| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Kamis, 12 Juni 2014
Hari Biasa Pekan X

1 Raj 18:41-46;  Mzm 65:10abcd.10e-11.12-13; Mat 5:20-26

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."

Apa artinya menghayati hidup keagamaan secara benar? Beragama secara benar tidak cukup hanya dengan rajin dan tertib berdoa, beribadah, berliturgi dan melaksanakan semua ritual keagamaan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Semua itu penting dan harus kita laksanakan dengan baik, tetapi tidak boleh hanya berhenti di situ saja. Sebab, menghayati agama secara benar mencakup baik aspek vertikal, yakni hubungan yang harmonis dengan Tuhan, maupun aspek horizontal, yakni hubungan yang harmonis dengan sesama. Oleh karena itu, dalam Injil hari ini Yesus menegaskan bahwa antara memberikan persembahan kepada Tuhan dan berdamai atau berelasi baik dengan sesama adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan tetapi harus berjalan seiring. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ketika mendefinisikan arti agama, juga menegaskan pentingnya keseimbangan dan keharmonisan hubungan dengan Tuhan dan sesama, termasuk dengan lingkungan. Menurut KBBI, agama adalah " ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya". Demikian pula kalau kita memahami arti agama dari bahasa aslinya, yakni bahasa sansekerta: "A" yang berarti "tidak" dan "GAMA" yang berarti kacau. Agama berarti tidak kacau. Jadi, agama itu dimaksudkan untuk meniadakan kekacauan dan menciptakan keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungan. Dengan demikian, menghayati agama atau hidup beragama secara benar berarti menjalin hubungan yang harmonis dan damai baik dengan Tuhan, sesama maupun lingkungan. Dari sini jelas bahwa yang namanya kekerasan dan kekacauan atas nama agama tidak dapat dibenarkan sebab dengan sendirinya bertentangan dengan agama itu sendiri, apa pun nama agama itu.
  
Doa: Tuhan, semoga melalui semua agama yang ada di bumi ini, umat manusia semakin mampu menjalin relasi yang harmonis dan damai, baik dengan-Mu, dengan sesama, maupun dengan alam lingkungan. Amin. -agawpr-

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy