
terlaksana keselamatan bagi kita. Bapa Paus Fransiskus I, dalam misa perdananya sebagai Paus, Kamis (14/3) menegaskan,
“Jika kita berjalan tanpa salib, kita membangun tanpa salib, kita mengaku tanpa
salib, kita bukanlah murid Kristus. Kita menjadi hamba dunia. Saya ingin agar
kita semua kembali berjalan di dalam tuntunan Tuhan dan membangun Gereja atas
dasar pengorbanan darah Kristus. Hanya dengan cara ini Gereja dapat bergerak
maju”
Homili Ekaristi (Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Luk 22:14 –
23:56)
Kisah
sengsara yang diambil dari Injil Lukas ini diawali dengan kisah perjamuan, di
mana secara simbolis, Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya dalam rupa roti dan
anggur. Setelah perjamuan, Yesus mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk
menyertai-Nya berdoa dan berserah diri kepada kehendak Bapa. Meski sudah
dipesan, “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pancobaan”, mereka murid tetap
tertidur. Selesai berdoa, Yesus ditangkap dan di hadapkan ke pengadilan.
Kepada-Nya dituduhkan berbagai macam tuduhan yang sudah diskenario untuk
menjatuhkan hukuman mati bagi-Nya. Selama pengadilan berlangsung, dikisahkan
pula Petrus yang menyangkal Yesus sampai tiga kali. Akhirnya, putusan hukuman
mati dijatuhkan. Yesus memanggul salib menuju golgota sampai akhirnya
disalibkan, wafat, dan dimakamkan.
Melalui
sengsara dan wafat-Nya ini, Yesus sungguh-sungguh taat pada kehendak Bapa
sebagaimana tampak dalam doanya di taman Gerzemani (Luk 22:42). Ia seperti
hamba Yahwe yang tidak memberontak dan berpaling ke belakang, yang memberikan
punggungnya kepada orang-orang yang memukulinya dan yang tidak menyembunyikan
muka ketika dinodai dan diludahi (Yes 50:6). Dengan demikian, Ia menggenapi
Sabda Tuhan dalam Kitab Suci (Luk 22:37). Ia menjadi mengosongkan diri (Flp
2:7) dan mengorbankan diri-Nya untuk semua orang, bukan hanya orang baik tetapi
lebih-lebih orang berdosa yang mau bertobat (Luk 23:43).
Berkat
ketaatan dan pengosongan diri-Nya ini, Yesus ditinggikan oleh Bapa sehingga
dalam nama-Nya bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas,
dan di bawah bumi (Flp 2:9-10). Untuk itu, marilah kita bersembah sujud dengan
penuh syukur dan bakti kepada Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya demi
keselamatan kita. Kita bertekun dalam doa supaya kita dibebaskan dari
pencobaan. Kita ikuti jalan salib-Nya, yakni jalan ketaatan kepada Allah dan
cinta kasih kepada sesama yang disertai dengan pengorbanan diri secara total.
Dengan menempuh jalan salib ini, semoga kita diperkenankan untuk ikut serta
pula dalam kebangkitan-Nya.
Ag. Agus Widodo, Pr
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati