Dalam Tahun Iman yang dicanangkan oleh Paus Emeritus Benediktus XVI, Konsili Kepausan untuk Evangelisasi Baru telah menggagasi Hari Konfraternitas dan Devosi Rakyat yang dimulai peziarahannya sejak hari Jumat dan mencapai puncaknya pada hari Minggu Paskah ke VI dengan merayakan Misa Kudus bersama Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus.
Oleh: Shirley Hadisandjaja
dengan perbaikan terjemahan oleh renungan pagi @blogspot
5 Mei 2013.
Umat beriman yang tergabung di dalam Konfraternitas (Asosiasi dan Yayasan Katolik Tradisional) kemarin telah berziarah dan berdoa di hadapan makam Santo Petrus. Mereka mengakui iman mereka dan melukiskan sebuah Gereja yang hidup: sangat gembira, bahagia dan terharu dengan kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk memberikan kesaksian iman bukan hanya melalui devosi tetapi juga melalui kostum tradisional mereka, pakaian yang menunjukkan bahwa mereka tidak takut memperlihatkan diri sebagai orang Kristen. Kostum-kostum ini memiliki juga nilai dari kesaksian iman.
Tetapi dibalik setiap kostum, simbol-simbol dan lukisan-lukisan devosi umat ini, ada aktivitas seperti katekese, kegiatan rohani, kegiatan pendidikan Kristen di dalam Konfraternitas tetapi juga kegiatan sosial, seperti misalnya berkumpul bersama berbagi pengalaman dan kesaksian iman serta menghidupkan bantuan konkret untuk banyak keluarga yang kesulitan, untuk orang-orang yang hidup sendiri dan orang-orang lanjut usia yang terlupakan.
Pada Misa Kudus hari ini, meskipun diguyur hujan Lapangan Santo Petrus tetap dipenuhi bukan saja oleh para Konfraternitas dari Italia dan berbagai Negara, tetapi juga umat kebanyakan.
Di dalam Homili, Paus Fransiskus menyalami umat dengan berkata: “Di dalam perjalanan Tahun Iman, saya gembira merayakan Ekaristi ini yang dibaktikan dengan cara khusus kepada para Konfraternitas: sebuah tradisi yang nyata dari Gereja, yang dalam waktu belakangan ini telah mengenal sebuah pembaharuan dan sebuah penemuan kembali. Saya menyalami Anda sekalian, terutama para Konfraternitas yang datang dari berbagai belahan dunia! Terima kasih atas kehadiran dan kesaksian iman Anda semua!”
Lalu, Bapa Suci merujuk kepada Bacaan Injil Yohanes hari ini yang mengisahkan perpisahan Yesus dalam konteks Perjamuan Terakhir: “Yesus mempercayakan kepada para Rasul pemikiran-pemikiranNya yang terakhir, sebagai sebuah warisan rohani, sebelum meninggalkan mereka. Injil hari ini meyakinkan bahwa iman Kristen semuanya berkonsentrasi kepada hubungan dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Barang siapa mengasihi Tuhan Yesus, maka ia merangkul Yesus dan Bapa dan berkat Roh Kudus juga ia merangkul Injil di dalam hatinya dan di dalam hidupnya. Di sini terdapat pusat dari mana segala sesuatu harus dimulai dan kepada siapa segala sesuatu harus dilakukan: mengasihi Allah, menjadi murid-murid Kristus dengan menghidupkan Injil.”
Paus Fransiskus juga mengingat Paus Emeritus: “Benediktus XVI merujuk kepada kalian, telah menggunakan kata ini: Evangelisitas. Para Konfraternitas terkasih, devosi rakyat, di mana Anda sekalian menjadi sebuah manifestasi yang penting merupakan sebuah harta, yang diartikan secara khusus oleh Gereja, oleh para Uskup Amerika Latin, sebagai sebuah spiritualitas, sebuah mistik, yaitu sebuah “ruang pertemuan dengan Yesus Kristus”. Bersatulah selalu dengan Kristus, Sumber Air yang tak pernah habis, perkuatlah iman Anda sekalian, dengan melaksanakan latihan rohani, doa pribadi dan kelompok, dan liturgi. Berjalanlah dengan keyakinan menuju kekudusan; jangan puaskan diri dengan kehidupan kristen yang biasa saja, tetapi semoga keanggotaan Anda sekalian menjadi motivasi, terutama bagi Anda sekalian, untuk lebih mengasihi Yesus Kristus.”
Kemudian Bapa Suci merujuk kepada Bacaan Kisah Para Rasul yang mengisahkan pertemuan yang penting antara para Rasul dan petua-petua di dalam Gereja Perdana , yang terjadi di Yerusalem sebagai “konsili” Gereja yang pertama kalinya. “Mereka membahas masalah-masalah yang timbul setelah Injil diberitakan juga kepada orang-orang bukan Yahudi, kepada kaum Pagan. Itu merupakan sebuah kesempatan yang menguntungkan untuk memahami lebi baik hal yang penting, yaitu percaya kepada Yesus Kristus yang mati dan bangkit bagi dosa-dosa kita dan saling mengasihi sebagaimana Ia telah mengasihi kita. “
Paus kembali mengingat Benediktus XVI dan kekayaan tradisi yang ada di dalam Gereja: “Tetapi lihatlah bagaimana kesulitan-kesulitan dihadapi dan diatasi bukan di luar, tetapi di dalam Gereja. Dan di sini ada elemen ke-dua yang ingin saya ingatkan kepada Anda sekalian, seperti yang telah dikatakan Benediktus XVI, yaitu: menggereja. Devosi rakyat merupakan sebuah jalan yang membawa kepada hal penting apabila dijalankan di dalam Gereja dengan persekutuan yang mendalam dengan semua Penggembala Anda sekalian. Saudara-saudari sekalian yang terkasih, Gereja mengasihi Anda! Jadilah sebuah kehadiran yang aktif di dalam komunitas seperti sel-sel hidup, batu-batu hidup. (…) Kasihilah Gereja! Biarkan Gereja membimbing Anda! Di dalam paroki-paroki, di dalam keuskupan-keuskupan, jadilah sebuah paru-paru sejati dari iman dan kehidupan Kristen. Sebuah angin segar … Di lapangan ini saya melihat banyak keragaman yang pertama dari payung-payung, sekarang berbagai warna dan tanda-tanda. Inilah Gereja: sebuah kekayaan dan keragaman berekpresi di mana semuanya mengarah kepada persatuan, keragaman mengarah kepada persatuan dan persatuan adalah pertemuan dengan Kristus.”
Elemen ke-tiga yang harus menjadi karekter para Konfraternitas menurut Paus Fransiskus adalah: misionaritas. “Anda sekalian memiliki sebuah misi khusus dan penting, yaitu tetap menghidupkan hubungan antara iman dan budaya rakyat di mana ada keanggotaan Anda, dan yang dijalankan melalui devosi rakyat. Ketika, misalnya, Anda membawa Salib di dalam prosesi dengan penuh penghormatan dan penuh kasih kepada Tuhan, Anda tidak melakukan sebuah tindakan eksterior yang biasa; melainkan menunjukkan pusat dari Misteri Paskah Tuhan, dari Sengsara-Nya, Wafat dan Kebangkitan-Nya, yang menebus kita semua, dan tunjukkanlah pertama-tama kepada Anda sendiri dan kepada komunitas bahwa diperlukan mengikuti Kristus di dalam perjalanan yang nyata dari hidup supaya mengubah kita. Demikian pula saat Anda menunjukkan devosi yang mendalam kepada Perawan Maria, Anda memberikan indikasi realisasi yang paling tinggi dari eksistensi Kristen, Maria yang dengan iman dan kepatuhannya kepada kehendak Allah, sebagaimana juga akan meditasinya atas Firman dan perbuatan-perbuatan Yesus, Maria adalah murid Tuhan yang sempurna (Lumen gentium, 53). Iman ini, yang lahir dari mendengarkan Firman Allah, ditunjukkan oleh Anda sekalian dalam bentuk-bentuk yang melibatkan perasaan-perasaan, kasih sayang, simbol-simbol dari berbagai budaya … Dengan demikian Anda semua membantu menyampaikan iman juga kepada orang-orang dan khususnya kepada orang-orang sederhana, kepada semua yang di dalam Injil dinamakan “yang kecil” oleh Yesus.” Paus melanjutkan, “Memang, perjalanan bersama menuju santuari-santuari dan keikutsertaan pada manifestai lainnya dari devosi rakyat, dengan membawa anak-anak dan melibatkan banyak orang, dengan sendirinya merupakan sebuah tindakan evangelisasi” (Dokumen Aparacida, 264). Diperlukan melangkah ke depan begini! Jadilah diri Anda sekalian pelaku evangelisasi yang sejati! Semoga inisiatif-inisiatif Anda semua menjadi “jembatan-jembatan”, menjadi jalan-jalan yang membawa kepada Kristus, untuk melangkah bersama Dia. Dan dengan semangat ini perhatikanlah selalu amal. Setiap orang Kristen dan setiap komunitas adalah misionaris di dalam patokan yang membawa dan menghidupkan Injil dan menjadi saksi akan Kasih Allah kepada semua orang, terutama kepada yang mengalami kesulitan. Jadilah misionaris-misionaris dari kasih dan kebaikan Allah! Jadilah misionaris-misionaris dari Kerahiman Allah yang senantiasa mengampuni kita, selalu menunggu kita… Yang sangat mengasihi kita!”
Paus menutup Homili mengatakan: “Evangelisitas, menggereja, misionaritas. Tiga buah kata, jangan dilupakan: evangelisitas, menggereja, misionaritas. Mari kita memohon kepada Tuhan agar mengarahkan pikiran kita dan hati kita kepadaNya, seperti batu-batu hidup dari Gereja, agar setiap kegiatan kita, segenap kehidupan Kristen kita menjadi sebuah kesaksian yang bercahaya dari kerahiman-Nya dan kasih-Nya. Dan demikian kita melangkah menuju pertengahan dari peziarahan duniawi kita, menuju santuario yang begitu indah, Yerusalem Surgawi. Di sana tidak ada lagi kuil apapun: Allah sendiri dan Anak Domba merupakan bait-Nya; dan cahaya matahari dan bulan memberikan tempat bagi kemuliaan Yang Maha Tinggi. Amin."
(Sumber: news.va.it)