Minggu, 31 Agustus 2014
Hari Minggu Biasa XXII
Yer. 20:7-9; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Rm. 12:1-2; Mat. 16:21-27.
"Enyahlah
Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan
memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia."
Petrus,
yang sebelumnya dipuji oleh Yesus kini dikatai sebagai iblis karena
menjadi batu sandungan bagi-Nya. Alasannya adalah karena ia tidak
memikirkan yang dipikirkan Allah tetapi hanya yang dipikirkan manusia.
Apa yang dialami Petrus ini, amat sering juga kita alami. Kita tidak
mampu memahami pikiran, rencana dan kehendak Allah sehingga cenderung
hanya mengikuti kehendak kita sendiri. Kepada para nabi yang tugasnya
mewartakan sabda dan kehendak-Nya saja, Tuhan mengatakan, "rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku ... Seperti
tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu
dan rancangan-Ku dari rancanganmu" (Yes 55:8.9). Kalau demikian, memang
sulit bagi kita untuk mengerti dan memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan
karena terbentang jarak yang amat jauh. Namun, yang sulit itu bukan
berarti tidak mungkin. Sebab, sebenarnya Tuhan sendiri berkenan
memberitahukan pemikiran dan rancanganya untuk kita. "Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah
firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan"
(Yer 29:11). Nah, ini. Jelas khan! Bagi kita, Tuhan mempunyai pemikiran
dan rancangan damai sejahtera dan masa depan penuh harapan. Dan untuk
mewujudkan rancangan-Nya itu, Ia mengutus Yesus Kristus, Putra-Nya,
untuk datang ke dunia dan harus menderita sengsara serta wafat di salib
lalu bangkit pada hari ketiga. Maka, ketika Petrus menolak cara Allah
mewujudkan damai sejahtera dan masa depan penuh harapan bagi kita
tersebut, ia dikatakan oleh Yesus tidak mengerti dan tidak memikirkan
yang dipikirkan dan dirancangkan Allah. Bagaimana dengan kita? Semoga
mengerti lalu mau untuk mengikuti-Nya dengan menempuh jalan yang sama:
menyangkal diri, memikul salib kita masing-masing dan mengikuti Dia (Mat
16:24).
Doa: Tuhan, berilah kami
rahmat-Mu untuk ikut serta mewujudkan rancangan damai sejahtera-Mu bagi
kami kendati kami harus menyangkal diri dan memanggul salib kami
masing-masing. Amin. -agawpr-