| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Minggu, 16 Maret 2014 Hari Minggu Prapaskah II

Minggu, 16 Maret 2014
Hari Minggu Prapaskah II
   
Tak seorang pun boleh malu terhadap salib Kristus, yang digunakan-Nya untuk menebus dunia (St. Leo Agung)
   
Antifon Pembuka

Kepada-Mu, ya Tuhan, hatiku berkata, "Kucari wajah-Mu." Wajah-Mu kucari, ya Tuhan, janganlah memalingkan muka daripadaku.(Bdk. Mzm 27:8-9)

Tibi dixit cor meum quaesivi vultum tuum, vultum tuum Domine requiram: ne avertas faciem tuam a me. Dominus illuminatio mea, et salus mea: quem timebo? Gloria Patri… (Bdk. Mzm 27:8-9.1)

Doa Pagi
 
Ya Allah, Engkau menghendaki agar kami mendengarkan Putra-Mu yang terkasih. Semoga Engkau berkenan menggerakkan hati kami dengan Sabda-Mu dan memurnikan mata batin kami agar dapat memandang kemuliaan-Mu dengan sukacita. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Kejadian (12:1-4a)
    
"Panggilan Abraham, bapa Umat Allah."
   
Di negeri Haran Tuhan bersabda kepada Abram, “Tinggalkanlah negerimu, sanak saudaramu dan rumah bapamu ini, dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan akan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Dan segala kaum di muka bumi akan menerima berkat karena engkau.” Maka berangkatlah Abram sesuai dengan sabda Tuhan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
 
Mazmur Tanggapan, do = c, 4/4, PS 812
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Ayat. (Mzm 33:4-5.18-19.20.22; Ul: 22)
1. Firman itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.
2. Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang bertakwa kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
3. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong dan perisai kita, kasih setia-Mu ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu.

Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 1:8b-10)
 
"Allah memanggil kita dan mendatangkan hidup."
      
Saudaraku terkasih, berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil Yesus! Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri. Semua ini telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman, dan semua itu sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus. Dengan Injil-Nya Kristus telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Mrk 9:6)
Dari awan terdengarlah suara Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (17:1-9)
  
"Wajah-Nya bercahaya seperti matahari."
 
Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka: Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Sementara Petrus berkata begitu, tiba-tiba turunlah awan yang terang menaungi mereka, dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia!” Mendengar itu tersungkurlah murid-murid Yesus dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka. Ia menyentuh mereka sambil berkata, “Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung, Yesus berpesan kepada mereka, “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
 
Antifon Komuni
 
Inilah Putra-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan; dengarkanlah Dia! (Mat 17:5)
 
atau 
 
 
Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati. (Mat 17:9) 
  
Renungan


Ibu Teresa dari Kalkuta pernah mengungkapkan bahwa hidup adalah penderitaan, maka jalanilah. Suka dan duka, senang dan susah, tangis dan tawa menyertai perjalanan hidup manusia. Suka atau tidak suka, manusia mesti hidup dalam kenyataan yang tak jarang memunculkan penderitaan. Penderitaan itu harus dijalani, bukan lari atau menghindarinya.

Bacaan Injil Minggu Prapaskah II ini mengisahkan pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes yang terbuai oleh kenikmatan penampakan kemuliaan di atas gunung. Memang pengalaman itu indah dan memukau. Ketika mereka ingin berlama-lama mengalami indahnya kemuliaan, Yesus datang membangunkan khayalan mereka. Yesus tidak meluluskan permintaan Petrus untuk tinggal di puncak gunung dengan mendirikan tiga kemah. Yesus mengajak mereka kembali turun gunung. Meninggalkan zona aman dan nyaman. Ajakan tersebut menjadi gambaran jelas, bahwa manusia harus hidup realistis. Hadapi kehidupan yang beranekaragam warna. Suka dan duka, senang dan susah, tangis dan tawa, semuanya. Sekalipun harus menghadapi penderitaan; kita harus berani menghadapi dan menjalaninya. Orang tidak bisa lari dari penderitaan. Yesus dengan langkah mantap memberikan teladan berjalan menuju Yerusalem.

Melalui pengalaman hidup Musa, Elia dan Yesus kita belajar untuk menghadapi aneka warna kehidupan. Di Mesir, Musa membela kebenaran. Dia tidak disenangi. Dia harus menderita dan dikejar-kejar. Ia kemudian lari ke padang belantara sebagai gembala. Tetapi, Allah mengutus dia kembali ke Mesir. Dia harus memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Sebagai utusan Allah, ia setia dan mau menderita sampai mati. Demikian pula Elia. Ia membela Tuhan dengan berperang melawan nabi-nabi Baal. Namun, keberaniannya berujung pada penderitaan. Ia dikejar-kejar Izebel sampai di puncak Gunung Horeb.

Gambaran nyata keberanian dan ketabahan menghadapi penderitaan hidup nampak jelas dalam diri Yesus. Dalam Dia kita memahami arti penderitaan. Jalan kemuliaan Yesus adalah jalan salib dan penderitaan.

Rahasia bagi orang-orang yang mampu memaknai penderitaan dan tabah dalam penderitaan adalah mendengarkan suara Allah; seperti Abraham, Musa dan Elia. Mereka taat dan setia pada Sabda Allah. Meski harus menderita, mereka terus berjuang melakukannya. Bagi pengikut Yesus, kalimat “Dengarkanlah Dia” (Mat 17:5) menjadi jawaban rahasia menjalani kehidupan ini. Kebahagiaan dan ketabahan menjalani hidup akan menjadi nyata, bila kita mau mendengarkan Dia. Iman, harapan dan kasih akan Yesus Kristus menjadi pilar utama yang menyokong sikap setia kepada Allah. Dengan begitu, setiap pengorbanan yang dilakukan berdasarkan iman, akan mendapatkan arti dan nilai dalam kesatuan dengan penderitaan Yesus sendiri.

Yesus dimuliakan di kayu salib; demikian juga hidup kita sungguh menjadi mulia bila menang atas salib atau penderitaan hidup kita. Bersikap tidak lari dari penderitaan berarti meneladan sikap Yesus juga yang tidak lari dari salib. Di dalam salib, di dalam penderitaan ada kemenangan, ada kemuliaan. Kemenangan dan kemuliaan itulah yang akhirnya mendatangkan rahmat dan berkat bagi semua manusia.
 
“Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya di hadapan saksi-saksi yang dipilih-Nya; dan Ia membuat tubuh, yang Ia miliki bersama dengan manusia lainnya. Ia bersinar dengan cahaya cemerlang, hingga wajah-Nya menjadi terang seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih seperti kapas. Dengan mengubah rupa-Nya seperti ini, Tuhan khususnya ingin menghindarkan, agar para murid jangan sampai mendapatkan sandungan dalam hatinya, salib.” (Paus Leo Agung)

  RUAH

     
Video nyanyian Mazmur Tanggapan, Bait Pengantar Injil dan Antifon Komuni tersedia di FB Renungan Pagi @blogspot, tanggal posting: 14-16 Maret 2014

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy