Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Minggu Prapaskah III/C - 3 Maret 2013
MINGGU
PRAPASKAH III/C – 3 Maret 2013
Kel
3:1-8a.13-15; 1Kor 10:1-6.10-12; Luk 13:1-9
Hari ini kita memasuki Minggu
Prapaskah III. Karena masa prapaskah ada 5 minggu sebelum memasuki Pekan Suci,
berarti sekarang kita sudah berada di tengah-tengah. Tentunya (atau semoga?),
kita masih ingat akan pesan pokok yang kita terima saat kita memulai masa
prapaskah pada Hari Rabu Abu yang lalu, yakni “Bertobatlah dan percayalah
kepada Injil!” Sekarang, seruan pertobatan itu kembali ditegaskan kepada kita,
bahkan disertai ancaman. “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa”
(Luk 13:3.5).
Sabda Tuhan ini rasanya amat
keras karena mengandung ancaman. Namun, apakah memang Tuhan itu keras, kejam,
mengancam, dan menghukum? Memang untuk menggerakkan pertobatan seringkali lebih
gampang dengan menampilkan ancaman berupa hal-hal yang mengerikan bila orang
tidak melakukannya. Namun, hal ini tidak akan banyak memberi manfaat tanpa
disertai keyakinan akan kemurahan hati dan belas kasih Tuhan. Inilah yang
ditegaskan oleh bacaan-bacaan hari ini, baik bacaan I maupun Injil.
Kita lihat bacaan pertama. Ketika
umat Israel berada di Mesir dan diperbudak oleh orang Mesir, Tuhan tidak
membiarkan mereka. Ia mengutus Musa untuk membebaskan umat-Nya. “Aku telah
memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah
mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka. Ya, Aku
mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu, Aku telah turun untuk melepaskan
mereka dari tangan orang Mesir” (Kel 3:7-8a).
Perumpamaan tentang pohon ara
dalam Injil juga menegaskan bahwa Tuhan selalu memberi kesempatan untuk
bertobat. Ia tidak rela kalau kita binasa begitu saja tanpa menghasilkan buah.
Maka, Ia memenuhi permintaan penggarap untuk memberi kesempatan satu tahun
lagi. Padahal, bacaan ini, kapan pun kita baca tidak akan berubah. Tuhan selalu
memberi kesempatan setahun lagi, setahun lagi dan seterusnya tidak pernah berakhir.
Jelas, hal ini menggambarkan kemurahan hati dan belas kasih Tuhan kepada kita
supaya kita terus-menerus bertobat dan menghasilkan buah yang baik. Sebagaimana
Tuhan selalu memberi kesempatan kepada kita dan Ia tidak pernah lelah serta
bosan menanti kita bertobat, semoga kita juga tidak pernah lelah dan bosan
untuk bertobat.
Tanggapan Yesus atas laporan dari
beberapa orang mengenai orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus, juga
menegaskan bahwa Tuhan bukanlah Allah yang kejam, pendendam, penghukum dan
pembunuh. Mereka mengira bahwa orang-orang itu dibunuh karena dihukum oleh
Tuhan sebagai akibat atas dosa-dosa mereka yang lebih besar dari pada dosa orang-orang
Galilea lainnya. Yesus menegaskan: Tidak! Yesus menolak gagasan bahwa
pengalaman buruk, malapetaka, atau kematian yang tidak wajar adalah hukuman
akibat dosa atau kesalahan. Ia menandaskan, baik orang-orang Galilea maupun
orang-orang Yerusalem yang tertimpa menara itu tidak lebih berdosa daripada
orang-orang lain.
Yesus memang tidak memberikan
penjelasan lebih lanjut. Namun, ia menggunakan peristiwa itu sebagai loncatan
untuk mengajak orang agar bertobat dan memperbaiki diri. Kita tentu setuju
bahwa pertobatan itu perlu dan harus. Seberapa pun besar dan banyaknya dosa
kita, kalau kita mau bertobat, Tuhan mengampuni dan menyelamatkan. Sebaliknya,
seberapa pun kecil dan sedikitnya dosa kita, Tuhan tidak akan mengampuni bila
kita tidak bertobat. Dengan kata lain, kita tidak akan diampuni kalau kita
tidak mau bertobat. Kita tidak akan diselamatkan kalau kita tidak mau
diselamatkan.
Sekarang, pertanyaan praktisnya
adalah: pertobatan macam apa yang harus kita lakukan? Tentu saja ada banyak.
Namun, pada kesempatan ini satu saja, yaitu pertobatan dari kebiasaan memandang
diri lebih benar dan lebih baik daripada orang lain seperti yang dilakukan oleh
beberapa orang yang datang kepada Yesus. Mereka menganggap bahwa orang-orang
Galilea yang dibunuh Pilatus dan orang-orang Yerusalem yang mati ditimpa menara
Siolam itu berdosa sementara mereka dan orang-orang yang tidak mengalami
malapetaka itu tidak berdosa atau dosanya lebih kecil dan sedikit.
Bukankah dosa ini juga sering
kita lakukan? Betapa mudahnya kita membicarakan kejelekan orang lain, nggosip, ngrasani, ngrumpi atau apa pun
namanya. Di mana pun, yang namanya ngrasani
kejelekan orang lain biasanya mengasyikkan. Tidak hanya dalam kehidupan kita
sehari-hari, di televisi pun merupakan acara dengan rating tinggi. Kepada kita
yang seringkali jatuh dalam dosa demikian, hari ini Tuhan juga bersabda dengan
tegas, “Sangkamu, mereka yang kamu bicarakan dan kamu jelek-jelekkan itu lebih
besar dosanya daripada kamu? Tidak, kata-Ku kepadamu. Tetapi jika kamu tidak
bertobat, kamu pun akan binasa ….!” Namun, sekaligus Tuhan masih selalu memberi
kesempatan kepada kita untuk menghasilkan buah-buah pertobatan.
Ag. Agus Widodo, Pr
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati