| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga

Minggu, 10 Agustus 2014
Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga
 
Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab; Mzm. 45:10bc,11,12ab; 1Kor. 15:20-26; Luk. 1:39-56.
 
"Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah"

Hari ini, kita merayakan Bunda Maria diangkat ke surga, yang sebenarnya masih besuk tanggal 15 Agustus. Namun, dengan pertimbangan agar semakin banyak umat yang ikut serta merayakan, maka di tempat kita diubah pada hari Minggu ini. Salah satu makna penting dari perayaan Bunda Maria diangkat ke surga adalah diteguhkannya iman kita bahwa dunia kita ini bukanlah tempat tinggal kita yang terakhir, sebagaimanaya dinyatakan oleh Paus emeritus Benediktus XVI. Dan bila kita mengarahkan pandangan ke surga, tempat Bunda Maria menerima mahkota kemuliaan, betapa kita mengalami penghiburan rohani dan betapa makin kokohlah pengharapan kita akan anugerah tempat tinggal yang definitif bagi kita nantinya. Dengan persepektif dan pengharapan akan masa depan yang indah itu, maka kehidupan kita di dunia sekarang ini pun tampak lebih indah, menggairahkan dan menggembirakan. Segala macam kesulitan, bahkan yang rasa-rasanya tak tertanggungkan, menjadi lebih ringan karena kita mempunyai seorang Maria, Bunda Pelonong yang ada di surga, dekat dengan Putera-Nya, Sang Juruselamat. Namun, untuk mengalami peninggian di surga, kita harus pula meneladan Maria, yakni merendahkan diri. Sebab, Allah "meninggikan orang-orang yang rendah" (Luk 1:52) sebagaimana Yesus sendiri juga menegaskan "barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Luk 14:11). Bunda Maria, menghayati semangat dan sikap merendahkan diri ini dengan menjadi hamba Tuhan yang setia. Dan sebagai seorang hamba, ia melaksanakan dengan sepenuhnya apa yang menjadi sabda dan kehendak Tuhan (Luk 1:38). Ketika Elisabet memuji dan menyangjungnya sebagai Ibunda Tuhan, ia tetap rendah hati dan malah ganti mengidungkan pujian bagi kemuliaan Tuhan (Luk 1:46-55). Tiga bulan lamanya, ia pun tinggal di rumah Elisabet dan melaksanakan pekerjaan seorang hamba, demi membantu saudarinya yang sudah tua dan saat itu sedang repot dengan kehamilannya kemudian juga dengan kelahiran Yohanes Pembaptis.

Doa: Tuhan, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang rendah hati dan yang selalu setia melaksanakan sabda dan kehendak-Mu agar kelak kami layak ditinggikan serta menerima kemuliaan surgawi sebagaimana telah diterima oleh Bunda Maria. Amin. -agawpr-

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy