PETUNJUK UMUM
1.
Dalam
Pedoman Lingkaran Natal yang diterbitkan oleh Komisi Liturgi Regio Jawa tahun
2006, disebutkan bahwa masa Adven merupakan masa penantian penuh harapan dan
sukacita akan kedatangan Tuhan dan masa mempersiapkan Natal dengan sikap pertobatan.
Masa ini memiliki dua tujuan yaitu, pertama, masa Adven mempersiapkan Hari Raya
Natal yaitu perayaan kedatangan Tuhan yang pertama di antara manusia. Kedua,
masa Adven mengarahkan hati, supaya umat dengan penuh harapan menantikan Tuhan
pada akhir zaman.
2.
Secara
teologis, Adven mengingatkan dimensi historis sakramental keselamatan Allah.
Tuhan yang dinantikan adalah Tuhan yang hadir secara konkret dalam sejarah
hidup manusia. Dengan Adven, Gereja diingatkan untuk senantiasa berjaga-jaga
menyongsong kehadiran Tuhan dengan suasana penuh harapan dan kegembiraan.
3.
Selama masa
Adven, Gereja mengajak umat beriman untuk menghayati keutamaan-keutamaan
kristiani. Semangat dasar yang dihayati selama masa Adven adalah pengharapan,
takwa dalam iman, sikap tobat dan berpaling kepada Allah, berjaga-jaga,
kemurnian hati, dan pengharapan atas martabat orang lain. Semangat dasar itu
ditampilkan antara lain oleh tokoh-tokoh Kitab Suci seperti Yesaya, Yohanes
Pembaptis, Maria dan Yusup.
4.
Menurut
Pedoman Liturgi Lingkaran Natal, Masa Adven terdiri dan empat minggu, yakni
Minggu Adven I sampai Minggu Adven IV Empat minggu Adven itu dibagi dalam dua
bagian yaitu bagian pertama dan Minggu Adven I sampai tanggal 16 Desember
sebagai Adven eskatologis. Bagian kedua dan tanggal 17 Desember sampal 24 Desember
sebagai Adven natalis.
5.
Secara
khusus tema-tema pokok dalam masa Adven dapat diurai demikian:
a.
Minggu
Adven I menjelaskan pewartaan tentang kedatangan Tuhan kembali dan ajakan untuk
berjaga-jaga.
b.
Minggu
Adven II menjelaskan pewartaan tentang kotbah Yohanes Pembaptis mengenai ajakan
untuk bertobat.
c.
Minggu
Adven III menampilkan kembali tokoh Yohanes Pembaptis sebagai perintis atau
pembuka jalan bagi kedatangan Yesus. Minggu Adven ketiga ini disebut Minggu Gaudete,
yaitu minggu yang memiliki suasana kegembiraan.
d.
Minggu
Adven IV mengisahkan peristiwa-peristiwa menjelang kelahiran Yesus. Tampil di
dalamnya tokok-tokoh sepeti Maria, Yusup, Elisabeth.
6.
Suasana
yang hendaknya tercipta dalam masa Adven adalah suasana pertobatan dan pengharapan.
Suasana itu sengaja didukung dan ditampakkan dalam beberapa hal:
a. Busana dan warna liturgi yang berwarna ungu (ungu cerah)
b. Musik dan nyanyian yang bertemakan pengharapan eskatologis, kerinduan akan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Selama masa Adven, Gloria tidak dinyanyikan, sedangkan Allelluia tetap dinyanyikan.
c. Dekorasi selama masa Adven hendaknya sederhana, misalnya dengan menggunakan daun-daun dan ranting.
a. Busana dan warna liturgi yang berwarna ungu (ungu cerah)
b. Musik dan nyanyian yang bertemakan pengharapan eskatologis, kerinduan akan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Selama masa Adven, Gloria tidak dinyanyikan, sedangkan Allelluia tetap dinyanyikan.
c. Dekorasi selama masa Adven hendaknya sederhana, misalnya dengan menggunakan daun-daun dan ranting.
7.
Perlengkapan
khas yang digunakan sepanjang masa Adven adalah korona Adven yang dirangkai
daun-daun hijau. Korona Adven ini mengungkapkan lingkaran Adven. Lilin dinyalakan
bertambah dan minggu demi minggu. Hal ini untuk menggambarkan permenungan atas
aneka tahap sejarah keselamatan yang mendahului kedatangan Kristus dan simbol-simbol
cahaya nubuat yang makin hari makin cerah menerangi malam panjang yang
mendahului terbitnya Surya Keadilan (Luk 1:78).
Sepanjang masa Adven, dapat dilaksanakan
kegiatan-kegiatan baik yang bersifat pewartaan-peribadatan maupun sosial.
Kegiatan pewartaan dan peribadatan diantaranya pertemuan Adven dengan penyalaan
lilin korona dan ibadat tobat, dapat juga berziarah kepada Gua Maria untuk
memohon doa agar bisa menerima kehendak Tuhan dengan hati terbuka dan belajar
menjadi perpanjangan kasih Tuhan untuk banyak orang. Sedangkan kegiatan sosial
bisa dilakukan dengan membuat aksi untuk mewujudkan perhatian kepada mereka
yang lemah, miskin, kecil, tersingkir dan difabel.
PENGEMBANGAN IMAN
DALAM KELUARGA, SEKOLAH, LINGKUNGAN
DAN PAROKI
DALAM KELUARGA, SEKOLAH, LINGKUNGAN
DAN PAROKI
1. Tahun
Iman telah ditutup pada tanggal 24 November 2013 pada Hari Raya Tuhan Yesus
Raja Semesta, tepat seminggu sebelum memasuki Masa Adven. Tahun Iman telah
membuahkan kesadaran akan pentingnya pendalaman dan penghayatan iman dewasa ini.
Di paroki-paroki pendalaman iman melalui berbagai kegiatan pembelajaran
pokok-pokok iman terus terjadi dan semakin meluas. Demikian juga penghayatan iman melalul
doa, devosi dan liturgi pun semakin mendalam.
Pengembangan Iman
2. Satu kesadaran baru yang akan terus dikembangkan oleh Keuskupan dalam rangka mewujudkan iman mendalam dan tangguh adalah perlunya pengembangan iman. DKP (Dewan Karya Pastoral) telah mengadakan Studi dengan tema Pengembangan Iman bagi anak, remaja dan orang muda. Begitu juga, Dewan Konsultor KAS yang diperluas, juga telah mengadakan studi bersama mengenai Katekese Total dan Integral dalam rangka pengembangan atau formatio iman tersebut. Dari hasil studi itu, direkomendasikan untuk membuat pengembangan iman secara berjenjang, mulai dan keluarga, anak, remaja, orang muda dan orang dewasa. Pengembangan iman ini bukan garapan satu kelompok saja tetapi merupakan usaha bersama yang melibatkan keluarga, sekolah dan paroki. Kelompok-kelompok itu merupakan promotor terbentuknya pengembangan iman dalam setiap jenjang. Karenanya katekese memang harus total dalam arti melibatkan kelompok-kelompok dan menyapa semua orang beriman. Katekese juga haruslah integral dalam arti ada kerjasama dalam menggarap pengembangan atau formatio.
3. Adven 2013 mengangkat tema Pengembangan Iman, dalam Keluarga,
Sekolah, Lingkungan dan Paroki. Pengembangan iman merupakan upaya yang
mengandaikan ada pendampingan, pembelajaran, pembiasaan yang menghasilkan suatu
habitus (cara pikir dan cara bertindak).
Proses Pertemuan
4. Pengembangan iman yang diolah dalam empat pertemuan
Adven adalah pengembangan iman di dalam keluarga, sekolah, lingkungan dan
paroki. Masing-masing memiliki peran yang saling melengkapi bagi pembentukan
iman pribadi. Keluarga merupakan basis pengembangan iman, dimana masing-masing
anggota mengusahakan tumbuh dan berkembangnya iman. Dalam mengembangkan iman
anak, orang tua bermitra dengan sekolah yang menjadi tempat sosialisasi dan
interaksi anak. Maka keluarga dalam menyekolahkan anak hendaknya jangan hanya didasarkan
pada penilaian dan pertimbangan akademik, tetapi juga pertimbangan pastoral
demi iman anak.
5. Keluarga bersama-sama dengan lingkungan mengembangkan komunitas basis beriman. Komunitas basis beriman adalah komunitas yang menghayati hidup sebagaimana telah dihayati oleh jemaat perdana, dimana ada interaksi antar warga lingkungan untuk mewujudkan persekutuan yang diisi dengan sharing iman, sharing hidup yang dikuatkan melalui doa dan Ekaristi. Masing-masing keluarga memiliki andil dalam membentuk komunitas tersebut. Paroki menjadi komunitas yang lebih besar dengan kegiatan-kegiatan yang lebih kompleks pula. Kesediaan untuk terlibat dalam aneka kegiatan demi kepentingan umat yang lebih luas akan menjadikan Gereja semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat. Akhirnya pertemuan berpuncak pada ibadat bersama perayaan keluarga kudus yang menjadi simbol bagi semua keluarga yang menyediakan diri bagi lahirnya Yesus di tengah-tengah kehidupan. Keluarga kudus juga menjadi simbol dan keluarga yang melayani Yesus yang hadir dalam diri sesamanya.
Metode Pertemuan
6. Metode pertemuan Adven ini menggunakan metode AsIPA (Asian
Integral Pastoral Approach). Asian menunjukkan konteks umat dengan
segala situasi kehidupannya. Integral menegaskan keseimbangan antara rohani dan sosial,
pribadi dan komunitas, umat beriman dengan lembaga-lembaga gerejawi. Pastoral
menegaskan tanggung jawab umat untuk terlibat dalam visi dan misi Gereja di
tengah dunia. Approach menegaskan suatu dan komunitas, suatu pendekatan yang
berpusat pada Kristus pendekatan yang melibatkan umat untuk ambil bagian secara
aktif dalam gerak pastoral yang transformatif (mengembangkan).
7. Metode AsIPA merupakan suatu cara mewujudkan Gereja
Partisipatif yang digunakan dalam Komunitas Basis Gerejawi. Caranya teks-teks (panduan)
disusun bagi para pemandu/ fasilitator pertemuan pada tingkat akar rumput umat
beriman (lingkungan/blok). Teks dirumuskan secara sederhana sehingga
memungkinkan keterlibatan semua umat untuk berbagi pengalaman, gagasan,
refleksi dan rencana aksi yang akan dilakukan. Seorang pemandu tidak boleh puas
dengan satu jawaban dan suatu pertanyaan tetapi mendorong sebanyak mungkin umat
memberi jawaban. Tambahan dimaksudkan untuk membantu menambah atau memperkaya
temuan umatdan dapat berfungsi juga sebagai masukan/ringkasan semua temuan
dengan tetap menghargai semua jawaban/sharing umat.
8. Metode AsIPA tidak berhenti pada sharing atau berbagi
pendapat. Metode ini sekaligus mengajak umat untuk merencakan suatu tindakan
konkret yang bisa dilakukan untuk mengembangkan suatu topik pembicaraan baik
yang bersumber dan Cerita/Kisah maupun dan Kitab Suci. Maka prosesnya, setiap
akhir pertemuan ada aksi yang dilakukan balk secara bersama atau secara
pribadi, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.
9. Penyalaan lilin Adven tidak hanya menandai masa Adven
yang berlangsung empat minggu. Penyalaan lilin juga mengandung suatu permohonan
pada Tuhan untuk hadir menerangi semua umat sehingga bisa menghayati
persekutuan lebih erat, mengambil bagian dalam proses pertemuan melalui
sharing, kesaksian, curah pendapat yang bisa memperkaya iman dan hidup semua
umat. Lilin dinyalakan secara bertahap dan minggu pertama sampai minggu keempat
melambangkan kehadiran Tuhan yang semakin mendekat yang mengajak umat untuk
semakin pantas dalam menyambutnya.
10. Itulah yang diharapkan dalam Adven 2013 ini. Semoga
dalam setiap pertemuan, masing-masing pribadi bisa saling menyumbangkan
pendapat, gagasan dan sekaligus kesaksian iman untuk saling meneguhkan iman
sehingga tidak goyah oleh derasnya arus dan gehombang kehidupan.
Ketua Komisi Kateketik KAS
FX. Sugiyana, Pr