Minggu 18 Agustus 2013 Hari Minggu Biasa XX

Minggu 18 Agustus 2013
Hari Minggu Biasa XX
 
Pada hari Minggu sebagai hari Tuhan, umat beriman wajib menghadiri Misa, kecuali bila mereka sungguh-sungguh terhalang --- Beato Yohanes Paulus II
 

Antifon Pembuka (Mzm 84:10-11)
 
Lihatlah, ya Allah, Raja agung, pandanglah raja yang Kauurapi. Lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain.

Doa Pagi


Ya Allah, Engkau telah mengutus Putra-Mu kepada kami. Kami mohon, semoga pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam rangka menanggapi kedatangan Putra-Mu itu, tidak menghancurkan kami tetapi justru semakin menguji kemurnian dan kesungguhan iman kami. Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Yeremia (38:4-6.8-10)
 
"Engkau telah melahirkan aku, seorang yang menjadi buah percederaan di seluruh negeri."
 
Setelah Yeremia bernubuat tentang malapetaka yang akan menimpa Israel, berkatalah para pemuka kepada Zedekia, raja Israel, “Baiklah orang ini dihukum mati! Sebab dengan mengatakan hal-hal seperti itu, ia melemahkan semangat prajurit-prajurit yang masih tinggal di kota ini dan melemahkan semangat segenap rakyat. Sungguh, orang ini tidak mengusahakan kesejahteraan untuk bangsa, melainkan kemalangan.” Raja Zedekia menjawab, “Baiklah, ia ada dalam kuasamu! Sebab raja tidak dapat berbuat apa-apa menentang kamu!” Maka mereka mengambil Yeremia, dan memasukkannya ke dalam perigi milik Pangeran Malkia yang ada di pelataran penjagaan itu; mereka menurunkan Yeremia dengan tali. Di perigi itu tidak ada air, tetapi hanya lumpur; maka terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu. Maka keluarlah Ebed-Melekh dari istana raja, lalu berkata kepada raja, “Tuanku Raja, perbuatan orang-orang ini jahat dalam segala hal yang mereka lakukan terhadap Nabi Yeremia; mereka memasukkan dia ke dalam perigi; Yeremia kan mati kelaparan di tempat itu! Sebab tidak ada lagi roti di kota.” Lalu raja memberi perintah kepada Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, katanya, “Bawalah tiga orang dari sini, dan angkatlah Nabi Yeremia dari perigi sebelum ia mati!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan re = a, 2/4, PS 810
Ref. Condongkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah bebaskan daku.
Ayat. (Mzm 40:2.3.4.18; Ul: 14b)
1. Aku sangat menanti-nantikan Tuhan; lalu Ia menjengukku dan mendengar teriakku minta tolong.
2. Ia mengangkat aku dari lubang kebinasaan, dan menarik aku dari lumpur rawa; lalu Ia menempatkan kakiku di atas wadas, dan memantapkan langkahku.
3. Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan.
4. Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan daku. Engkaulah yang menolong dan meluputkan daku; ya Allahku, janganlah berlambat!

Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (12:1-4)
 
"Marilah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."
 
Saudara-saudara, kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita. Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Dialah yang memimpin kita dalam iman, dan Dialah yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan! Dengan mengabaikan kehinaan Ia tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Yesus yang tabah menanggung bantahan terhadap diri-Nya, bantahan hebat yang datang dari pihak orang-orang berdosa. Janganlah kamu menjadi lemah dan putus asa, sebab dalam pergumulanmu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = f, 2/2, PS 951
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:27)
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:49-53)
 
"Aku datang bukan untuk membawa damai melainkan pertentangan."
 
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala! Aku harus menerima pembaptisan, dan betapakah susah hati-Ku sebelum hal itu berlangsung! Kamu sangka Aku datang membawa damai ke bumi? Bukan! Bukan damai, melainkan pertentangan! Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ketika kita menyaksikan pembukaan PON misalnya, di sana selalu dilakukan ritus penyalaan api. Begitu api menyala diikuti sorak-sorak, tanda perhelatan pertandingan resmi dibuka. Para official dan pemain siap-siap berjuang di medan laga pertandingan. Kiranya ritus itu mencontoh dari event yang lebih tua dan akbar, misalnya olimpiade.

Saat dibukanya pesta olahraga Olimpiade pun selalu dilakukan penyalaan api atau obor Olimpiade. Pertanyaannya, mengapa tanda pembuka event olahraga itu menggunakan api? Sejarah Olimpiade sendiri memberi jawaban. Bagi bangsa Yunani api itu mempunyai makna suci. Api punya lambang semangat kehidupan. Ketika api sudah menyala, semangat itu bangkit berkobar. Itulah yang dibangun dalam awal pertandingan olahraga dan sebenarnya untuk kelanjutannya. Tanpa semangat bertanding, maka yang terjadi bukan olahraga yang cantik. Semakin semangat itu menggelora semakin indah pertandingan-pertandingan yang digelar. Terukirlah rekor dan prestasi mengagumkan.

Selain itu, api juga lambang pembentuk kehidupan. Agar menjadi murni emas harus dibakar. Setelah itu, emas dapat dibentuk sesuai selera dalam cetakan cincin, gelang, kalung dan sebagainya. Begitulah manusia akan semakin menjadi manusia melalui dapur api pemurnian. Dapur api oleh budaya Jawa adalah Candradimuka. Lihatlah Gatotkaca itu. Setiap manusia mesti menyadari dan mempunyai kawah api itu.

Dan yang terakhir, api adalah lambang terang. Di mana ada api, di situ ada terang. Pemazmur selalu bilang, kegelapan tidak akan mampu menguasainya. Betapa pun api itu kecil, tapi sebesar apa pun kuatnya kegelapan tidak mampu menjinakkannya. Sebaliknya, api kecil itu selalu menang bersinar.

Tidak berlebihan harapan besar Yesus itu disampaikan pada para murid, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku mengharapkan, api itu selalu menyala” (Luk 12:49). Seperti yang dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis, Mesias yang akan datang membaptis dengan Roh Kudus dan api. Peristiwa Pentakosta merupakan peristiwa penyalaan api itu. Karena itu bisa dimengerti, para murid menjadi seorang pemberani untuk menjadi saksi Kristus.

Kita sekarang cukup mengeri apa makna dari simbol api itu. Tugas kita sekarang mewujudkan harapan Yesus yakni agar api tetap menyala. Apa yang harus kita lakukan? Menjaga api itu tetap menyala dalam setiap hati. Apa pun akan menjadi mungkin terwujud bila masih bisa menjaga nyala api harapan itu. Sebaliknya bila api telah padam, semua menjadi sulit bahkan tidak mungkin lagi. Maka, jangan pernah biarkan api padam, betapa pun kecil api harapan itu.

Sementara air melambangkan kelahiran dan kesuburan kehidupan yang dianugerahkan dalam Roh Kudus, api melambangkan daya transformasi perbuatan Roh Kudus. Nabi Elia, yang "tampil bagaikan api dan perkataannya bagaikan obor yang menyala" (Sir 48:1), dengan perantaraan doanya menarik api turun atas kurban di gunung Karmel Bdk. 1 Raj 18:38-39.- lambang api Roh Kudus yang mengubah apa yang Ia sentuh. Yohanes Pembaptis, yang mendahului Tuhan "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17) mengumumkan Kristus sebagai Dia, yang "akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api" (Luk 3:16). Mengenai Roh ini Yesus berkata: "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala" (Luk 12:49). Dalam "lidah-lidah seperti api" Roh Kudus turun atas para Rasul pada pagi hari Pentekosta dan memenuhi mereka (Kis 2:3-4). Dalam tradisi rohani, lambang api ini dikenal sebagai salah satu lambang yang paling berkesan mengenai karya Roh Kudus Bdk. Yohanes dari Salib, llama.. "Janganlah padamkan Roh" (1 Tes 5:19). --- Katekismus Gereja Katolik, 696

RUAH

terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy