| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Sabtu, 19 April 2014 Vigili Paskah

Sabtu, 19 April 2014
Vigili Paskah
   
Kej. 1:1 - 2:2; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,13-14,24,35c; Kej. 22:1-18; Mzm. 16:5,8,9-10,11; Kel. 14:15 - 15:1; MT Kel. 15:1-6,17-18; Yes. 54:5-14; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Bar. 3:9-15,32 - 4:4; Mzm. 19:8,9,10,11; Yeh. 36:16-17a,18-28; Mzm. 42:3,5bcd; 43:3,4; Rm. 6:3-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Mat. 28:1-10

Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

Maria Magdalena dan teman-temannya, yang pagi-pagi buta mengunjungi kubur Yesus pada hari ketiga setelah Ia dimakamkan mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Ada 4 titik pengalaman yang mereka jumpai. Pertama, mereka berjumpa dengan malaikat yang memberitahukan bahwa Yesus telah bangkit dan mengutus mereka untuk mewartakan kebangkitan Yesus itu kepada murid-murid-Nya. Kedua, dengan diliputi rasa takut dan sukacita, mereka segera pergi untuk memberitahu para murid. Ketiga, mereka berjumpa dengan Yesus yang bangkit lalu mendekati, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya. Keempat, mereka menerima dari Yesus sendiri tugas perutusan untuk memberitakan kebangkitan-Nya kepada para murid.

Berdasarkan keempat pengalaman paskah Maria Magdalena dan teman-temannya ini, kita dapat menarik benang merah bahwa merayakan paskah berarti menerima warta sukacita akan kebangkitan Kristus; berjumpa dengan Kristus yang bangkit; mendekati, memeluk dan menyembah-Nya; serta menerima dan melaksanakan tugas perutusan untuk mewartakan kebangkitan-Nya. Keempat pengalaman paskah ini, sesungguhnya juga kita alami dalam Perayaan Ekaristi Malam Paskah ini dan juga dalam setiap perayaan Ekaristi lainnya.

Malam ini, melalui Upacara Cahaya, Exultet (Pujian Paskah), dan bacaan-bacaan Kitab Suci, khususnya Epistola dan Injil, kita menerima pewartaan akan kebangkitan Kristus. Pewartaan akan Kristus yang bangkit ini merupakan cahaya yang menghalau kegelapan dalam hidup kita. Sebab, kebangkitan-Nya membuka masa depan yang cerah bagi kita. Kita dibebaskan dari dosa dan dianugerahi hidup baru (Rm 6:4). Oleh karena itu, kita bersama-sama memperbarui janji baptis kita supaya kita sungguh-sungguh dimampukan untuk hidup secara baru sesuai dengan jatidiri kita sebagai anak-anak Allah.

Kemudian, dalam Liturgi Ekaristi, kita berjumpa dengan Kristus yang bangkit dalam rupa roti dan anggur. Kita percaya sepenuhnya bahwa roti dan anggur yang diberkati dalam Doa Syukur Agung, sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus. Meskipun mata indrawi kita melihat bahwa itu adalah roti dan anggur, tetapi mata iman kita memastikan bahwa itu adalah Kristus sendiri. Ia sungguh-sungguh hadir menjumpai kita dan berkata, “Makanlah, inilah tubuh-Ku … Minumlah, inilah darah-Ku!”.

Kepada Kristus yang hadir dalam rupa roti dan anggur itu kita sujud menyembah-Nya. Kita menyampaikan sembah bakti kepada-Nya. Kemudian, pada saat komuni, kita melakukan seperti Maria Magdalena dan teman-temannya yang mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya (Mat 28:9). Kita pun berarak mendekati Tubuh Kristus, menyembah-Nya dan memeluk-Nya dengan telapak tangan kita kemudian menyantap-Nya.

Akhirnya, kita pun juga diutus untuk mewartakan kebangkitan Kristus. “Ite, missa est!” Seruan bahasa latin ini tidak berarti “Misa telah/sudah selesai”, tetapi “Pergilah, kalian diutus!” Maka, seperti Maria Magdalena dan teman-temannya yang diutus oleh malaikat dan Yesus sendiri untuk mewartakan kebangkitan Kristus, kita pun diutus untuk menjadi saksi dan pewarta kebangkitan Tuhan. Artinya, setelah merayakan kebangkitan Tuhan, kita hidup secara baru dalam semangat kebangkitan, yakni semangat cinta kehidupan. Sebagaimana Yesus sendiri telah mengalahkan kematian dan menganugerahkan kehidupan, maka kita pun harus melawan budaya kematian (korupsi, pemiskinan, penindasan, ketidakadilan, pengrusakan lingkungan, dll). Dengan semangat paskah, kita tumbuh kembangkan budaya kehidupan dengan mencintai sesama, memperjuangkan keadilan, mengentaskan kemiskinan dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
 
Rm. Ag. Agus Widodo, Pr

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy