Minggu, 09 Juni 2013
Hari Minggu Biasa X
Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja --- Katekismus Gereja Katolik, 2177
Antifon Pembuka (Mzm 26:1-2)
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Semua lawanku dan musuhku akan tergelincir jatuh.
Doa Pagi
Ya Allah, Engkaulah sumber segala kebaikan. Kepada-Mu kami mohon dengan rendah hati, anugerahkanlah terang-Mu pada kami, agar dapat memikirkan apa yang benar, dan berikanlah bimbingan-Mu kepada kami untuk melakukannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:17-24)
Hari Minggu Biasa X
Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja --- Katekismus Gereja Katolik, 2177
Antifon Pembuka (Mzm 26:1-2)
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Semua lawanku dan musuhku akan tergelincir jatuh.
Doa Pagi
Ya Allah, Engkaulah sumber segala kebaikan. Kepada-Mu kami mohon dengan rendah hati, anugerahkanlah terang-Mu pada kami, agar dapat memikirkan apa yang benar, dan berikanlah bimbingan-Mu kepada kami untuk melakukannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Pertama Raja-Raja (17:17-24)
"Ia anakmu, ia sudah hidup!"
Sekali peristiwa anak dari janda di Sarfat yang menjamu Elia jatuh
sakit. Sakitnya sangat keras, sampai anak itu tidak bernafas lagi. Maka
kata perempuan itu kepada Elia, “Apakah maksudmu datang kemari, ya Abdi
Allah? Adakah engkau singgah kepadaku untuk mengingatkan aku akan
kesalahanku dan untuk membuat anakku mati?” Kata Elia kepadanya,
“Berikanlah anakmu itu kepadaku!” Elia mengambil anak itu dari pangkuan
ibunya, lalu membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak
itu di tempat tidurnya. Sesudah itu Elia berseru kepada Tuhan, “Ya
Tuhan, Allahku! Janda ini telah menerima aku sebagai penumpang di
rumahnya. Adakah Engkau menimpakan kemalangan atas dia dengan membunuh
anaknya?” Lalu Elia membujurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan
berseru kepada Tuhan, “Ya Tuhan, Allahku! Kembalikanlah kiranya nyawa
anak ini ke dalam tubuhnya!” Tuhan mendengarkan permintaan Elia, dan
nyawa anak itu pun kembali ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.
Elia mengambil anak itu, lalu membawanya turun dari kamar atas, dan
memberikannya kepada ibunya. Kata Elia kepada janda itu, “Ini anakmu, ia
sudah hidup kembali!” Maka kata perempuan itu kepada Elia, “Sekarang
aku tahu, bahwa engkau abdi Allah, dan firman Tuhan yang kauucapkan itu
adalah benar.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11.12a.13b; Ul: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan dan kasihanilah aku. Tuhan, jadilah Penolongku! Aku yang meratap Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia (1:11-19)
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Aku hendak memuji nama-Mu ya Tuhan, selama-lamanya.
Ayat. (Mzm 30:2.4.5-6.11.12a.13b; Ul: 2a)
1. Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak membiarkan musuh-musuhku bersukacita atas diriku. Tuhan, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan daku di antara mereka yang turun ke liang kubur.
2. Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi oleh-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab hanya sesaat Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.
3. Dengarlah, Tuhan dan kasihanilah aku. Tuhan, jadilah Penolongku! Aku yang meratap Kauubah menjadi orang yang menari-nari. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Galatia (1:11-19)
"Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam diriku supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi."
Saudara-saudara, aku menegaskan kepadamu, bahwa Injil yang kuberitakan
itu bukanlah Injil manusia. Karena aku menerimanya bukan dari manusia;
bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh
penyataan Yesus Kristus. Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku
dahulu dalam agama Yahudi: Tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan
berusaha membinasakannya. Di dalam agama Yahudi itu aku jauh lebih maju
dari banyak teman yang sebaya di antara bangsaku, karena aku sangat
rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. Tetapi Allah telah
memilih aku sedari kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih
karunia-Nya. Ia berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam diriku, supaya aku
memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi. Pada waktu itu
sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia. Aku juga tidak
pergi ke Yerusalem untuk menemui mereka yang telah menjadi rasul sebelum
aku. Tetapi aku berangkat ke tanah Arab, dan dari situ kembali lagi ke
Damsyik. Baru tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk menemui
Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi rasul-rasul
yang lain, tidak seorang pun kulihat, kecuali Yakobus, saudara Tuhan
Yesus.
Demikianlah sabda TuhanU. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali
Ayat. (Luk 7:16)
Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dan Allah telah mengunjungi umat-Nya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (7:11-17)
"Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Sekali peristiwa Yesus pergi ke sebuah kota yang bernama Nain. Para
murid serta banyak orang pergi bersama Dia. Ketika Yesus mendekati pintu
gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, yaitu anak laki-laki
tunggal seorang ibu yang sudah janda. Banyak orang kota itu menyertai
janda tersebut. Melihat janda itu, tergeraklah hati Tuhan oleh belas
kasihan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Jangan menangis!” Dihampiri-Nya
usungan jenazah itu dan disentuh-Nya. Maka para pengusung berhenti.
Tuhan berkata, “Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu: Bangkitlah!” Maka
bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara. Lalu Yesus
menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan, dan mereka
memuliakan Allah sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di
tengah-tengah kita!” Ada pula yang berkata, “Allah telah mengunjungi
umat-Nya!” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya.
Demikianlah Injil TuhanU. Terpujilah Kristus.
Renungan
Hari ini kita melihat seorang Ibu yang mendapatkan
harapan-Nya kembali. Anak lelaki satu-satunya yang telah mati, hidup kembali.
Perjumpaan dengan Yesus yang berbelas kasih, menghidupkan. Begitulah, Tuhan
menghibur dengan kata-kata, tetapi juga bertindak. Ia adalah Tuhan yang
berbelas kasih. Sebagian orang, setiap hari menyantap Tubuh Tuhan dalam
Ekaristi. Lainnya, yang terbatas oleh tempat dan waktu, “hanya” bisa berdoa.
Kesempatan itu adalah saat di mana pendoa ingin dikuatkan, dijiwai dan diresapi
oleh kehadiran Tuhan. Kepribadian Tuhan Yesus kiranya bertumbuh dalam diri
pendoa.
Saya mendengar,
beberapa kelompok pegawai di kota besar menggunakan waktu istirahatnya untuk
bisa merayakan Ekaristi tiap hari. Perjuangan ini membanggakan. Karena sebagian
besar orang kota dibanjiri oleh pikiran tentang hasil, keuntungan dan produksi.
Sebagian lagi dengan kerja, kerja dan kerja demi meningkatkan gaji dan
produksi. Kita pun ada dalam lingkaran itu. Kalau tidak waspada, bisa saja
berbagai desakan dan persoalan produksi merasuki kita, sehingga merosotlah
kemanusiaan kita. Maksudnya?
Saya pernah berjumpa
dengan bapak tambal ban. Kebetulan, karena lelah, saya mampir dan beristirahat
di bawah pohon “ceri” dekatnya. Meminta izin menggunakan “lincak”nya dan
tiduran. Saya baca: “Melayani persoalan ‘ban’, 24 jam”. Pasti, ini hanya alat
promosi. Terlintas dalam benak saya: seandainya terjadi sungguhan, maka Bapak
ini akan begitu sibuknya. Memang, saya hormat padanya, karena perjuangan itu
pasti demi menghidupi anak dan isteri. Tetapi, seandainya lalu dia tidak sempat
“berdoa”? Apa jadinya? Maka, segala kegiatannya hanya persoalan “ban”.
Pikirannya hanya memikirkan “ban”. Perasaannya hanya “rindu akan ban”.
Telinganya hanya tertarik pada suara “ban”. Kukunya menghitam kena kotoran “ban”.
Matanya, hanya tertarik melihat “ban”.
Memang pengandaian
ini berlebihan. Tetapi seandainya demikian, kemanusiaannya merosot. Hati,
pikiran, kelima panca indera dan seluruh dirinya hanya dipenuhi dengan “urusan
ban”. Demikian juga untuk banyak orang yang gelisah dengan urusan lain, hal serupa
bisa terjadi. Kalau manusia hanya dirasuki oleh berbagai urusan duniawi, jangan
mengharapkan ada belas kasih. Kemanusiaan yang merosot! Sebaliknya, kalau
ternyatad ia berdoa dengan sungguh sepuluh menit saja, maka hatinya terjaga,
kerinduan pada-nya tetap hidup. Ada ruang pertemuan dengan Tuhan, di hati-Nya.
Lalu jadilah: Rindu ketemu rindu, hati ketemu hati, dua hati saling berpadu;
hati Tuhan dan hati tukang ban. Iman, harapan dan kasihnya bertumbuh dalam
Tuhan.
Pesan Injil hari ini
adalah, ciptakan ruang pertemuan dengan-Nya, di dalam hati. Yang diusahakan
dengan cara: mengusahakan waktu pertemuan dengan Tuhan, setiap hari, agar kita
diresapi kepribadian-Nya. Lalu, seperti Tuhan yang hari ini berbelas kasih,
kita pun memiliki hati yang berbelas kasih. Maka, belas kasih akan masing
dirasakan dan menghidupkan dunia yang “setengah mati”.
RUAH