| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu Palma/C - 24 Maret 2013


MINGGU PALMA/C – 24 MARET 2013

Homili sebelum Perarakan (Luk 19:18-40)

Hari ini kita mengawali Pekan Suci dengan Perayaan Minggu Palma. Kita hendak mengiringi perjalanan Yesus menuju ke Yerusalem untuk menggenapi dan menyempurnakan karya penyelamatan-Nya, melalui sengsara dan wafat-Nya di salib. Kata “Yerusalem” dapat dimaknai, baik sebagai “Ierusaleem” (Yeru-zalim) maupun “Hierosolyma” (Yeru-syalom). Dimaknai sebagai Yeru-zalim, sebab di disitulah kehadiran Yesus ditolak. Ia di-zalim-i dan divonis mati kendati tidak bersalah. Namun, di Yerusalem pula terlaksana penyelamatan bagi kita sehingga Yerusalem juga disebut sebagai Yeru-syalom. Dari sanalah mengalir syalom, keselamatan dan damai sejahtera bagi kita. Yesus menghadapi, baik Yeru-zalim maupun Yeru-syalom dengan semangat yang sama, yakni ketaatan kepada Allah dan cinta kasih kepada manusia.

Marilah, kita mengiringi perjalanan Yesus ini dengan semangat yang sama. Kita iringi dengan penuh sukacita, kehadiran Yesus yang membawa keselamatan. Namun, kita tidak boleh berhenti pada sukacita itu saja. Kita harus berani masuk dan ikut serta dalam derita dan pengorbanan-Nya karena hanya dalam derita dan pengurbanan itulah, terlaksana keselamatan bagi kita. Bapa Paus Fransiskus I, dalam misa perdananya sebagai Paus, Kamis (14/3) menegaskan, “Jika kita berjalan tanpa salib, kita membangun tanpa salib, kita mengaku tanpa salib, kita bukanlah murid Kristus. Kita menjadi hamba dunia. Saya ingin agar kita semua kembali berjalan di dalam tuntunan Tuhan dan membangun Gereja atas dasar pengorbanan darah Kristus. Hanya dengan cara ini Gereja dapat bergerak maju”

Homili Ekaristi (Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Luk 22:14 – 23:56)

Kisah sengsara yang diambil dari Injil Lukas ini diawali dengan kisah perjamuan, di mana secara simbolis, Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya dalam rupa roti dan anggur. Setelah perjamuan, Yesus mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk menyertai-Nya berdoa dan berserah diri kepada kehendak Bapa. Meski sudah dipesan, “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pancobaan”, mereka murid tetap tertidur. Selesai berdoa, Yesus ditangkap dan di hadapkan ke pengadilan. Kepada-Nya dituduhkan berbagai macam tuduhan yang sudah diskenario untuk menjatuhkan hukuman mati bagi-Nya. Selama pengadilan berlangsung, dikisahkan pula Petrus yang menyangkal Yesus sampai tiga kali. Akhirnya, putusan hukuman mati dijatuhkan. Yesus memanggul salib menuju golgota sampai akhirnya disalibkan, wafat, dan dimakamkan.  

Melalui sengsara dan wafat-Nya ini, Yesus sungguh-sungguh taat pada kehendak Bapa sebagaimana tampak dalam doanya di taman Gerzemani (Luk 22:42). Ia seperti hamba Yahwe yang tidak memberontak dan berpaling ke belakang, yang memberikan punggungnya kepada orang-orang yang memukulinya dan yang tidak menyembunyikan muka ketika dinodai dan diludahi (Yes 50:6). Dengan demikian, Ia menggenapi Sabda Tuhan dalam Kitab Suci (Luk 22:37). Ia menjadi mengosongkan diri (Flp 2:7) dan mengorbankan diri-Nya untuk semua orang, bukan hanya orang baik tetapi lebih-lebih orang berdosa yang mau bertobat (Luk 23:43).

Berkat ketaatan dan pengosongan diri-Nya ini, Yesus ditinggikan oleh Bapa sehingga dalam nama-Nya bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas, dan di bawah bumi (Flp 2:9-10). Untuk itu, marilah kita bersembah sujud dengan penuh syukur dan bakti kepada Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya demi keselamatan kita. Kita bertekun dalam doa supaya kita dibebaskan dari pencobaan. Kita ikuti jalan salib-Nya, yakni jalan ketaatan kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama yang disertai dengan pengorbanan diri secara total. Dengan menempuh jalan salib ini, semoga kita diperkenankan untuk ikut serta pula dalam kebangkitan-Nya.

Ag. Agus Widodo, Pr 

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy