Natal itu perayaan “Dari Atas ke Bawah”, sedang Paskah adalah awal perayaan “Dari Bawah ke Atas”. Nanti secara lebih jelas dirayakan pada Hari Raya Kenaikan. Kalau Sorga itu digambarkan di atas dan bumi di bawah, maka perayaan Natal adalah perayaan yang dilakukan karena ada gerak turun. Allah masuk ke dalam dunia manusia, dan tinggal di tempat manusia itu hidup. Allah, yang selalu lebih besar daripada sebutan tentang Diri-Nya, yang menciptakan langit dengan segala isinya, segala benda angkasa termasuk bumi, menjadi salah satu dari penghuni bumi itu. Siapa Dia? Tak akan diketahui siapa Dia bilamana Dia tak memperkenalkan Diri. “Credo” – “Aku Percaya” tentu tak disusun secara sembarangan, itu merupakan jawaban atas sebuah perwahyuan.
Secara pribadi, saya selalu merasa kagum bila mana mengucapkan:”Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta Langit dan Bumi….” – Terbayang di dalam benak saya, gambaran langit dengan benda-benda angkasa, yang jarak satu dengan lainnya dihitung bukan dengan kilometer, melainkan dengan tahun cahaya. Tak semua masuk ke dalam bayangan saya, juga tak masuk dalam pikiran saya. Saya begitu kecil dan Dia tak terhingga.
Dia itu turun ke bumi, menelusuri setiap langkah manusia, segala pengalaman manusia dialami sehabis-habisnya, sampai tuntas bahkan sampai ke maut sekalipun. Ke-Allah-an tenggelam secara habis-habisan di dalam ke-manusia-an.
Tetapi Dia Allah, Yang Mahakuasa, begitu manusia mencoba mencari kata untuk berusaha mengatakan betapa agung-Nya. Maut tak mampu mengalahkan-Nya. Sebaliknya, Dia kalahkan maut. Dia bangkit. Maka Paskah adalah perayaan “Dari Bawah ke Atas”. Di dalam Natal, Allah yang Maha Agung itu masuk ke dalam kekecilan manusia, Allah yang tak terbatas itu masuk ke dalam keterbatasan. Dalam bahasa filsafat Allah yang transenden itu masuk ke dalam yang imanen. Maka Paskah menjadi perayaan kebebasan, karena maut yang hanya dipahami sebagai yang paling membatasi manusia dikalahkan. Dia bebas dari yang terbatas menuju yang tak terbatas.
Dengan bangkit-Nya, terjadilah gerak baru. Bukan lagi hanya “Dari Atas ke Bawah” tetapi juga “Dari Bawah ke Atas”. Gerak pertama adalah gerak dari Allah ke Manusia maka yang kedua adalah dari Manusia menuju ke Allah. Masuknya Allah menjadi manusia mengundang manusia untuk tahu harga dirinya, yaitu harga diri Ilahi. Maka harga diri manusia menjadi semakin jelas. Melalui peristiwa Yesus Kristus ini, penghormatan Allah baru menjadi lengkap kalau juga merupakan penghormatan akan manusia.
Kita dapat menjadi kagum dan bersyukur ketika Dia turun. Kita dapat menjadi kagum lagi dan bersyukur lagi ketika Dia bangkit. Dia bergerak untuk bebas dari keterbatsan yang dialami-Nya. Dia mengajak kita yang selama ini berada di bawah ini untuk ke atas menuju kepada-Nya. Secara hakiki kita diundang masuk dari kemanusiaan ke dalam keilahian. Paskah adalah Perayaan Manusia yang diundang untuk bergerak ke Allah. Karena kebangkitan-Nya, kita diundang untuk bangkit, ya kita manusia ini, telah diberi contoh bagaimana bergerak ke Atas. Semoga kita mampu menjawab undangan-Nya.
Jakarta, Paskah 2014
Rm. Ignatius Ismartono, SJ