MINGGU PASKAH VII/C – 12 MEI 2013
HARI MINGGU KOMUNIKASI SOSIAL
Kis
7:55-60; Why 22:12-14, 16-17, 20; Yoh 17:20-26
Hari ini kita memasuki Minggu Paskah VII, yang oleh Gereja juga dijadikan sebagai Hari Minggu Komunikasi Sosial Sedunia. Bacaan-bacaan hari ini, khususnya Injil menegaskan kehendak Tuhan untuk kita semua, yaitu supaya kita bersatu, hidup rukun dan damai. Kita diajak untuk menghayati dan mengembangkan komunikasi yang mempersatukan dan menciptakan kerukunan serta kedamaian.
Dewasa
ini, teknologi dan alat-alat komunikasi modern berkembang dengan sangat pesat.
Alat-alat komunikasi, yang meliputi internet, telpon rumah, telpon seluler,
blakberry, iphone, android, dll dengan segala fasilitasnya seperti telpon, sms,
viber, line, talk, skype, facebook, twieter, dll, sangat membantu dan
memudahkan proses komunikasi kita. Dengan alat-alat komunikasi yang kita
miliki, jarak yang jauh tidak pernah lagi menjadi masalah untuk saling
berkomunikasi, bersaudara, serta memelihara relasi dan kesatuan.
Namun,
tidak jarang juga alat-alat komunikasi tersebut justru memicu terjadinya
konflik dan perpecahan yang merusak kesatuan. Penggunaan alat-alat komunikasi
yang berlebihan dapat menjadikan orang terlalu asyik dengan alat komunikasinya,
tanpa peduli dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Juga bisa menyembunyikan
relasi tidak sehat yang pada saatnya dapat merusak keutuhan keluarga atau
komitmen hidup panggilan sebagai imam, bruder, suster.
Oleh
karena itu, baiklah pada Minggu komunikasi sosial sedunia ini, kita membangun
komitmen untuk menggunakan alat-alat komunikasi secara bijaksana. Menggunakan
alat-alat komunikasi secara bijaksana berarti berkomunikasi atas dasar kasih,
sebagaimana diserukan oleh Paus Benedictus XVI (emeritus) dalam pesan Hari
Komunikasi Sosial Sedunia ke-47, tanggal 24 Januari 2013. “Walaupun saya
berbicara dengan bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi apabila aku tidak
mempunyai kasih, aku adalah gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing” (1 Kor 13:1).
Dengan kata lain, meskipun kita mempunyai dan mampu menggunakan alat-alat
komunikasi secanggih apa pun, kalau kita tidak menggunakannya dalam semangat
kasih, tidak akan banyak gunanya.
Komunikasi yang dihayati dalam kasih,
itulah komunikasi yang mempersatukan. Dan inilah komunikasi yang sejati sesuai
dengan makna kata komunikasi itu sendiri. Kata komunikasi berasal dari bahasa
latin communicatio yang salah satu
maknanya adalah pergaulan, persatuan, kesatuan, hidup persaudaraan, ikut ambil
bagian, dan kerjasama.
Paus Benedictus (emeritus) pada akhir
pesannya juga menegaskan bahwa,
Di
dalam dunia digital terdapat jejaring-jejaring sosial yang memberikan
peluang-peluang sezaman untuk berdoa, meditasi, dan berbagi firman Allah. Akan
tetapi jejaring sosial itu dapat juga membuka pintu terhadap dimensi lain dari
iman. Banyak orang benar-benar menemukan, tepatnya berkat kontak awalnya di
internet, pentingnya pertemuan langsung, pengalaman komunitas-komunitas dan
bahkan peziarahan, unsur-unsur yang senantiasa penting dalam perjalanan iman.
Dalam upaya untuk membuat Injil hadir dalam dunia digital, kita dapat
mengundang orang untuk datang bersama-sama untuk berdoa dan perayaan liturgi di
tempat-tempat tertentu seperti gereja dan kapel. Seharusnya tidak kekurangan
kebersamaan atau kesatuan dalam pengungkapan iman kita dan dalam memberikan kesaksian
tentang Injil di dalam realitas apa saja di mana kita hidup entah itu fisik
atau digital. Kita kita berada bersama orang lain, selalu dan dengan cara
apapun, kita dipanggil untuk memperkenalkan kasih Allah hingga ujung bumi.”
Marilah kita
mengembangkan komunikasi dalam kasih sehingga kasih Allah semakin dikenal,
dirasakan, dan dialami oleh semakin banyak orang.
Ag. Agus Widodo, Pr