Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus - 2 Juni 2013
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH
KRISTUS/C
Minggu, 2 Juni 2013
Kej 14:18-20; 1Kor 11:23-26;
Luk 9:11b-17
Hari ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Di beberapa
paroki, kesempatan ini juga digunakan untuk penerimaan komuni pertama. Oleh
karena itu, ada baiknya kita memperdalam atau mengingat kembali makna Ekaristi,
khususnya komuni kudus, di mana kita menerima Tubuh (dan Darah Kristus).
Setelah kita disegarkan kembali mengenai makna Ekaristi dan komuni, harapannya
kita semakin dimampukan untuk menghayati Ekaristi dan hidup secara ekaristis.
Dalam bacaan kedua hari ini, St. Paulus membantu kita untuk memahami makna
komuni kudus. “Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu
memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26). Makan roti dan
minum cawan yang dimaksud oleh St. Paulus ini adalah pada saat kita merayakan
Ekaristi dan menerima komuni.
Roti yang kita terima dalam Ekaristi adalah Tubuh Kristus sendiri. Sebab,
melalui Doa Syukur Agung Gereja, yang antara lain berbunyi, “Bapa yang mahabaik, kuduskanlah persembahan
roti dan anggur ini dengan kuasa Roh Kudus, agar menjadi bagi kami, Tubuh dan
Darah, Putera-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus” (DSA X), terjadilah perubahan roti menjadi Tubuh
Kristus dan anggur menjadi Darah Kristus.
Perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah
Kristus ini disebut “transubstansiasi”, yaitu berubahnya substansi roti
dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, kendati materi, rupa, rasa, dan
bentuknya tetap roti dan anggur (lih. KGK 1376). Dalam hal ini, Paus Yohanes
Paulus II, dengan mengutip St. Cyrilus, menegaskan bahwa, “dalam roti dan
anggur, janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas
menyatakan bahwa itu adalah Tubuh dan Darah-Nya. Iman memastikan bagimu,
kendati indera menunjuk yang lain” (EE 15).
Dalam setiap bagian dari roti dan dalam setiap
tetes anggur, Kristus hadir sepenuhnya dan seutuhnya. Maka, kita dapat menerima
Kristus baik dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau keduanya bersama-sama
(lih. KGK 1390). Meskipun dalam komuni kita hanya menerima Tubuh Kristus,
bahkan hanya secuil saja, kita tetap menerima Kristus secara penuh.
Selanjutnya, St. Paulus menegaskan bahwa dengan
makan roti ekaristi, yang adalah Tubuh Kristus, kita memberitakan kematian
Tuhan sampai Ia datang. “Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini,
kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26). Ada 2 hal
penting di sini, yaitu menyangkut iman kita akan kematian/wafat Yesus dan
kedatangan-Nya kembali. Yang pertama mengenai wafat Yesus. Dalam surat yang
sama, yakni kepada jemaat Korintus, St. Paulus menegaskan makna wafat Yesus,
“Kristus telah mati karena dosa-dosa kita” (1Kor 15:3). Hal yang sama
dinyatakan oleh St. Petrus, “Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita”
(1Ptr 3:18).
Yang kedua, mengenai kedatangan-Nya kembali.
Maksud kedatangan-Nya kembali tidak lain dan tigak bukan juga untuk
menyelamatkan kita. Hal ini disabdakan Yesus sendiri “Di rumah Bapa-Ku, banyak
tempat tinggal. ... Sebab, Aku pergi ke sana untuk menyediakan tempat bagimu.
... Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di
mana Aku berada, kamu pun berada” (Yoh 14:2-3). Jadi, baik wafat Kristus maupun
kedatangan-Nya kembali, semuanya dimaksudkan untuk menyelamatkan kita.
Yesus telah wafat, berarti sudah terjadi, dan Ia
akan datang kembali, berarti belum terjadi. Dengan demikian, keselamatan kita
di satu sisi sudah terlaksana, yakni melalui wafat Kristus, tetapi belum penuh
karena Kristus belum datang kembali dan kita belum dibawa ke rumah Bapa. Jadi,
kita masih menanti kepenuhan keselamatan itu. Selama menantikan kedatangan
kembali Kristus, kita mempunyai tugas untuk memberitakan kematian Tuhan.
“Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan
kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26).
Tugas kita untuk memberitakan kematian Tuhan ini, pertama-tama berarti
memberi kesaksian akan belas kasih dan pengorbanan Kristus demi keselamatan kita.
Dalam terang bacaan Injil, hal ini berarti kita harus menjadi tanda dan sarana
kehadiran Kristus yang penuh belas kasih dan menghendaki, “Kamu harus memberi
mereka makan” (Luk 9:13). Ia menghendaki agar kita berkorban untuk berbagi
kepada sesama, sebagaimana Kristus sendiri telah mengorbankan diri bagi kita
supaya kita mendapat bagian dalam kehidupan-Nya yang ilahi dan mulia. Kita
diharapkan mau berbagi “lima roti dan dua ikan”. Artinya, apa pun yang kita
miliki – waktu, tenaga, pemikiran, keterampilan, pengetahuan, harta kekayaan,
dll – meskipun hanya sedikit, kita persembahkan kepada Tuhan supaya Ia
mengambilnya, lalu memberkati, kemudian membagi-bagikanya dan memberikannya
kepada banyak orang, seperti yang Ia lakukan atas lima roti dan dua ikan itu (Luk
9:16).
Hidup yang diberkati Tuhan dan dibagi-bagikan inilah yang seringkali
disebut sebagai hidup yang ekaristis. Jadi, hidup yang ekaristis tidak hanya
berarti kita rajin dan tekun merayakan Ekaristi, tetapi sebagaimana roti
ekaristi yang diberkati, kemudian dipecah-pecah, dan dibagikan kepada umat
dalam komuni, kita pun harus demikian. Artinya, dengan merayakan Ekaristi, kita
harus sampai pada penghayatan bahwa hidup kita dengan segala yang kita miliki
dan alami, kita persembahkan kepada Tuhan untuk diberkati oleh-Nya kemudian
dibagikan kepada orang lain. Itulah mengapa, setiap kali kita mengakhiri
Perayaan Ekaristi, setelah menerima berkat Tuhan, kita semua diutus. Diutus
untuk apa? Diutus untuk berbagi berkat, berbagi hidup, berbagi waktu, tenaga, pemikiran,
keterampilan, pengetahuan, harta kekayaan, dll demi kesejahteraan dan
keselamatan sesama.
Semoga, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus yang kita rayakan ini semakin
mendorong kita untuk hidup secara ekaristis. Kita semakin mengerti makna
Ekaristi, khususnya komuni kudus. Kita semakin rajin dan setia merayakan
Ekaristi serta menghayatinya dengan lebih baik. Kita semakin mampu berbagi dan
berkorban, sebagaimana Kristus telah mengorbankan diri-Nya dan berbagi hidup
ilahi kepada kita.
Agus Widodo, Pr
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati