BUAH-BUAH KOMUNI
oleh Dionysius Kosasih, O.Carm
Sudah sejak awal terdapat uraian tentang manfaat menerima Tubuh dan Darah Kristus sehingga orang Kristiani didorong untuk sering menerima komuni kudus, bahkan setiap hari.
St. Sirilus dari Yerusalem (wafat 387) mengatakan bahwa menerima komuni dalam Ekaristi membuat orang Kristen menjadi pembawa Kristus ("Christbearer") dan menjadi satu tubuh dan sedarah dengan-Nya. Kemudian Gereja secara resmi menekankan pentingnya menyambut komuni, dan bahkan hal itu dipandang sebagai bentuk "partisipasi Umat yang lebih sempurna dalam Misa" (SC, 55).
Buah utama penerimaan komuni adalah persatuan yang erat dengan Yesus Kristus (KGK, 1391). Sebab dalam Perayaan Ekaristi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus melalui kuasa Roh Kudus dan dengan perantaraan imam (bdk. Yoh 6:51-55). Itulah yang dimaksud Gereja tentang "kehadiran real" Kristus dalam Ekaristi. Memang Kristus yang bangkit hadir bagi Gereja dalam banyak cara, tetapi secara istimewa melalui Sakramen Ekaristi. Oleh karena itu, dengan menyambut komuni kudus seorang Katolik melaksanakan tindakan yang paling menyenangkan bagi Tuhan, yang amat rindu untuk tinggal dalam hati manusia.
Ekaristi tidak hanya mempersatukan kita dengan Kristus sebagai Kepala Gereja tetapi juga mempersatukan kita satu sama lain sebagai satu anggota tubuh mistik Kristus (KGK, 1396). Sebab penerimaan komuni bukanlah soal yang bersifat individualistis, melainkan sesuatu yang menyangkut "tubuh". Dalam perayaan Ekaristi kita berkumpul sebagai "tubuh"; kita datang ke meja perjamuan Tuhan sebagai satu keluarga. Kebenaran ini diungkapkan dalam simbol alkitabiah satu roti dan satu piala. Paulus menulis, "Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu ini" (1Kor 10:17). Paulus dan jemaatnya mengikuti teladan Yesus dan murid-murid-Nya pada Perjamuan Terakhir (Lih. Mrk 14:22-23). Tanpa simbol satu roti dan satu piala kita mudah melupakan hakikat persekutuan perayaan penting ini.
Ekaristi sebagai pemersatu tubuh mistik Kristus dapat dilihat juga dari defenisi Sakramen Ekaristi sebagai kurban Gereja, di mana Katekismus Gereja Katolik mengatakan, "Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Gereja, Tubuh Kristus, mengambil bagian dalam kurban Kepalanya" (KGK, 1368). Maka, Ekaristi juga mempersatukan masing-masing umat dalam Gereja. Persatuan masing-masing anggota tubuh Gereja, yang diumpamakan sebagai tubuh yang mempunyai banyak anggota (bdk. 1Kor 12:12), hanya mungkin terjadi karena seluruh anggota diikat oleh Sang Kepala, yaitu Kristus.
Yesus memberikan diri-Nya kepada kita dalam Ekaristi sebagai makanan rohani karena Dia mencintai kita. Seluruh rencana penyelamatan kita diarahkan untuk ambil bagian dalam kehidupan Tritunggal, yaitu: Persekutuan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pengalaman hidup dalam Tritunggal dimulai dengan Pembaptisan, ketika kita atas kuasa Roh Kudus dipersatukan dengan Kristus, dan menjadi putra dan putri Bapa. Keputraan kita diteguhkan dan dikembangkan dalam Sakramen Krisma, kemudian bertumbuh dan makin mendalam melalui partisipasi kita dalam Ekaristi. Karena itu, Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi melindungi, membarui dan mengembangkan pertumbuhan kehidupan rahmat yang kita terima dalam Pembaptisan.
Persatuan yang erat dengan Yesus Kristus karena sering menerima komuni menjauhkan kita dari dosa (KGK, 1393). Semakin kita ambil bagian dalam hidup Kristus dan semakin kita bergerak maju dalam persahabatan dengan-Nya, semakin kurang pula bahaya bahwa kita memisahkan diri dari-Nya karena dosa. Maka, komuni berakibat pada keselamatan dan pengampunan dosa-dosa kita.
Dalam konsekrasi dinyatakan dengan jelas segi pengampunan dosa yang ditimbulkan oleh Ekaristi, ".... yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa." Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa menyambut komuni merupakan penyucian dan pembersihan hati orang yang menyesal atas dosa-dosa, bagaikan gambaran kitab Wahyu tentang mereka yang ditebus dan diselamatkan, "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why 7:14).
Dengan kata lain, dengan menerima komuni suci penyakit rohani kita disembuhkan karena pengampunan yang kita terima dalam Ekaristi. Maka, setiap penerimaan komuni kudus mengakibatkan bertambahnya rahmat pengudusan dalam jiwa yang memampukan kita mentaati perintah-perintah-Nya sehingga kehidupan kita menyenangkan bagi Tuhan. (Sumber: Katekismus Gereja Katolik, 1391-1401)
oleh Dionysius Kosasih, O.Carm
Sudah sejak awal terdapat uraian tentang manfaat menerima Tubuh dan Darah Kristus sehingga orang Kristiani didorong untuk sering menerima komuni kudus, bahkan setiap hari.
St. Sirilus dari Yerusalem (wafat 387) mengatakan bahwa menerima komuni dalam Ekaristi membuat orang Kristen menjadi pembawa Kristus ("Christbearer") dan menjadi satu tubuh dan sedarah dengan-Nya. Kemudian Gereja secara resmi menekankan pentingnya menyambut komuni, dan bahkan hal itu dipandang sebagai bentuk "partisipasi Umat yang lebih sempurna dalam Misa" (SC, 55).
Buah utama penerimaan komuni adalah persatuan yang erat dengan Yesus Kristus (KGK, 1391). Sebab dalam Perayaan Ekaristi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus melalui kuasa Roh Kudus dan dengan perantaraan imam (bdk. Yoh 6:51-55). Itulah yang dimaksud Gereja tentang "kehadiran real" Kristus dalam Ekaristi. Memang Kristus yang bangkit hadir bagi Gereja dalam banyak cara, tetapi secara istimewa melalui Sakramen Ekaristi. Oleh karena itu, dengan menyambut komuni kudus seorang Katolik melaksanakan tindakan yang paling menyenangkan bagi Tuhan, yang amat rindu untuk tinggal dalam hati manusia.
Ekaristi tidak hanya mempersatukan kita dengan Kristus sebagai Kepala Gereja tetapi juga mempersatukan kita satu sama lain sebagai satu anggota tubuh mistik Kristus (KGK, 1396). Sebab penerimaan komuni bukanlah soal yang bersifat individualistis, melainkan sesuatu yang menyangkut "tubuh". Dalam perayaan Ekaristi kita berkumpul sebagai "tubuh"; kita datang ke meja perjamuan Tuhan sebagai satu keluarga. Kebenaran ini diungkapkan dalam simbol alkitabiah satu roti dan satu piala. Paulus menulis, "Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu ini" (1Kor 10:17). Paulus dan jemaatnya mengikuti teladan Yesus dan murid-murid-Nya pada Perjamuan Terakhir (Lih. Mrk 14:22-23). Tanpa simbol satu roti dan satu piala kita mudah melupakan hakikat persekutuan perayaan penting ini.
Ekaristi sebagai pemersatu tubuh mistik Kristus dapat dilihat juga dari defenisi Sakramen Ekaristi sebagai kurban Gereja, di mana Katekismus Gereja Katolik mengatakan, "Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Gereja, Tubuh Kristus, mengambil bagian dalam kurban Kepalanya" (KGK, 1368). Maka, Ekaristi juga mempersatukan masing-masing umat dalam Gereja. Persatuan masing-masing anggota tubuh Gereja, yang diumpamakan sebagai tubuh yang mempunyai banyak anggota (bdk. 1Kor 12:12), hanya mungkin terjadi karena seluruh anggota diikat oleh Sang Kepala, yaitu Kristus.
Yesus memberikan diri-Nya kepada kita dalam Ekaristi sebagai makanan rohani karena Dia mencintai kita. Seluruh rencana penyelamatan kita diarahkan untuk ambil bagian dalam kehidupan Tritunggal, yaitu: Persekutuan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Pengalaman hidup dalam Tritunggal dimulai dengan Pembaptisan, ketika kita atas kuasa Roh Kudus dipersatukan dengan Kristus, dan menjadi putra dan putri Bapa. Keputraan kita diteguhkan dan dikembangkan dalam Sakramen Krisma, kemudian bertumbuh dan makin mendalam melalui partisipasi kita dalam Ekaristi. Karena itu, Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi melindungi, membarui dan mengembangkan pertumbuhan kehidupan rahmat yang kita terima dalam Pembaptisan.
Persatuan yang erat dengan Yesus Kristus karena sering menerima komuni menjauhkan kita dari dosa (KGK, 1393). Semakin kita ambil bagian dalam hidup Kristus dan semakin kita bergerak maju dalam persahabatan dengan-Nya, semakin kurang pula bahaya bahwa kita memisahkan diri dari-Nya karena dosa. Maka, komuni berakibat pada keselamatan dan pengampunan dosa-dosa kita.
Dalam konsekrasi dinyatakan dengan jelas segi pengampunan dosa yang ditimbulkan oleh Ekaristi, ".... yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa." Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa menyambut komuni merupakan penyucian dan pembersihan hati orang yang menyesal atas dosa-dosa, bagaikan gambaran kitab Wahyu tentang mereka yang ditebus dan diselamatkan, "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why 7:14).
Dengan kata lain, dengan menerima komuni suci penyakit rohani kita disembuhkan karena pengampunan yang kita terima dalam Ekaristi. Maka, setiap penerimaan komuni kudus mengakibatkan bertambahnya rahmat pengudusan dalam jiwa yang memampukan kita mentaati perintah-perintah-Nya sehingga kehidupan kita menyenangkan bagi Tuhan. (Sumber: Katekismus Gereja Katolik, 1391-1401)
Siapa
yang hendak menerima Kristus dalam komuni Ekaristi, harus berada dalam
keadaan rahmat. Kalau seorang sadar bahwa ia melakukan dosa berat, ia
tidak boleh menerima Ekaristi tanpa sebelumnya menerima pengampunan di
dalam Sakramen Pengakuan. -- Katekismus Gereja Katolik, 1415