Hari Biasa Pekan III Prapaskah
“Puasa rohani dan suci ini sebaiknya kita kaitkan dengan pemberian sedekah, yang disebut perbuatan amal” (St. Leo Agung)
Antifon Pembuka (Mzm 103:2-3)
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Dan jangan lupakan segala kebaikan-Nya. Karena Ia mengampuni segala kesalahan-Mu.
Doa Pagi
Tuhan, terima kasih atas hari yang baru ini. Aku mohon, semoga pada hari yang baru ini aku dapat menghantar sesama yang kujumpai untuk menemukan Engkau dan mengalami kasih-Mu melalui segala peristiwa hidup. Amin.
Wujud konkret pertobatan adalah sikap hidup yang penuh kasih setia dan mau mengenal Allah lebih baik lagi. Allah menginginkan kita sembuh dan berada dalam naungan kasih-Nya.
Bacaan dari Kitab Hosea (6:1-6)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do=c; 4/4; PS No. 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Ayat. (Mzm 51:3-4.18-19.20-21ab; Ul: 22)
1. Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
2. Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
3. Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
Pertobatan bukanlah sikap yang penuh dengan kesombongan diri. Tuhan mengingatkan kita bahwa pertobatan yang berkenan di hadirat Allah adalah pertobatan yang penuh dengan kerendahan hati dan penyesalan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (18:9-14)
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Silakan mengamati orang-orang yang ada di sekitar Anda, apakah masih ada orang yang memiliki kecenderungan ‘menganggap dirinya paling benar dan memandang rendah semua orang lain’. Lalu, mari kita jadikan cermin untuk kita masing-masing: Apakah kita benar-benar terbebas dari sikap serupa itu? Ternyata, sikap seperti itu sungguh tercela di mata Allah. Seperti orang Farisi, yang pulang ke rumahnya sebagai orang yang tidak dibenarkan oleh Allah. Semoga kita tak termasuk orang-orang seperti itu.
Doa Malam
Ampunilah aku, ya Tuhan, atas segala kesombonganku. Semoga esok hari aku dapat mengatasi kelemahanku ini dan hidupku dapat menyukakan hati-Mu. Sertailah juga aku dalam istirahat sepanjang malam ini. Amin.