Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ulangan 4:40)
| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |
| Meditasi Antonio Kardinal Bacci |
Lumen Christi | Facebook
| Gabung Saluran/Channel WhatsApp RenunganPagi.ID
CARI RENUNGAN
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik"
Senin, 25 Agustus 2014
Hari Biasa Pekan XXI
2Tes. 1:1-5,11b-12; Mzm. 96:1-2a,2b-3,4-5; Mat. 23:13-22.
"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik"
Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang munafik. Kecaman Yesus terhadap kemunafikan mereka ini lebih keras daripada kecaman-Nya terhadap sikap dan tindakan mereka yang menolak-Nya, mencobai-Nya dan ingin membunuh-Nya. Mengapa? Sebab, kemunafikan itu sungguh berbahaya. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan "munafik" sebagai sikap "berpura-pura percaya atau setia dsb kpd agama dsb, tetapi sebenarnya dlm hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yg tidak sesuai dng perbuatannya; bermuka dua". Jadi, dalam kemunafikan selalu ada kepura-puraan, tipu muslihat dan kelicikan. Dengan demikian, sikap munafik itu menghambat dan menghalangi orang lain untuk melihat dan menemukan kebenaran. Orang munafik mempunyai penampakan luar yang selalu baik: rajin berdoa dan beribadah, pandai mengutip ayat Kitab Suci, pandai berkata-kata bijak, dll, tetapi hatinya penuh perasaan, niat dan rencana-rencana jahat. Dalam kaitannya dengan hidup keagamaan, orang-orang yang munafik menghayati aktifitas keagamaannya hanya sebatas sebagai kewajiban saja. Apa yang dirayakannya hanya berhenti sebagai ritual, tidak menjadi daya rohani yang mentransformasi sikap dan tindakan. Doa-doa mereka hanya sebatas di bibir saja dan paling pol sampai pada tataran kognitif, tetapi tidak sampai di hati apalagi dihayati dalam perilaku sehari-hari. Sikap seperti ini sangat mungkin menjadi penghalang bagi orang lain untuk datang kepada Tuhan dan memasuki Kerajaan Sorga (Mat 23:13). Sebab, orang akan mudah tergoda untuk berpikir: buat apa saya berdoa, ke gereja dan membaca Kitab Suci, wong mereka yang rajin berdoa, rajin ke Gereja dan pandai menguraikan Kitab Suci saja, hidupnya tidak baik, suka membicarakan dan menjelek-jelekkan orang lain, berlaku tidak adil, korupsi, dll. Untuk itu, marilah kita menghindari sikap munafik ini, menggantinya dengan sikap yang tulus dan rendah hati.
Doa: Tuhan, bantulah kami dengan rahmat-Mu untuk menghindari dan menjauhi sikap munafik. Amin. -agawpr-
terima kasih telah mengunjungi renunganpagi.id, jika Anda merasa diberkati dengan renungan ini, Anda dapat membantu kami dengan memberikan persembahan kasih. Donasi Anda dapat dikirimkan melalui QRIS klik link. Kami membutuhkan dukungan Anda untuk terus menghubungkan orang-orang dengan Kristus dan Gereja. Tuhan memberkati