Hari Biasa Pekan V Paskah
Kis 16:1-10; Mzm 100:1-2.3.5; Yoh 15:18-21
"Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan supaya jemaat-jemaat menurutinya" (Kis 16:4).
Dibandingkan para rasul, Paulus jelas lebih terdidik, terpelajar dan intelek. Dari pengakuannya, dia berasal dari sebuah kota yang terkenal di Kilikia, "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di Kilikia" (Kis 21:39). Sementara itu, para rasul sebagian besar berasal dari sekitar pesisir danau Galilea (Mat 4:18-22). Pendidikan di kota besar (terkenal) tentu lebih baik daripada di kota kecil, apalagi di pesisir. Lebih dari itu, Paulus dibesarkan dan dididik di Yerusalem, "Aku ... dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel" (Kis 22:3). Gamaliel adalah seorang ahli taurat dan mahaguru paling terkenal yang sangat dihormati (Kis 5:24). Menurut Paulus sendiri, ia adalah seorang murid yang sangat berhasil (Gal 1:14) sehingga menjadi orang penting baik dalam jemaat sinagoge maupun di dewan tertinggi orang Yahudi, yakni Sanhedrin (Kis 26:10). Sementara itu, sebagian besar para rasul - paling tidak Petrus, Andreas, Yohanes dan Yakobus (Mat 4:18-22) - hanyalah nelayan yang kemungkinan besar tidak mengenyam pendidikan formal. Meskipun demikian, Paulus sangat mengormati para rasul dan taat pada keputusan mereka. Ketika ia dan jemaatnya di Antiokhia menghadapi masalah, Paulus tidak mengambil keputusan dengan menggunakan otoritas dan pemikirannya sendiri tetapi menghadap para rasul dan penatua di Yerusalem untuk membicarakannya dengan mereka (Kis 15:1-21). Paulus pun taat ketika diutus kembali ke Antiokhia untuk membawa surat dari para rasul dan menyampaikan keputusan mereka (Kis 15:22). Selanjutnya, "Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan supaya jemaat-jemaat menurutinya" (Kis 16:4).
Sikap Paulus ini, sangat mengesankan. Meski dalam segala hal, baik asal-usul, pendidikan maupun pengetahuan, ia lebih dari para rasul, namun ia sangat menghormati para rasul dan taat pada keputusan mereka. Ia sadar bahwa para rasul mempunyai otoritas yang lebih tinggi daripadanya sehingga ia mendengarkan mereka dan melaksanakan keputusan-keputusan mereka serta meminta kepada jemaatnya untuk taat dan melaksanakan keputusan para rasul. Meskipun ia lebih baik dalam pendidikan dan pengetahuan dibanding para rasul, tetapi ia menyadari dan mengakui sebagai "yang paling hina dari semua rasul" (1 Kor 15:9). Ia sungguh-sungguh menghayati semangat kerendahan hati sebagaimana dinyatakannya kepada para penatua jemaat di Efesus "Dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan" (Kis 20:19). Berkat pendidikannya yang tinggi dan intelektualitasnya yang cemerlang serta kerendahan hatinya yang luar biasa itulah, Paulus berhasil membangun jemaat yang berkualitas di banyak tempat. Jemaatnya pun tetap hidup dalam persekutuan dan ketaatan pada ajaran para rasul, kendati Paulus telah meninggalkan mereka. Tidak hanya itu, Paulus menjadi rasul yang sangat dicintai jemaat (Kis 20:37).
Kita, dalam bidang-bidang tertentu, mungkin lebih baik, lebih tahu, lebih ahli, lebih intelek, dan lebih lebih yang lain, dibandingkan orang lain. Namun, kalau kita tidak mempunyai kerendahan hati dan ketaatan, kita tidak akan bisa membangun kerjasama dan memberikan pelayanan yang membuahkan sukacita dan damai sejahtera. Untuk itu, di mana pun berada, marilah menjadi pelayan-pelayan yang rendah hati dan taat. "Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan" (Luk 17:10) sebagaimana Yesus mengajarkan dan meminta kita untuk berbuat demikian.
Doa: Tuhan, berilah kami kerendahan hati dan ketaatan sebagai dasar bagi karya dan pelayanan kami, agar kami mampu membangun kerjasama dan memberikan pelayanan yang membuahkan sukacita dan damai sejahtera. Amin. -agawpr-