| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Pertemuan Adven II, Keuskupan Agung Semarang: Pengembangan Iman di Sekolah


A. Bahan untuk Pemandu

1. Tujuan Pertemuan

a. Umat dan keluarga katolik menyadari bahwa sekolah sebagai mitra para orangtua/keluarga dalam pengembangan iman.
b. Umat dan keluarga katolik semakin disadarkan mengenai pentingnya memperkuat tanggungjawab pengembangan iman anak selain di sekolah.

2. Gagasan Dasar Pertemuan
Di dalam pertemuan yang pertama telah ditegaskan bahwa pengembangan iman pertama dan utama berangkat dan tengah keluarga. Orangtua adalah penanggungjawabnya. Dalam kenyataannya sekarang mi, sebagian besar waktu orangtua telah habis untuk bekerja. Akhirnya pendidikan iman bagi anak-anak tidak lagi mencukupi seperti apa yang diharapkan. Dan situasi seperti inilah, ada sebagian orang tua zaman sekarang cenderung menyerahkan pengembangan iman anak-anak ke sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah-sekolah memang menyelenggarakan Pelajaran Agama Katolik, baik sekolah Negeri maupun sekolah swasta Katolik. Namun, melihat tuntutan dunia kerja zaman sekarang, ada sebagian juga orangtua yang cenderung tidak lagi mementingkan pendidikan iman bagi anak-anak. Prioritas utama pemilihan pendidikan lebih pada ilmu-ilmu pengetahuan yang menunjang kebutuhan hidup anak-anak di masa yang akan datang, termasuk dalam memilihkan sekolah. Tidak sedikit para orangtua lebih memilihkan sekolah dengan predikat tertentu atau sekolah umum tanpa memperdulikan Pelajaran Agama Katolik dan kegiatan-kegiatan bernuansa Katolik yang bisa semakin mengembangkan iman anakanak. Memilih sekolah yang mengutamakan nilai-nilai kristiani itu bukan pilihan utama. Apalagi, ketika orangtua tidak sempat mendampingi anak-anaknya dalam pendidikan iman, semakin jauhlah suasana keberiman terbangun. Maka, keberadaan sekolah yang menyelenggarakan Pelajaran Agama Katolik dan kegiatan-kegiatan iman Katolik patut disyukuri, dalam arti tertentu dapat membantu dan melengkapi tugas dan peran orangtua mendidik iman anak-anak. Keluarga seharusnya menempatkan sekolah sebagai mitra dalam kelangsungan pengembangan iman. Walaupun demikian, para orang tua hendaknya tetap memberikan perhatian lebih bagi pengembangan iman anak-anak di tengah keluarga.

B. Bahan Pertemuan

1. Pembuka

a. Lagu Pembuka

b. Tanda Salib
P:   Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P:   Kasih karunia dan damai sejahtera dan Allah Bapa dan dan Putera-Nya Yesus Kristus, beserta kita
U: Sekarang dan selama-lamanya

c. Pengantar
P:   Pada pertemuan Adven Pertama, kita telah diajak mendalami bersama keluarga sebagai basis hidup beriman. Di dalam keluargalah pendidikan iman pertama dan utama ditanamkan bagi anak-anak. Namun, perlu kita sadari keterbatasan, kita memerlukan bantuan dan kerjasama lembaga pendidikan formal khususnya sekolah sebagai mitra orang tua dalam mendidik anak. Maka dalam pertemuan kedua ini, kita diajak bersama sama merefleksikan peran sekolah dalam membantu pendidikan iman bagi anak-anak kita.

d. Tobat
P:   Kita sadari bahwa kita memiliki kekurangan terutama dalam tanggung jawab kita untuk mengembangkan iman untuk anak-anak kita, terutama bersama dengan sekolah, marilah kita memohon belas kasih dan pengampunan Tuhan.
U: Saya mengaku
P:   Semoga Allah yang maha kuasa mengasihani kita mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U:  Amin.

e. Penyalaan lilin Korona
Lilin kedua dinyalakan oleh salah seorang bapak atau ibu yang bekerja sebagai guru dan dilanjutkan dengan doa oleh pemandu.
P:   Allah Bapa yang mahakasih, kami telah memasuki masa Adven ini, masa penantian akan kedatangan Putera-Mu terkasih. Kami mohon semoga lilin Adven ini menerangi hati kami agar semakin pantas untuk menyambut Putera-Mu yang lahir di tengah-tengah kami. Semoga lilin ini juga menerangi hati kami yang berkumpul untuk merenungkan hidup kami yang Kaupanggil untuk mendidik iman bagi anak-anak kami. Semoga dengan bimbingan sabda-Mu kami dapat mengembangkan bersama dengan sekolah-sekolah dalam mendidik iman. Permohonan ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dan Roh Kudus, sepanjang segala masa.
U: Amin

2. Situasi Nyata

a. Kisah Pengalaman
Pemandu bisa meminta salah satu umat untuk membacakan kisah di bawah ini
Namaku Leonardus Sugiyo, Seorang Bapak dengan dua orang anak. Anakku yang pertama sekarang sudah sekolah di tingkat SMP kelas 2, sedangkan anakku yang kedua baru kelas 4 SD. Sebagai seorang Katolik aku berusaha mendidik anak-anakku secara katolik. Mengajak mereka ke Gereja setiap hari Minggu, mengajak mereka setiap kali ada kegiatan doa lingkungan, mereka juga selalu aku dorong untuk ikut kegiatan PIA di lingkungan. Agar semakin akrab dengan Gereja, anakku yang besar juga aku dukung untuk ikut menjadi Putra Altar setelah menerima Komuni Pertama. Aku bangga dengan anak-anakku! Aku sadar bahwa dengan pekerjaanku saat ini tidak dapat sepenuhnya menemani mereka belajar, mengajari mereka berdoa atau mengajari mereka pelajaran agama katolik. Aku yakin mereka sudah disekolahkan, pasti di sekolah sudah mendapatkan pelajaran agama katolik. Namun akhir-akhir ini, aku mulai gelisah dengan sikap anakku khususnya anakku yang pertama. Aku pikir setelah masuk sekolah SMP dia akan semakin berkembang imannya di sekolah bersama teman-teman dan guru agamanya. Saat ini, dia semakin jarang mau diajak ke gereja mingguan, ia malah sering main dengan teman-teman sekolahnya. Ia tidak mau lagi tugas Putra Altar. Diajak doa lingkungan juga tidak mau. Pernah aku mencoba mengajak dia bicara, tetapi dia malah marah-marah. Aku jadi bingung sendiri! Aku sudah pilihkan sekolah yang bermutu baginya. Aku sudah susah-susah carikan biaya untuk sekohahnya. Tetapi mengapa dia sekarang malah menjadi seperti itu?

b. Pendalaman
Pemandu bisa meminta salah satu umat untuk membacakan pertanyaan secara bergilir, kemudian pertanyaan dapat didalami dalam kelompok-kelompok kecil atau disharingkan secara Iangsung
1)      Apa yang dikisahkan dalam cerita tersebut?
2)      Apa yang digelisahkan oleh Pak Leonardus Sugiyo?
3)      Apakah situasi dalam cerita ini juga terjadi/pernah terjadi di dalam keluarga kita?
4)      Menurut Anda perlukah pendidikan iman di sekolah itu? Mengapa?

c. Tambahan
1)      Banyak sekolah cenderung mengutamakan mutu akademik (nilai rapot) dibandingkan mengutamakan perkembangan kepribadian dan rohani anak.
2)      Banyak orang tua cenderung memilihkan sekolah untuk anak-anak hanya dengan pertimbangan murah dan mutu prestasi akademik sekolah serta mengesampingkan tawaran nilai kristiani.
3)      Banyak orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan iman anak pada sekolah.
4)      Pergaulan anak dengan teman di sekolah mempengaruhi perilaku di rumah dan lingkungan.
5)      Hendaknya dalam memilih sekolah, bukan hanya mengejar murah dan mutu akademik dan sekolah saja, tetapi juga mempertimbangkan nilai pendidikan iman anak.
6)      Kedudukan Pelajaran Agama Katolik dan kegiatan-kegiatan iman Katolik di sekolah adalah membantu dan melengkapi tugas dan peran orangtua mendidik iman anak-anak. Tentu saja, ada keterbatasan jam pelajaran agama atau kegiatan agama katolik di sekolah tidak bisa sepenuhnya menjadi jaminan anak akan mendapatkan pendidikan iman yang cukup.

3. Inspirasi Kitab Suci

a. Bacaan Kitab Suci Lukas 2:43-52
Pemandu bisa meminta umat untuk membacakan secara bergiliran tiap satu ayat
2:43     Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
2:44     Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
2:45     Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.
2:46     Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
2:47     Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segaiajawab yang diberikan-Nya.
2:48     Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.”
2:49     Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
2:50     Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.
2:51     Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
2:52     Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

b. Pendalaman
Pemandu meminta umat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1)      Dari teks tersebut, seperti apakah gambaran pribadi Yesus pada waktu kecil?
2)      Melihat kecerdasan Yesus seperti itu, kira-kira bagaimana gambaran pendidikan iman yang diperoleh Yesus?
3)      Bagaimana tindakan Yusup dan Maria setelah mendapatkan Yesus kembali dari bait Allah?
4)      Nilai apa yang bisa dipetik bagi kelangsungan perkembangan iman kita?

c. Tambahan
1)      Yesus mendapatkan perhatian khusus dalam pendidikan imannya dan orang tuanya.
2)      Yesus juga semakin memperkembangkan pengetahuan imannya di Bait Allah.
3)      Bait Allah ditempatkan oleh Yusup-Maria menjadi salah satu “mitra” dalam memperkembangkan iman Yesus.
4)      Walaupun Yesus telah teruji pengetahuannya di Bait Allah namun orangtuanya tetap membawa kembali ke dalam keluarga untuk dididik agar semakin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya.
5)      Bukti perkembangan hikmat yang baik terletak pada makin dikasihi oleh Allah dan manusia.
6)      Perkembangan iman perlu didukung dan berbagai pihak termasuk dan tempat pendidikan (sekolah)

4. Aksi
Pemandu mengajak umat membicarakan apa yang bisa dilakukan setelah mendalami topik lewat Situasi Nyata dan Inspirasi Kitab Suci. Hasil dicatat dan ditegaskan kembali yang hendak dilakukan sebagai tindakan nyata (aksi) dan pertemuan.
Dan refleksi iman di atas, kita disadarkan kembali bahwa Keluarga tetap menjadi tempat pertama dan utama dalam pembinaan iman. Sekolah diperlukan juga bagi kita sebagal mitra dalam mendampingi dan memperkembangkan iman anak-anak.
a.       Apa yang dapat kita lakukan agar anak-anak juga berkembang imannya di sekolah?
b.      Sebagai umat lingkungan dukungan macam apa yang bisa kita berikan bagi keluarga-keluarga yang sedang dalam masa mendidik anak-anak?

5. Penutup
Pertemuan dapat diakhiri dengan doa spontan dan umat yang hadir, kolekte, dilanjutkan dengan doa Bapa Kami dan Doa Penutup.

a. Doa Spontan/Doa Umat (dipersilahkan yang bersedia)

b. Doa Bapa Kami (didoakan bersama)

c. Doa Penutup 
P:   Allah yang Mahabijaksana, kami bersyukur karena telah diperkenankan mendalami tema Sekolah sebagai mitra pendidikan iman bagi anak-anak kami. Berilah kami tekad yang kuat dalam menantikan Yesus Sang Juru Selamat untuk dapat menerangi budi dan pikiran kami. Semoga melalui Putra Allah yang menjelma menjadi manusia ini kami semakin diteguhkan iman kepercayaan kami dan mampu mewariskan iman kami kepada anak-anak kami. Kami berdoa juga untuk sekolah-sekolah dimana anak-anak kami menjalani masa pendidikannya, semoga sekolah-sekolah juga mengedepankan nilai-nilai kristiani dalam mengembangkan karya pendidikannya. Semua ini kami haturkan dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
U: Amin.

d. Berkat
P:   Tuhan beserta kita
U: Sekarang dan selama-lamanya
P:   Semoga kita dan keluarga dan diberkati oleh Allah yang dan Putena dan Roh Kudus.
U: Amin
P:   Dengan demikian, pertemuan selesai
U: Syukur kepada Allah

e. Lagu Penutup

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy