| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Rabu, 06 November 2013 Hari Biasa Pekan XXXI

Rabu, 06 November 2013
Hari Biasa Pekan XXXI

“Perayaan Misa juga tidak boleh dianggap sebagai tindakan formal belaka, yang dilaksanakan setiap kali kita mengadakan pertemuan atau kegiatan lain, hanya karena kita biasa merayakan Misa pada kesempatan seperti ini.”

“Inilah yang menjadikan Liturgi duniawi Gereja begitu indah: keindahan liturgi terkait pada hakikat liturgi sendiri, dan tidak tergantung pada upaya kita untuk memperindahnya. Kita harus membiarkan keelokan ilahi ini terungkap dengan sendirinya melalui perayaan Liturgi. Melalui Iman, kasih, keheningan dan kerapian, serta hormat pada lambang-lambang, perbuatan dan kata-kata liturgi: sikap-sikap seperti ini mutlak agar indahnya acara-acara suci dapat dirasakan dan dihayati.”

“Sayangnya, telah beredar mentalitas dan praktek yang menurutnya liturgi harus terus berubah, disesuaikan pada setiap komunitas, menjadi menarik berkat kreativitas kita. Namun perayaan-perayaan yang bersumber pada logika seperti ini tidak akan memperlihatkan eloknya Gereja yang sebenarnya! Kecenderungan untuk terus mencari solusi yang baru untuk menjadikan liturgi menarik, justru menunjukkan bahwa kita tidak mampu menciptakan keindahan liturgi yang nyata.”

(Homili Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi dalam Misa Pembukaan Konferensi Liturgi di Makassar, 15 Oktober 2013.)

Antifon Pembuka (Mzm 112:1.4)

Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, Ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil.

Doa Pagi

Allah yang kekal, dalam terang Sabda-Mu, bantulah kami untuk mampu memiliki sikap kelepasan dari segala kelekatan atas apa yang kami miliki dan kami sulit untuk melepaskannya. Ajarilah kami semakin bijaksana dalam hidup dan memandang apa yang penting di balik setiap kebutuhan hidup. Semoga kebijaksanaan itu membuat kami mampu semakin peka akan kebutuhan setiap orang yang ada di sekitar kami. Yakinkanlah kami bila hati kami sedih dan putus harapan bahwa sabda Putera-Mu akan terlaksana dalam diri setiap orang yang menaruh harapan pada-Nya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus Kepada Umat di Roma (13:8-10)
  
"Kasih itu kegenapan hukum."
      
Saudara-saudara, janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tangapan
Ref. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman.
Ayat. (Mzm 112:1-2.4-5.9)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; keturunan orang benar akan diberkati.
2. Bagi orang benar ia bercahaya laksana lampu di dalam gelap, ia pengasih dan penyayang serta berlaku adil. Orang baik menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, ia melakukan segala urusan dengan semestinya.
3. Ia murah hati, orang miskin diberinya derma; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. Berbahagialah kalian, bila dinista karena nama Kristus, sebab Roh Allah ada padamu.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (14:25-33)
    
"Yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."
  
Pada suatu ketika orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka, "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

Renungan

Ada kisah tentang seorang teman, yang berniat untuk menjadi imam dengan masuk seminari. Selulus SMU, dia masuk seminari, namun hanya kuat bertahan 7 hari di asrama lalu ia mengundurkan diri. Tentu Anda tertarik untuk bertanya, mengapa? Ternyata ia tidak betah tinggal di seminari karena ia selalu rindu dengan mantan kekasihnya yang baru ia putuskan seminggu sebelum masuk seminari. Ia selalu bernyanyi: ”Ada bayanganmu di mataku, dan senyummu membuatku rindu…dst.”

Ini hanyalah salah satu contoh cerita nyata yang ingin menggambarkan bahwa untuk mengikuti Tuhan secara total sebagai murid-murid-Nya, harus berani meninggalkan apa yang paling dicintai dalam hidup. Hal ini bukan saja berlaku untuk jalan panggilan khusus menjadi imam atau biarawan/wati; namun juga jalan hidup sebagai awam.

Spiritualitas ”lepas bebas” harus menjadi milik semua orang. Apa itu spiritualitas lepas bebas? Kita memandang segala sesuatu yang ada di dunia ini sebagai sesuatu yang menghantar kita pada penyucian diri dan mendekat kepada Tuhan. Harta duniawi atau pribadi-pribadi yang kita sayang tidak akan kita bawa ketika kita menghadap Tuhan nantinya. Semua harus kita lepaskan. Maka, barang-barang dunia dan ikatan-ikatan relasi itu tidak boleh lebih tinggi posisinya dari relasi kita dengan Tuhan. Persoalannya adalah tubuh kita secara fisik ini mudah terikat pada hal-hal duniawi, ketimbang hal-hal rohani.

Tuhan, ajarilah aku untuk berani menempatkan hal-hal duniawi sebagai sesuatu yang dapat aku lepaskan untuk semakin mencintai Engkau. Amin.

Ziarah Batin 2013, Renungan dan Catatan Harian

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy