| Home | Bacaan Harian | Support Renungan Pagi | Renungan Minggu Ini | Kisah Para Kudus | Katekese Iman Katolik | Privacy Policy |

CARI RENUNGAN

>

"Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

Rabu, 06 Agustus 2014
Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

Dan. 7:9-10,13-14 atau 2Ptr. 1:16-19; Mzm. 97:1-2,5-6,9; Mat. 17:1-9.

"Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

Kita semua mengimani bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tidak tanggung-tanggung, Allah Bapa sendiri yang menyatakannya. Pertama, waktu Malaikat Gabriel menyampaikan kabar gembira kepada Maria bahwa anak yang dikandungnya "akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi" (Luk 1:32). Lalu pada saat pembaptisan-Nya, terdengarlah suara Bapa, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Mat 3:17). Kini, di atas bukit, Sang Bapa kembali menegaskan "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." (Mat 17:5). Yang pertama dulu, tidak ada seorang pun yang menjadi saksi, hanya ada Maria dan Malaikat Gabriel. Yang kedua, memang ada Yohanes Pembaptis dan banyak orang lain. Tapi mereka belum mengenal Yesus. Bahkan, sebelum pembaptisan itu, Yohanes juga belum sungguh-sungguh mengenal-Nya (Yoh 1:31), dan setelahnya pun, ia masih penasaran sehingga mengutus dua muridnya untuk bertanya pada Yesus tentang jati diri-Nya (Luk 7:19). Nah, untuk yang ketiga ini, ada saksinya. Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, tiga murid terdekat-Nya (Mat 17:1). Dan pernyataan dari Allah Bapa pun ditujukan langsung kepada mereka ini, di mana mereka diberi pesan khusus "dengarkanlah Dia". Itulah makanya, Yesus mengajak mereka bertiga karena Allah Bapa ingin berbicara langsung kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai saksi-Nya. Tapi kok kemudian Yesus malah melarang mereka untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada seorang pun (Mat 17:9). Ya memang! Wong perintah Bapa saja untuk mendengarkan Yesus kok. Jadi, sebelum mereka bercerita dan berwarta sebagai saksi-Nya, mereka masih harus belajar banyak untuk mendengarkan Dia. Inilah proses bersaksi yang benar, yang juga harus kita hayati. Pertama-tama, kita harus bisa mendengarkan terlebih dulu Tuhan yang bersabda pada kita, baru kita mewartakannya kepada orang lain. Pewartaan dan kesaksian yang tanpa disertai kemampuan mendengarkan, baik suara Tuhan maupun sesama, hanyalah akan menjadi pewartaan yang kosong, ngayawara dan tidak berdaya guna.

Doa: Tuhan, berilah kami rahmat-Mu agar kami mampu mendengarkan sabda-Mu dan mendengarkan sesama kami sehingga kami pun semakin mampu memberikan pewartaan dan kesaksian yang berisi dan berdaya guna. Amin. -agawpr-

renunganpagi.id 2024 -

Privacy Policy